Pohon Palahlar, Tanaman Langka Penghasil Kayu Berkualitas

Reading time: 3 menit
Foto: pohonlangka.id

Sejak dahulu kala, masyarakat mengenal tanaman dari suku Dipterocarpaceae sebagai penghasil kayu utama di hutan hujan tropis Asia Tenggara. Salah satu varietas yang paling populer sekaligus terlangka dari kelompok tersebut ialah Pohon Palahlar.

Palahlar atau Plahlar merupakan sejenis meranti-merantian endemik yang berasal dari Tanah Air. Flora ini hanya bisa kita temukan di Pulau Nusakambangan, sehingga menjadi flora identitas di sana.

Tanaman dari suku ini sejatinya menyebar di banyak negara seperti Vietnam, Thailand dan lainnya, namun hanya Dipterocarpus littoralis lah yang habitatnya berasal dari daerah Cilacap, Jawa Tengah.

Akibatnya distribusinya yang sangat terbatas, populasi pohon palahlar terbilang sangat langka. IUCN Red List bahkan menempatkan spesies tumbuhan ini dalam kategori kritis atau Critically Endangered.

Morfologi dan Ciri-Ciri Pohon Palahlar

Di sektor perdagangan, kayu plahlar publik golongkan sebagai kelompok Keruing (Dipterocarpus). Marga pepohonan ini biasanya adalah penghasil kayu berkualitas dengan harga jual yang tinggi.

Berdasarkan morfologinya, pohon palahlar dapat kita cirikan dari pokoknya yang berbanir. Ia mampu berkembang biak hingga setinggi 50 m dengan diamatar badan mencapai 1,5 m.

Batang pohon ini tampak tegak, meruncing, serta berakar banir pipih. Kulit luar pohonnya terlihat bersisik tidak teratur, dengan bagian pepagan berwarna cokelat hingga cokelat kemerahan.

Daun plahlar tergolong sebagai daun tunggal bertekstur kaku (seperti kulit). Bentuk daun tersebut bundar telur sampai agak jorong, dengan bagian atas mengilat serta buram di bagian bawahnya.

Perbungaan pohon palahlar berbentuk malai, sedang buahnya berbentuk bulat. Bagian buah ini dilengkapi dengan beberapa sayap; yakni dua buah sayap besar dan tiga buah sayap kecil.

Seperti halnya kelompok keruing, kayu flora ini tergolong sebagai material bangunan berkualitas. Ditambah lagi, resin damarnya umum nelayan gunakan sebagai bahan untuk memakal perahu.

Habitat Pohon Palahlar dan Marga Dipterocarpus

Terdapat 70 jenis tanaman bermarga Dipterocarpus tersebar di seluruh dunia. Menurut penelitian Istomo, dkk dari Fakultas Kehutanan IPB, spesies keruing terbanyak justru berasal dari Kalimantan.

Di pulau tersebut setidaknya ada 41 jenis keruing dan empat di antaranya ahli temukan di Pulau Jawa; D. hasseltii, D. gracilis, D. retusus, dan D. littoralis yang hanya tersedia di Nusakambangan.

Uniknya, julukan pohon palahlar di sejumlah daerah pakar ketahui berbeda-beda. Di Sumatera dan Jawa flora ini dikenal sebagai Keruing Gunung, sedang di Sumbawa ia akrab dengan sebutan Jati Ora.

Pada umumnya, kelompok tanaman keruing tumbuh subur di sekitar hutan perawan (primer) mulai dari ketinggian 600 sampai 1.500 m di atas permukaan laut (mdpl).

Walaupun sebagian besar tumbuh menyebar, beberapa spesies pohon tersebut kerap ahli temukan hidup secara berkelompok atau pada habitat yang khas, seperti spesies D. littoralis

Habitat D. littoralis ahli ketahui berada di hutan primer dengan karakter tanah subur berdrainase baik. Lahan tersebut biasanya agak lembap dan terletak di area lembah atau lereng-lereng bukit.

Kadang-kadang pohon palahlar juga bisa kita jumpai di wilayah tanah berkapur pada ketinggian 600 mdpl. Ia berkembang biak secara berkelompok, serta cukup sulit untuk kita jadikan flora budi daya.

Guna dan Manfaat Pohon Palahlar

Seperti yang kita ketahui, pamor pohon palahlar sebagai penghasil kayu pertukangan memang sudah dikenal secara luas. Kayunya banyak publik gunakan sebagai bahan konstruksi, lantai serta bantalan.

Menurut berbagai sumber, kayu plahlar mempunyai kelas keawetan II dan kelas kekuatan II. Berat jenis kayu tersebut berkisar 0,70, sehingga tergolong sebagai kayu berbobot menengah-berat.

Jika tidak kita awetkan, kayu ini kurang tahan untuk pemakaian yang berhubungan dengan tanah. Karena itu, dalam kondisi ini ia kerap awam manfaatkan untuk membuat kusen, tiang dan tangga.

Namun bila sudah diawetkan, kualitas dan kekuataannya menjadi sangat prima. Sebab tahan sampai 20 tahun penggunaan, kayu palahlar sering digunakan sebagai tiang listrik, pilar dan material kapal.

Di luar gunanya dalam sektor industri, pohon palahar juga bermanfaat sebagai tanaman obat. Merujuk berbagai sumber, kulit kayu dan daun tanaman ini berkhasiat sebagai anti-bacterial.

Sayangnya walau sangat berguna sebagai komoditi dan kesehatan, budi daya D. littoralis belum lumrah masyarakat lakukan. Ia hanya tertanam sebagai objek observasi pada kebun percobaan.

Taksonomi Dipterocarpus Littoralis

Penulis : Yuhan Al Khairi

Top