Capung Barong Bercak Biru, Si Cantik yang Hidup di Sekitar Manusia

Reading time: 3 menit
Setelah dewasa masa hidup capung hanya 4 bulan. Foto: Shutterstock

Capung barong bercak biru adalah salah satu jenis capung yang paling menyebar di dunia. Hewan ini dapat kita temukan di berbagai habitat, salah satunya perkotaan. Karena itu, tidak heran jika eksistensinya sering kali terlihat di sekitar manusia.

Anax guttatus adalah nama binomial bagi capung barong bercak biru. Spesies ini tergabung dalam famili Aeshnidae dan genus Anax, sehingga masih berkerabat dengan spesies capung terbesar A. imperator.

Anggota genus Anax memang dikenal mempunyai ukuran yang besar. Mereka umumnya juga memiliki corak tubuh yang cerah, tetapi bagian ekornya terlihat gelap dengan tanda bintik-bintik berwarna putih.

Pale-spotted emperor merupakan nama asing spesies ini. Kelompoknya juga dikenal sebagai lesser green emperor karena warna hijau neon yang terdapat pada bagian punggungnya.

Morfologi dan Ciri-Ciri Capung Barong Bercak Biru

Semua spesies Aeshnidae memiliki bentuk mata yang unik. Jika biasanya mata capung terlihat menyatu dan terletak di bagian tengah, maka mata kelompok ini justru terletak pada bagian atas kepala.

Untuk spesies A. guttatus sendiri, matanya terlihat berwarna biru. Dada capung tersebut berwarna hijau pucat, sedangkan perutnya berwarna cokelat tua dengan corak biru sampai hijau cerah di setiap sisinya.

Capung ini mampu berkembang biak hingga sepanjang 8 cm. Lebar bentang sayapnya mencapai 11 cm, dengan warna putih bening dan sedikit kecokelatan pada bagian belakangnya.

Inilah faktor pembeda antara capung betina dan jantan. Secara umum corak tubuh mereka terlihat sama. Namun, spesies betina biasanya tidak memiliki bercak cokelat pada bagian sayap belakang.

Selain itu, capung barong bercak biru juga mempunyai venasi sayap berbentuk segitiga pada bagian depan. Sedangkan sayap belakangnya memanjang sejajar mengikuti sumbu sayap.

Habitat dan Distribusi Capung Barong Bercak Biru

Secara alami, spesies A. guttatus hidup di kolam terbuka pada perairan air tawar yang mengalir dengan tenang. Mereka cukup jamak dijumpai di sekitar sungai dan danau, bertengger di semak-semak dan tegakan.

Melansir berbagai sumber, satwa berordo Odonata itu mulanya berasal dari India, Jepang, Australia, dan Kepulauan Samudra Pasifik. Namun mereka terdistribusi sampai ke wilayah Afrika, Bangladesh, dan Cina.

Kawasan Asia Tenggara juga termasuk wilayah persebaran dari capung ini. Spesiesnya dapat kita temukan mulai dari Indonesia, Myanmar, Malaysia, Singapura, Thailand, Filipina, hingga ke Vietnam.

Walau tersebar luas, bukan berarti capung barong bercak biru aman dari kelangkaan. Tren populasinya disinyalir terus menurun, bahkan sudah cukup jarang ditemukan pada sejumlah daerah di Indonesia.

Di sepanjang mata air Wendit, Kecamatan Pakis, Kabupaten Malang misalnya, capung ini sudah sangat jarang terlihat oleh warga setempat. Mereka disinyalir “punah” akibat kualitas air yang semakin tercemar.

Siklus dan Daur Hidup Capung Barong Bercak Biru

Seperti yang kita ketahui, kehidupan capung sangat bergantung pada kualitas air dan tumbuhan di sekitarnya. Tidak cuma mencari makan, kedua area ini juga membantu mereka dalam berkembang biak.

Capung meletakkan telur-telurnya pada spesies tumbuhan air. Setelah menetas, tempayak (larva) capung hidup dan berkembang di dasar perairan, mengalami metamorfosis hingga menjadi nimfa.

Sebagian besar hidup capung dihabiskan pada fase nimfa. Mereka hidup di bawah air menggunakan insang internal untuk bernapas, lalu memangsa berudu dan anak-anak ikan untuk bertahan hidup.

Setelah menjadi dewasa, masa hidup capung hanya mencapai 4 bulan. Karena itu, kondisi air sangat berpengaruh pada proses pertumbuhan capung. Sehingga jika tercemar, maka dapat menggangu populasi mereka.

Capung berong bercak biru aktif pada pagi hingga siang hari. Mereka jarang terlihat pada waktu sore, meski sesekali muncul di waktu malam. Walau bertubuh besar, pergerakan capung ini terbilang cukup cepat.

Taksonomi Spesies Anax Guttatus

Penulis : Yuhan al Khairi

Top