Ikan Layur, Ikan Demersal Bernilai Ekonomi Tinggi

Reading time: 2 menit
Foto : Shutterstock

Bagi para penggemar ikan pasti familiar dengan naman ikan layur. Ya, ikan layur merupakan salah satu ikan demersal ekonomis penting yang ada di perairan Indonesia. Ikan demersal sendiri adalah jenis-jenis ikan yang hidup didasar atau dekat dasar perairan. Jenis-jenis ikan demersal memiliki peranan tinggi bagi sumberdaya perikanan di Indonesia.

Mereka hidup di wilayah iklim subtropis hingga tropis yang menyebar di utara khatulistiwa hingga bagian selatan khatulistiwa.

Berdasarkan tulisan ilmiah Yahya, Dosen Fakultas Pertanian Universitas Suryakencana dalam Journal Of Agroscience (2008), menulisakan bahwa penamaan asing ikan layur adalah hairtail, cutlassfish atau ribbonfish, yang terdiri dari beberapa spesies.

Bersumber dari tulisan ilmiah tersebut, ikan ini termasuk dalam Famili Trichiuridae, yang terdiri dari 10 genera, yaitu Diplospinus, Aphanopus, Benthodesmus, Lepidopus, Epoxymetopon, Assurger, Tentoreiceps, Eupluerogrammus, Trichiurus dan Lepturacanthus. Untuk ikan layur yang tertangkap di perairan Indonesia, tercatat ada tiga genera, yaitu Eupluerogrammus, Trichiurus dan Lepturacanthus.

Ciri-ciri ikan ini secara umum yakni memiliki tubuh yang memanjang, pipih dan tidak bersisik. Panjang tubuhnya bisa mencapai 100 cm, tetapi umumnya berkisar antara 70–80 cm. Mulut umumnya lebar dan terdapat gigi-gigi runcing yang berada pada rahang atas dan bawah.

Ikan Dengan Nilai Ekonomi Tinggi

Ikan layur tidak memiliki sirip perut dan sirip ekor. Untuk sirip dadanya berukuran kecil dan sirip punggungnya memanjang dan bersatu dengan sirip ekor. Untuk membedakan dengan jenis ikan lain adalah dapat dilihat dari duri sirip punggung, duri sirip ekor dan warna tubuh.

Menurut Jurnal Pengelolaan Perikanan Tropis Institut Pertanian Bogor (IPB) menyebutkan salah satu jenis ikan layur yang memiliki nilai ekonomi tinggi adalah jenis Trichiurus lepturus (largehead hairtail).

Disebutkan juga jika ikan ini sudah menjadi komoditas ekspor sejak tahun 1997 karena adanya permintaan dari beberapa negara di Asia, seperti di Korea, Cina, dan Jepang, bahkan permintaan ekspor ikan layur mencapai 100-500 ton per bulan.

Status ikan ini berdasarkan IUCN (The International Union for Conservation of Nature) dalam kategori least concern atau berisiko rendah. Tetapi menurut beberapa penelitian menyebutkan jika permintaan pasar terhadap ikan jenis ini terus meningkat dan menyebabkan adanya upaya penangkapan  yang meningkat pula.

Peningkatan penangkapan membuat ikan jenis ini mengalami tangkapan lebih (overfishing). Tangkap lebih tentunya akan mengakibatkan penurunan stok ikan ini di alam.

Taksonomi Ikan Layur

Penulis: Sarah R. Megumi

Sumber 1, Sumber 2, Sumber 3

 

 

Top