Golden Poison Frog, Racun Batrachotoxin-nya Sangat Mematikan

Reading time: 2 menit
Katak emas beracun memiliki warna yang merata, bukan motif bintik-bintik atau garis-garis seperti pada kerabatnya. Foto: Inaturalist

Golden poison frog atau katak emas beracun dikenal juga dengan nama Phyllobates terribilis. Berasal dari famili Dendrobatidae dan berkerabat dengan Phyllobates bicolor, Phyllobates aurotaenia, Oophaga histrionica, Dendrobates leucomelas, dan lainnya. Merupakan salah satu spesies katak yang paling beracun dari keluarganya.

Melansir Science Direct, katak beracun dari genus Phyllobates mengeluarkan batrachotoxin dari kelenjar kulitnya. Racun ini digunakan untuk meracuni ujung anak panah saat berburu oleh suku-suku di Amerika Selatan, seperti suku Naonama, Choco, dan Cuna dari Columbia.

Hal ini karena racun batrachotoxin sangatlah kuat dan bekerja secara spesifik. Hanya dengan dosis kurang dari 0,1 μg dapat menyebabkan kejang-kejang, kontraksi otot, keluarnya air liur, hingga kematian. Gejala lainnya termasuk kelumpuhan pernapasan dan otot.

Sementara itu, Ensiklopedia Toksikologi menyebutkan keracunan ini hanya dapat terjadi apabila kulit dan daging katak emas beracun tertelan.

Morfologi dan Ciri-ciri Umum

Katak emas beracun memiliki berbagai macam variasi warna cerah pada tubuhnya, seperti hijau mint, kuning, oranye dan terkadang berwarna putih. Sedangkan warna kuning atau kuning tua, merupakan warna yang paling umum peneliti temukan.

Katak emas beracun memiliki warna yang merata, bukan motif bintik-bintik atau garis-garis seperti pada kerabatnya. Katak dewasa umumnya berwarna lebih cerah dari pada katak muda. Selain itu, katak muda memiliki garis-garis dorsolateral pada tubuh yang gelap dan akan memudar seiring bertambahnya usia.

Sementara itu, warna cerah pada tubuhnya dianggap sebagai peringatan bagi para predatornya bahwa ia adalah katak yang beracun. Sekitar 1.900 mikrogram batrachotoxin dapat ditemukan pada katak ini. Padahal, hanya 2 hingga 200 mikrogram saja sudah bisa mematikan bagi manusia.

Tubuhnya cukup kecil, rata-rata panjang tubuhnya 4,7 hingga 5,5 cm, namun betina biasanya berukuran lebih besar yakni 5-55 cm.

Selain itu, katak emas beracun memiliki tonjolan aneh yang terletak di mulutnya. Hal ini membuatnya terlihat seperti memiliki gigi. Katak ini memiliki tiga jari kaki di setiap kakinya, dengan dua jari kakinya lebih pendek dari pada jari tengahnya.

Habitat dan Distribusi Golden poison frog

Katak emas beracun merupakan penghuni lantai hutan di hutan dataran rendah Amazon. Wilayah ini adalah daerah yang sangat lembap dengan curah hujan hingga 5 m per tahun. Wilayah yang mereka huni memiliki ciri lanskap berbukit, dengan ketinggian yang berkisar antara 100 hingga 200 m, dan ditutupi oleh area kerikil basah dan pohon kecil.

Distribusi katak ini mulai dari hutan Amazon di sepanjang pantai Pasifik Kolombia. Populasinya terkonsentrasi di sepanjang drainase Rio Saija bagian atas di sekitar Quebrada Guangui dan di La Brea di Kolombia.

Ancaman dan Konservasi

Selain perubahan habitat dan deforestasi, ancaman bagi katak ini ialah perburuan untuk pemburu jadikan hewan peliharaan. Tingkat racunnya akan menurun pada katak yang ditaruh dalam kandang dalam batas waktu tertentu.

Meskipun begitu, kontak langsung dengan kulit katak ini tetap harus kita hindari. Berdasarkan jumlah populasinya yang terus berkurang di alam, International Union for Conservation of Nature and Natural Resources (IUCN) mengategorikan katak ini sebagai terancam punah (endangered).

Taksonomi Golden poison frog

Penulis : Anisa Putri

Editor : Ari Rikin

Top