Guazuma ulmifolia Lamk. atau yang dikenal tanaman Jati Belanda adalah pohon dengan tinggi 10 sampai 20 meter. Jati Belanda termasuk dalam kelas Dicotyledonae dari suku Sterculiaceae. Dari sejarahnya, pohon ini berasal dari Amerika yang beriklim tropis, kemudian dibawa oleh Portugis ke daerah di Indonesia seperti Jawa Tengah dan Jawa Timur.
Jati Belanda tumbuh secara liar terutama di Pulau Jawa dan menyebar di daerah dataran rendah hingga 800 meter di atas permukaan laut (Sulaksana dan Dadang, 2005). Jati ini memiliki sebutan lokal yakni jati londa, jati landi, dan jatos landi (Jawa). Dalam penamaan asing disebut juga sebagai Orme D’Amerique (Perancis), Bartard Cedar (Inggris), dan Guasima (Meksiko).
Baca juga: Pohon Pelangi Indonesia Bernama Eucalyptus deglupta
Tanaman ini dapat berkembang dengan cepat dan biasa digunakan sebagai tanaman pekarangan atau peneduh di tepi jalan. Cara memperbanyak tumbuhan ini dapat menggunakan biji, setek, cangkok, dan sambungan.
Secara morfologi Jati Belanda memiliki batang yang keras, bulat, permukaan kasar, beralur banyak, berkayu, bercabang, dan berwarna hijau keputihan. Sementara akarnya berbentuk tunggang dengan warna putih kecoklatan. Bunganya tunggal dengan panjang dua sampai empat sentimeter, berjumlah banyak, berbentuk agak ramping. Selain muncul di tepi daun, bunga Jati Belanda memiliki tangkai sekitar lima milimeter, berkelopak lebih kurang tiga sampai empat milimeter yang berwarna kuning dan berbau wangi.
Daun jati ini memiliki ciri khas berdaun tunggal dengan warna hijau, berbentuk bulat telur dengan permukaan kasar, bertepi gerigi, berujung runcing, berpangkal lekuk, bertulang menyirip. Sedangkan panjangnya berkisar empat sampai 22,5 sentimeter dan lebar dua sampai sepuluh sentimeter.
Panjang tangkai daunnya berukuran lima sampai 25 milimeter, mempunyai daun penumpu berbentuk lanset atau paku yang panjangnya tiga sampai enam milimeter. Buahnya berbentuk kotak, bulat, keras, berduri pada permukaan, berwarna hijau dan menjadi hitam jika tua (Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan, 1978).
Seluruh bagian tanaman Jati Belanda mengandung senyawa aktif seperti tanin. Kulit batangnya juga mengandung damar, tanin, dan beberapa zat pahit, glukosa, dan asam lemak (Sulaksana dan Dadang, 2005). Sedangkan daunnya terdiri dari alkaloid, saponin, flavonoid, damar, fenol, triterpen, glikosida sianogenik, dan steroid. Buahnya memiliki zat saponin, alkaloid, flavonoid, terpenoid, dan glikosida jantung. Bunga segar Jati Belanda mengandung kaemferitin, kuersetin, dan kaemfenol (Kemenkes RI, 2011).
Baca juga: Pohon Angsana Penyerap Polutan Udara
Jati Belanda dikenal berkhasiat untuk mengobati berbagai jenis penyakit. Menurut buku “Tumbuhan Obat Indonesia, Penggunaan dan Khasiaatnya” (2001), daunnya digunakan sebagai obat pelangsing tubuh. Namun, pemakaiannya dianjurkan tidak terlalu banyak karena dapat merusak usus.
Buahnya digunakan sebagai obat batuk rejan, perut nyeri, perut kembung, dan sesak. Sedangkan apabila kulitnya dihancurkan atau dilumatkan dan dioleskan pada tubuh, akan memperlancar keluarnya keringat. Jika dioleskan pada kaki yang bengkak akan mempercepat penyembuhan.
Rebusan biji Jati Belanda yang sudah dibakar seperti kopi dapat diminum untuk obat sembelit. Setelah dibakar lalu dilumatkan dengan air dan dibubuhkan setetes minyak adas, maka dapat bermanfaat untuk perut kembung dan sesak (Jurnal Gradien, 2005). Selain sebagai tanaman kaya manfaat, Jati Belanda juga menjadi bahan pembuatan kertas, bagian mesin, dan batang korek api.
Penulis: Sarah R. Megumi