Kucing Hutan atau Kucing Liar, Apa Saja sih Jenisnya?

Reading time: 5 menit
kucing hutan
Kucing Hutan atau Kucing Liar, Apa Saja sih Jenisnya? Foto: Shutterstock.

Istilah Kucing Hutan atau Kucing Liar mungkin sudah tidak asing lagi di masyarakat. Namun, tak banyak yang mengetahui jika istilah tersebut tidak merujuk pada satu spesies kucing saja. Bahkan, kucing besar seperti macan pun masuk kategori kucing liar, lho!

Secara umum, kucing hutan adalah kelompok satwa bersuku Felidae yang hidup liar di dalam hutan. Kelompok ini tidak mencakup jenis kucing yang ada di gurun, padang rumput maupun rumahan.

Kendati demikian penggunaan istilah ini sebenarnya bersifat lebih umum, sehingga baik kucing berukuran besar ataupun kecil semuanya tergolong dalam kelompok yang sama.

Di tanah air, setidaknya ada lima jenis kucing liar yang tersebar di berbagai daerah yakni Neofelis nebulosa, Neofelis diardi, Pardofelis marmorata, Catopuma temmincki dan Prionailurus bengalensis.

Meski begitu, masyarakat awam biasanya menyamaratakan spesies kucing hutan dengan jenis Prionailurus bengalensis syn. Felis bengalensis atau Kucing Tandang.

Mengenal Kucing Liar dan Status Konservasinya

Habitat kucing liar atau hutan sebenarnya cukup luas di Indonesia, satwa endemik ini dapat kita temukan di wilayah Pulau Sumatra, Jawa, Bali, hingga Pulau Kalimantan.

Di Asia Tenggara, populasi satwa ini terus menurun setiap tahunnya. Salah satu penyebab hal tersebut adalah hilangnya area hutan, lahan basah, dan fragmentasi habitat.

Buruknya lagi, spesies kucing hutan kerap menjadi target perburuan ilegal karena bernilai ekonomis tinggi. Banyak orang mencari fauna karena mengincar kulit serta bagian tubuh lainnya.

Contohnya seperti Kucing Tandang atau Meong Congkok. Melansir daftar merah IUCN, sejak 2018 hewan ini telah menyandang status terancam punah karena perusakan lahan basah di habitatnya.

Lebih jauh, spesies meong congkok sering menjadi objek perdagangan untuk kebutuhan hewan peliharaan. Padahal dalam PP No. 7 Tahun 1999, pemerintah jelas melarang keras aktivitas ini.

Berdasarkan peraturan tersebut, sanksi bagi para pelanggar adalah pidana penjara paling lama 5 tahun, serta denda paling banyak sebesar Rp100.000.000.

Ciri-Ciri Kucing Hutan berdasarkan Jenisnya di Indonesia

Sebab terdiri dari banyak jenis, identifikasi kucing hutan tak bisa pada satu spesies saja. Pasalnya, masing-masing jenis kucing tersebut tentu memiliki ciri fisik atau morfologi yang berbeda.

Oleh karena itu, kali ini Greeners akan merangkum ciri-ciri satwa liar tersebut berdasarkan spesies yang dapat kita temukan di wilayah Indonesia, di antaranya:

1. Macan Dahan (Neofelis nebulosa)

Macan dahan benua atau biasa disingkat macan dahan merupakan spesies kucing liar berukuran sedang, yang mempunyai panjang tubuh berkisar 95 cm.

Spesies ini umumnya memiliki bulu berwarna kelabu cokelat, dengan corak menyerupai awan dan juga bintik hitam. Pada bagian kepalanya, bintik tersebut terlihat lebih kecil daripada bagian badan.

Selain itu, terdapat pula totol putih pada bagian belakang telinga mereka. Macan dahan mempunyai kaki pendek dengan telapak besar, serta ekor panjang dengan garis dan bintik berwarna hitam.

2. Macan Dahan Kalimantan (Neofelis diardi borneensis)

Macan dahan Kalimantan adalah spesies kucing dan pemangsa terbesar yang ada di Pulau Borneo. Hewan ini dapat kita kenali dari tubuhnya yang kekar, mencapai berat 12-25 kg dan panjang 90 cm.

Mereka mempunyai gigi taring sepanjang 2 inci. Corak bulu pada bagian badan berbentuk oval tidak beraturan dengan sisi tepi hitam, serta terdapat titik-titik hitam pada bagian dalamnya.

Bagi para peneliti internasional, macan dahan kalimantan kenal juga terkenal sebagai Clouded Leopard karena tutul-tutul pada tubuhnya yang mirip seperti awan.

clouded leopard

Clouded leopard dengan corak bulu pada bagian badan berbentuk oval tidak beraturan dengan sisi tepi hitam, serta terdapat titik-titik hitam pada bagian dalamnya. Foto: Shutterstock.

3. Kucing Batu (Pardofelis marmorata)

Kucing batu adalah jenis kucing hutan kecil yang berasal dari Asia Selatan dan Tenggara. Berdasarkan genetiknya, hewan ini punya hubungan erat dengan Kucing Emas serta Kucing Merah.

Sayangnya sejak tahun 2002 silam, fauna tersebut tercatat sebagai spesies rentan karena kepadatan yang rendah serta jumlah populasi efektifnya yang kurang dari 10.000 individu dewasa.

4. Kucing Emas Asia (Pardofelis temminckii, syn. Catopuma temminckii)

Dari kepala ke ekor, panjang Pardofelis temminckii atau Catopuma temminckii bisa mencapai 66-105 cm, dengan ekor 40-57 cm dan bahu berkisar 56 cm.

Pada usia dewasa, kucing emas asia dapat tumbuh hingga seberat 9-16 kg. Bobot badan tersebut lebih besar dua sampai tiga kali lipat ketimbang jenis kucing rumahan.

Uniknya meski tampak seragam, warna bulu mereka cukup variatif yakni berwarna merah hingga coklat keemasan, coklat tua sampai kayu manis pucat, abu-abu hingga kehitaman.

kucing emas

Dari kepala ke ekor, panjang Pardofelis temminckii atau Catopuma temminckii bisa mencapai 66-105 cm, dengan ekor 40-57 cm dan bahu berkisar 56 cm. Foto: Shutterstock.

5. Kucing Kuwuk atau Tandang (Prionailurus bengalensis)

Jenis kucing hutan yang satu ini memiliki nama panggilan yang beragam, sebagian masyarakat menyebutnya sebagai kucing kuwuk, congkok, blacan, tandang, macan akar, serta macan sembah.

Ciri-ciri kucing blacan sendiri cukup mirip dengan jenis rumahan, namun ukuran tubuhnya terlihat lebih ramping dengan kaki panjang dan selaput yang jelas di antara jari kaki.

Kepala kecil mereka berhias dua garis gelap menonjol, serta moncong putih yang pendek dan sempit. Bagian belakang telinga agak panjang, bulat, berwarna hitam dan putih di tengahnya.

kucing hutan

Prionailurus bengalensis mirip dengan jenis rumahan, namun ukuran tubuhnya terlihat lebih ramping dengan kaki panjang dan selaput yang jelas di antara jari kaki. Foto: Shutterstock.

Subspesies Kucing Hutan Blacan

Berbicara soal kucing blacan, jenis Felidae hutan ini sebenarnya terbagi lagi ke dakam 12 subspesies. Fauna tersebut umumnya pakar kelompokkan berdasar daerah asalnya, yaitu:

  • Prionailurus bengalensis javanensis atau Kucing Hutan Jawa mendiami Pulau Jawa Indonesia.
  • Prionailurus bengalensis sumatranus atau Kucing Hutan Sumatera mendiami Pulau Sumatra.
  • Prionailurus bengalensis borneonsis atau Kucing Liar Kalimantan mendiami Pulau Kalimantan.
  • Prionailurus bengalensis bengalensis berasal dari daerah India, Bangladesh dan Asia Tenggara.
  • Prionailurus bengalensis heaneyi berasal daerah Pulau Palawan, Filipina.
  • Prionailurus bengalensis rabori atau Kucing Leopard Vinayan berasal dari daerah Pulau Cebu, Negros dan Panay di Filipina.
  • Prionailurus bengalensis chinensis mendiami daerah Taiwan dan Cina, kecuali kawasan Yunnan.
  • Prionailurus bengalensis alleni banyak ditemukan di dari daerah Pulau Hainan, Cina.
  • Prionailurus bengalensis Iriomotensis mendiami Pulau iriomote, Kepulauan Ryuku, Jepang.
  • Prionailurus bengalensis euptilurus atau Kucing Leopard Amur berasal dari Manchuria bagian timur Siberia, Korea, dan Pulau Tsushima di Jepang.
  • Prionailurus bengalensis euptilurus bersal dari daerah Punjab dan Kashmir bagian utara, serta kawasan Balochistan yakni perbatasan antara pakistan, Iran dan Afghanistan.
kucing emas

Pada usia dewasa, kucing emas asia dapat tumbuh hingga seberat 9-16 kg. Foto: Shutterstock.

Mengapa Sulit Melestarikan Kucing Hutan?

Langkah pelestarian kucing hutan di Indonesia sebenarnya bukan tanpa rencana, upaya tersebut sedikit banyak tertuang pada PP No. 7/1999 tentang Pengawetan Jenis Tumbuhan dan Satwa.

Jika demikian, mengapa pelestarian hewan ini terkesan lambat dan kurang efektif? Di antaranya karena sifat alamiah satwa, kurangnya kontrol pemerintah, dan keawaman masyarakat.

Banyaknya spesies kucing liar yang bersifat elusif, sekretif, dan menghindari kontak dengan manusia membuat pengamatan satwa ini sulit.

Padahal estimasi populasi, menghitung kelimpahan relatif, dan pendataaan pola aktivitas satwa sangat penting untuk menentukan langkah pelestarian yang tepat.

Penegakan hukum serta kesadaran masyarakat terhadap pelestarian kucing hutan juga masih rendah, sehingga upaya-upaya yang telah pemerintah rencanakan terkesan kurang efektif dan jalan di tempat.

Kucing liar sendiri merupakan predator puncak yang berperan sebagai spesies payung. Mereka memerlukan area yang luas untuk bertahap hidup, mencari makan hingga tempat tinggal.

Hewan ini mampu melindungi populasi satwa lain di dalam ekosistem dan habitat yang sama, sehingga melindungi kucing hutan sama saja dengan menjaga kelestarian spesies satwa lainnya.

Referensi

 
 

Penulis: Yuhan Al Khairi

Editor: Ixora Devi

Top