Kerang Hijau, Makanan Lezat yang Menyimpan Risiko Kesehatan

Reading time: 3 menit
Jangan mengonsumsi kerang hijau sembarangan. Berbahaya untuk kesehatan. Foto: Shutterstock

Tak bisa dimungkiri, kerang hijau merupakan hewan laut yang bergizi tinggi. Jenis moluska itu sering masyarakat konsumsi karena rasanya yang nikmat dan berharga murah. Namun sayangnya, di balik itu semua kerang tersebut menyimpan sejumlah risiko kesehatan.

Kerang hijau dikenal dengan nama ilmiah Perna viridis. Hewan lunak bercangkang dua itu termasuk dalam kelas Bivalvia dan famili Mytilidae, sehingga masih berkerabat dengan kerang darah (Anadara granosa).

Bagi masyarakat internasional, spesies P. viridis disebut sebagai green mussels. Sedangkan di Indonesia julukannya terhitung beragam, mulai dari kijing (Jakarta), kedaung (Banten), hingga bia tamako (Maluku Utara).

Melansir berbagai sumber, green mussels merupakan sumber protein, vitamin B12, asam amino, lemak, serta omega-3 dan omega-6, sehingga sebenarnya sangat baik bila manusia konsumsi.

Morfologi dan Ciri-Ciri Kerang Hijau

Seperti namanya, kerang hijau dapat kita kenali dari cangkangnya yang berwarna hijau. Warna tersebut tampak bercampur dengan gradasi warna gelap seperti cokelat tua kehitaman.

Spesies P. viridis dapat berkembang biak sepanjang 6,5–8,5 cm dengan diameter sekitar 1,5 cm. Mereka juga memiliki beberapa organ penting, seperti kepala (termasuk otak), ginjal, jantung, mulut, dan anus.

Bila cangkangnya terbuka, lapisan pertama yang akan kita lihat adalah mantelnya. Ini merupakan jaringan khusus pembungkus tubuh yang lunak, tampak tipis tapi memiliki daya tahan kuat.

Pada bagian belakang mantel terdapat dua lubang yang disebut sifon. Sifon atas berfungsi untuk jalur keluarnya air, sedangkan sifon bawah digunakan sebagai tempat masuknya air.

Ada pula insang berjumlah dua pasang dengan bentuk berlapis-lapis. Insang tersebut mengandung banyak pembuluh darah. Sedangkan kakinya berbentuk pipih dan dapat dijulurkan melalui anterior.

Habitat dan Karakteristik Kerang Hijau

Spesies P. viridis bisa dijumpai pada perairan estuari, teluk, dan daerah bakau dengan pasir lumpuran. Mereka menempel dan bergerombol pada substrat keras seperti batu karang, kayu, hingga bambu.

Kerang hijau merupakan salah satu biota laut yang mampu bertahan hidup pada tekanan ekologis tinggi. Ia bahkan dapat berkembang biak di area tersebut, tanpa mengalami gangguan yang berarti.

Habitat green mussels biasanya kaya akan plankton dan bahan organik tersuspensi (suspension feeder). Ini merupakan jenis makanan kerang tersebut, yang dikenal memiliki sifat penyaring atau filter feeder.

Di alam liar, spesies P. viridis hidup di kedalaman 1–7 meter di bawah permukaan laut. Mereka berkembang biak sepanjang tahun di wilayah tropis, tetapi puncaknya terjadi pada bulan Maret hingga Juli.

Karena sangat tangguh, kerang ini jamak dipilih sebagai komoditas budi daya. Dengan menancapkan bambu ke dalam air penuh bibit kerang, ia sudah dapat menempel dan berkembang tanpa harus diberi makan.

Cara Mengolah Kerang Hijau yang Benar

Mengolah dan mengonsumsi kerang hijau tidak boleh sembarangan. Pasalnya, kerang tersebut berpotensi mengandung polutan berbahaya karena sifat filter feeder yang ia miliki.

Selain itu, kerang tidak memiliki organ hati untuk menghancurkan benda asing atau racun di tubuhnya. Sehingga saat memakan daging kerang, maka ada kemungkinan racun tersebut berpindah ke manusia.

Ini sebenarnya dapat dihindari jika daging tersebut diolah secara benar. Agar terhindar dari risiko keracunan kerang, ikuti langkah berikut ini:

  • Pilihlah kerang segar yang cangkangnya masih tertutup;
  • Cium aroma kerang tersebut, jika mengeluarkan bau busuk atau bau asing lain sebaiknya jangan dibeli;
  • Kerang segar biasanya memiliki daging yang kenyal; dan
  • Pastikan sumber kerang tersebut tidak berasal dari perairan yang terkontaminasi oleh polutan berbahaya.

Setelah mengetahui cara memilih kerang hijau yang segar, sekarang saatnya kita mengetahui cara mengolah kerang tersebut, yakni:

  1. Rebus kerang selama 5–7 menit dengan sepotong arang kayu sampai cangkangnya terbuka. Arang kayu berguna untuk menyerap racun yang terkandung di dalam dagingnya;
  2. Setelah direbus, buang isi perutnya yang berwarna hijau-hitam;
  3. Cuci daging kerang sampai bersih; dan
  4. Olah daging kerang tersebut sesuai yang ada inginkan.

Jangan kaget, proses ini mungkin membuat daging kerang menjadi menyusut. Daging kerang rata-rata hanya memiliki 30 % dari bobot tubuhnya, ini termasuk juga bagian cangkang.

Taksonomi Spesies Perna Viridis

Penulis : Yuhan al Khairi

Top