Merokok Berisiko Tingkatkan Depresi

Reading time: 2 menit
Nikotin pada rokok memengaruhi jalur di otak yang terkait dengan masalah kesehatan.
Nikotin pada rokok memengaruhi jalur di otak yang terkait dengan masalah kesehatan. Foto: freepik.com

Jakarta (Greeners) –  Kebiasaan merokok berisiko meningkatkan depresi dan skizofrenia. Dikutip dari laman theguardian.com, peneliti dari Universitas Bristol Dr. Robyn Wotton menuliskan hasil penelitian tersebut dalam jurnal Psychological Medicine. Ia membandingkan risiko perkembangan depresi atau skizofrenia di antara orang dengan kecenderungan genetik untuk merokok atau tidak. Menurut Wotton genetik semacam itu terdistribusi acak dalam populasi dan tidak diubah oleh faktor seperti konsumsi alkohol, pendapatan, olahraga, atau masalah kesehatan lainnya.

“Kami berfokus pada 378 varian genetik yang sebelumnya dikaitkan dengan orang yang mulai merokok dan 126 varian genetik yang ditemukan tim. Lalu dikaitkan dengan nilai yang lebih tinggi untuk perokok seumur hidup. Ukuran yang digunakan mencakup berapa banyak perokok, durasi waktu, dan waktu berhenti,” kata Wotton.

Baca juga: Gangguan Kesehatan Mengintai Perokok Elektrik

Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa kebiasaan mulai merokok dan tingkat merokok yang tinggi berisiko lebih besar mengalami depresi dan skizofrenia. Sebagai contoh, seseorang yang merokok 20 batang sehari selama 15 tahun, tapi kemudian tidak merokok selama 17 tahun, maka ia berisiko lebih dari dua kali lipat terkena skizofrenia dan hampir dua kali lipat mengalami depresi daripada orang yang tidak pernah merokok.

Kebiasaan merokok berisiko meningkatkan depresi dan skizofrenia.

Kebiasaan merokok berisiko meningkatkan depresi dan skizofrenia. Foto: freepik.com

“Perlu eksplorasi yang tepat bagaimana merokok dapat meningkatkan skizofrenia dan depresi. Namun, satu kemungkinan bahwa nikotin memengaruhi jalur di otak yang terkait dengan masalah kesehatan. Hal itu menjadi penting karena nikotin juga ditemukan dalam rokok elektronik,” ujar Wotton.

Nikotin merupakan zat yang memiliki candu seperti opium dan morfin. Ia berfungsi sebagai perantara dalam sistem saraf otak yang menyebabkan berbagai reaksi biokimia dan memberikan efek menyenangkan maupun menenangkan. Tubuh perokok yang menerima rangsangan nikotin kemudian memproduksi lebih banyak hormon adrenalin. Akibatnya, terjadi peningkatan tekanan darah, denyut jantung, dan pernapasan.

Baca juga: Bahaya Rokok Elektrik

Ketika seseorang mengalami ketergantungan pada nikotin, ia memiliki perasaan tidak nyaman, sulit mengendalikan diri, mudah putus asa, dan depresi. Hal tersebut dipicu oleh pelepasan dopamin dan noradrenaline. Bahaya yang ditimbulkan tidak hanya berdampak pada perokok aktif, tapi juga perokok pasif. Karena dapat mengakibatkan pelemahan fungsi otak maupun kondisi psikologi.

Ahli Candu dan Kesehatan Mental, Departemen Ilmu Kesehatan Universitas York, Dr. Ian Hamilton mengatakan saat bahaya fisik dari kebiasaan merokok sudah diketahui, penelitian ini menunjukkan risiko kesehatan mental dari penggunaan tembakau. “Risiko ini harus dikomunikasikan lebih luas, khususnya pada anak-anak usia sekolah yang mungkin tertarik untuk mencoba rokok,” kata Hamilton.

Penulis: Ridho Pambudi

Top