Kerang Pisau, Moluska yang Unggul Beradaptasi

Reading time: 2 menit
Kerang Pisau
Kerang pisau memiliki kaki yang kuat untuk membuat liang. Foto: shutterstock.com

Moluska merupakan biota yang memiliki jumlah spesies terbanyak di perairan laut Indonesia. Lebih kurang 2.500 spesies meliputi gastropoda yang terdiri dari 1.500 spesies dan 1.000 spesies dari kelompok pelecypoda (bivalva) (Dahuri, 2003).

Dari segi ekologi, kelompok pelecypoda atau kerang-kerangan berperan sebagai konsumen. Sedangkan secara ekonomi spesies tersebut juga mempunyai nilai jual. Kerang mutiara (Pictada maxima), misalnya, digunakan untuk hiasan yang harganya mahal. Selain itu beberapa pelecypoda juga dapat berperan sebagai sumber bahan makanan karena mengandung nilai gizi. Jenis kerang yang dagingnya dimanfaatkan sebagai bahan pangan antara lain kerang hijau (Perva viridis), kerang darah (Anadara sp.), kijing taiwan (Anadonta woodiana), dan Solen sp.

Baca juga: Tungau, Parasit Penghuni Lingkungan Kotor

Solen sp. atau di Indonesia familiar disebut dengan kerang bambu maupun kerang pisau, memiliki beberapa nama lokal. Di Pulau Madura dan di pantai Timur Surabaya, Jawa Timur disebut dengan lorjuk. Sedangkan nama ambal dikenal di daerah Sarawak dan embet untuk daerah Cirebon. Dalam penamaan asing kerang ini disebut sebagai short razor.

Kerang pisau merupakan spesies yang dapat ditemukan di daerah subtropis dan tropis. Namun kebanyakan persebarannya berada di lautan Indo-pasifik. Kerang ini juga ditemukan di pesisir Samudera Atlantik, pesisir Pasifik, dan pesisir utara Amerika maupun pesisir lautan India. Mobilitas genus ini sangat tinggi karena kemampuannya melompat dan berenang. Mereka sangat cepat bersembunyi ketika merasa terancam (Couñago and Tajes, 2011).

Kerang Pisau

Di Pulau Madura dan di pantai Timur Surabaya, Jawa Timur, kerang pisau disebut dengan lorjuk. Foto: shutterstock.com

Karena memiliki kemampuan beradaptasi yang baik, spesies ini hidup di pantai terbuka. Umumnya ditemukan di daerah intertidal dan pasang surut, mulai dari pasang surut terendah hingga lepas pantai yang dangkal dengan substrat berpasir atau berlumpur. Kerang ini memiliki kaki yang kuat lantaran diadaptasikan untuk membuat liang dengan kedalaman mencapai 50 sentimeter. Mereka juga bergerak ke dalam lumpur berpasir secara cepat.

Secara morfologi, kerang pisau memiliki bentuk silinder memanjang dan sedikit pipih. Tekstur cangkangnya tipis dan mudah pecah. Salah satu ujung tubuhnya berbentuk runcing seperti mata pisau. Sementara kulit cangkangnya berwarna mengilat kehijauan hingga kecoklatan. Kerang ini mempunyai panjang hanya 2 hingga 3 inci atau sekitar 5 sampai 7,5 sentimeter pada pertumbuhan maksimal.

Baca juga: Walet Linchi Menghasilkan Sarang yang Bernilai Tinggi

Berdasarkan penelitian Fetrisia dari Departemen Teknologi Hasil Perairan IPB (2011), proses penangkapan kerang pisau cukup sulit karena diperlukan alat khusus dan kelihaian nelayan. Para penjala umumnya menggunakan linggis untuk menggali pasir tempat lorjuk berada dan harus menunggu air surut.

Kelompok nelayan di sekitar Pantai Kenjeran Surabaya beberapa tahun terakhir menemukan teknik baru dengan cara menaburkan serpihan batu gamping dan air sabun di area memancing pada saat air pasang. Hasilnya kerang akan muncul sendiri ke atas permukaan sehingga mudah ditangkap dalam waktu tidak terlalu lama (Ditjen PPHP, 2010).

Kerang pisau biasanya disajikan dalam bentuk olahan dengan cara digoreng atau diolah menjadi kacang goreng lorjuk, soto, petis, bothok, dan rengginang (Ditjen PPHP, 2010).

Taksonomi Kerang Pisau

Penulis: Sarah R. Megumi

Top