Sapi Perah Penghasil Susu Kualitas Terbaik

Reading time: 2 menit
Sapi Perah
Sapi Perah Friesian Holstein. Foto: shutterstock.com

Sapi perah yang banyak dipelihara oleh masyarakat Indonesia adalah jenis sapi Friesian Holstein (FH). Hewan ini memiliki produk utama berupa susu yang berfungsi sebagai bahan makanan dan sumber gizi bernilai tinggi.

Sapi perah FH berasal dari Belanda yang mempunyai iklim sedang dengan empat musim, yaitu musim semi (spring), musim panas (summer), musim gugur (autumn), dan musim dingin (winter). Mereka dinilai hidup nyaman pada Indeks Suhu dan Kelembapan (THI) di bawah 72. Jika melebihi batas ambang ideal, ternak akan mengalami stress atau pengaruh panas (Dobson et al., 2003).

Baca juga: Lutung, Primata Endemis di Pulau Jawa

Sapi yang dikembangkan secara khusus ini mempunyai ciri-ciri bertanduk pendek menghadap ke depan dan berwarna belang hitam serta putih. Pada dahinya terdapat belang berwarna putih dengan bentuk segitiga, kaki dan pangkal ekornya berwarna putih, dan memiliki sifat jinak (Mulyana, 2006). Sapi betina dewasa mempunyai bobot tubuh berkisar antara 550-650 kilogram pada betina dan pada jantan mencapai 1000 kilogram. Sapi betina bersifat jinak dan tenang. Sedangkan pejantan agak agresif dan ganas, tidak tahan panas, tetapi lebih mudah menyesuaikan diri dengan keadaan lingkungan (Makin, 2011).

Sapi Perah

Sapi perah Friesian Holstein berasal dari Belanda yang mempunyai iklim sedang. Foto: shutterstock.com

Umumnya, Sapi FH betina baru dapat dikawinkan pertama kali pada umur 15-18 bulan dengan bobot berkisar antara 275-300 kilogram sehingga mereka beranak pertama kali pada umur 24-27 bulan (Sudono, dkk., 2003). Sapi jenis ini juga merupakan bangsa sapi perah yang berproduksi tinggi bila dibandingkan dengan jenis lainnya.

Produksi sapi perah pada umumnya dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti lingkungan dan genetik. Faktor lingkungan tersebut di antaranya ketinggian tempat, suhu dan kelembapan, iklim, pakan, bobot badan, penyakit, jarak beranak, kebuntingan, dan bulan laktasi. Sedangkan faktor genetik yang memengaruhi, yaitu bangsa ternak dan sifat individunya (Epaphras et al., 2009).

Baca juga: Penyu Sisik Berparuh Elang

Di Indonesia, sapi ini dapat memproduksi susu sebanyak 10 liter per ekor per hari (Sudono, 2005) atau 3.050 kilogram susu untuk satu kali masa laktasi. Keberhasilan dalam beternak sapi perah dapat dilihat dari tata laksana pemeliharaan, misalnya pemberian pakan, sanitasi kandang, pencegahan penyakit, perkawinan, dan pemerahan yang baik.

Kualitas dan kuantitas pakan yang diberikan pada ternak sangat berpengaruh terhadap produksi susu yang dihasilkan (Ensminger, 1980). Sapi perah memerlukan kecukupan nutrisi guna mensintesis susu selama laktasi. Mereka juga membutuhkan pakan dalam jumlah yang cukup sesuai kebutuhan tubuh. Tujuannya agar kualitas dan kuantitas susu yang dihasilkan tidak mengalami penurunan atau lebih rendah daripada standar yang ditetapkan.

Taksonomi Sapi Perah

Penulis: Sarah R. Megumi

Top