Secang, Tanaman Obat Penghasil Warna Alami

Reading time: 2 menit
Secang
Secang. Foto: shutterstock.com

Secang (Caesalpinia sappan L.) merupakan tanaman yang sudah lama banyak digunakan sebagai obat tradisional. SecaraΒ konvensional, pemanfaatan tanaman secang oleh masyarakat juga cukup luas. Selain daun, buah, dan biji, bagianΒ yang sering digunakan adalahΒ potongan atau serutan kayunya.

Secang tumbuh liar di daerah pegununganΒ berbatuΒ yang tidak terlalu dingin, tetapi kadang juga ditanamΒ sebagai pembatas kebun. Tanaman ini menyenangi tempat terbuka dan dapat ditemukanΒ hingga ketinggian 1.000 meterΒ di atas permukaan laut. Cara mengembangkannya dapat diperbanyak dengan biji.

Baca juga: Avicennia marina, Sumber Pangan dan Obat Masyarakat Pesisir

Pertumbuhan secang tersebar di India, Malaysia,Β dan Indonesia. Pada setiap daerah tanaman herbal iniΒ mempunyai nama yang berbeda, antara lainΒ seupeueng (Aceh), sepang (Gayo), sopang (Batak), cang (Bali), sepel (Timor), kayu sema (Manado), sapang (Makassar), roro (Tidore) (Dalimartha, 2009).

Secang termasuk jenis perdu denganΒ ketinggian lima sampai sepuluh meter. Batangnya bulat dan berwarna hijau kecokelatan. Ciri daunnya majemuk menyirip gandaΒ dengan panjang 25Β hingga 40Β sentimeter. Sementara jumlah anak daunΒ sebanyak 10Β sampai 20 pasang dan letaknya berhadapan. Anak daunΒ tidak bertangkai, berbentuk lonjong, berujung bulat, dan berwarna hijau.

Secang

Secang. Foto: shutterstock.com

BuahΒ secang termasuk buah polongΒ dengan panjangΒ delapan sampai sepuluh sentimeter, lebar tiga hingga empat sentimeter. Ujung buahnya ibarat paruh dan berisi tiga sampai empat biji. Apabila masak warnanya akan berubah Β menjadi hitam. Biji secang berwarna kuning kecokelatan dan berbentuk bulat memanjang. Panjangnya antara 15-18 mm, lebar 8-11 mm, dan tebal 507 mmΒ (Herbie, 2015). Bunga secang merupakan bunga majemuk berbentuk malaiΒ yang keluar dari ujung tangkai dengan panjang 10-40 cm. Sedangkan mahkota bunga berbentuk tabungΒ dan berwarna kuning.

Kayu secang memiliki rasa sedikit manis dan hampir tidak berbau. Sering juga digunakan sebagai obat untuk berbagai macam penyakit seperti luka, batuk berdarah (muntah darah), darah kotor, penawar racun, sipilis, penghenti pendarahan, pengobatan pasca bersalin, demam berdarah, dan katarak mata. Kayu secang mengandung komposisi yangΒ memiliki kemampuan sebagai antioksidan dan antimikroba (Sundari et al., 1998).

Baca juga: Manfaat Tanaman Senggugu untuk Pengobatan Tradisional

Secara kimia, kayu secang mengandung brazilin, brazilein, asam galat, tanin, resin, resorsin, dan d-Ξ±-phellandrene. Daun dan rantingnya mengandung tetraacetylbrazilin, proesapanin A, 0,16Β hingga 0,20Β persen minyak atsiri yang berbau enak dan hampir tidak berwarna (Dalimartha, 2009).

Jika dilarutkan atau direbus dalam air, kayu secang akan menghasilkan warna merah muda.Β Pigmen merah ini disebut antosianin dan bersifat mudah larut dalam air panas. Warna tersebut juga dapat digunakan untuk bahan pengecatan, pewarna pada bahan anyaman, kue, minuman, atauΒ tinta.

Di Sulawesi, teh secang dikenal karena memberi warna pada air minum. Kayu secang juga merupakan salah satu ramuan yang digunakan dalam pembuatan minuman tradisional Betawi seperti bir pletok (Sasmito, 2017).

Taksonomi Secang

Penulis: Sarah R. Megumi

Top