Perubahan Iklim Tingkatkan Ancaman Risiko Kanker Kulit

Reading time: 2 menit
Kulit perlu perlindungan ekstra dari ancaman buruk radiasi ultraviolet. Foto: Freepik

Menghabiskan waktu di luar ruangan memang cara yang bagus untuk aktif secara fisik, mengurangi stres dan juga mendapatkan vitamin D. Namun ternyata meningkatnya ancaman perubahan iklim justru membuat kegiatan tersebut dapat membawa risiko buruk terhadap kesehatan terutama kulit.

Dalam satu abad terakhir, bumi telah memanas sebesar 0,47 derajat celcius. Fenomena pemanasan global ini salah satunya disebabkan oleh gas rumah kaca, deforestasi dan pembakaran bahan bakar fosil. Karena itu, perubahan iklim dapat merusak lapisan ozon pelindung bumi, sehingga menyebabkan banyak sinar UV dari matahari yang menembus atmosfer bumi.

Artinya, semakin panas cuaca dan paparan radiasi yang berlebihan dapat meningkatkan beberapa risiko, seperti terbakar sinar matahari, penuaan kulit dan dan kanker kulit. Meski dapat disebabkan oleh banyak faktor, paparan radiasi matahari menjadi penyebab utama semua jenis kanker kulit. Salah satu jenis kanker kulit yang paling berbahaya yaitu melanoma maligna yang bertanggung jawab atas sekitar 80 % kematian di dunia.

“Salah satu sinyal paling jelas dari perubahan iklim adalah suhu yang lebih panas. Hal ini memungkinkan orang mendapatkan paparan UV lebih banyak dan ini merupakan faktor risiko pada kanker kulit,” jelas Pakar Ilmu Iklim di University of Bristol Profesor Dann Mitchell.

Menurut The Skin Cancer Foundation (SCF), sebagian besar kasus melanoma berkaitan dengan paparan radiasi ultraviolet (UV) dari matahari. Selama 25 tahun terakhir, insiden melanoma maligna dilaporkan telah meningkat di dunia. Hal ini karena paparan sinar UV dari krisis iklim yang kian meningkat.

Perubahan Iklim Tidak Hanya Sebabkan Kanker Kulit

Masalah kesehatan kulit selanjutnya yang umum terjadi akibat perubahan iklim yaitu eksim. Penyakit ini dapat kambuh karena berbagai kondisi, salah satunya polusi udara. Eksim dapat  menyebabkan beberapa gejala pada kulit, yakni iritasi, ruam dan gatal.

Profesor Onkologi Medis di Universitas Sheffield Sarah Danson menjelaskan, beberapa langkah untuk mengurangi paparan sinar matahari. Seperti memakai pakaian yang menutup kulit, menghindari sinar matahari dari jam 10 pagi sampai jam 4 sore, menggunakan topi dan yang terpenting yaitu memakai tabir surya atau sunscreen. Mengenai paparan polusi udara, beberapa pakar menyarankan untuk memeriksa kualitas udara sebelum melakukan aktivitas di luar ruangan.

Sementara menurut Asisten professor Dermatologi di Vanderbilt University Dr. Eva R. Parker setiap orang memiliki peran penting dalam mencegah perubahan iklim. Untuk mengurangi dampak kita dapat membuat perubahan sederhana, seperti mengurangi penggunaan plastik sekali pakai, beralih ke produk ramah lingkungan dan mendukung kebijakan yang ramah terhadap iklim.

“Sangat penting untuk menyadari bahwa perubahan iklim telah terjadi dan akan terus terjadi. Ini sudah mempengaruhi kesehatan kita dan akan terus berlanjut dengan skala yang lebih besar untuk generasi mendatang. Hal yang harus kita pikirkan bagaimana kita dapat mengurangi dampak yang akan datang,” ucap Parker.

Penulis: Zahra Shafira

Sumber:

Ecowatch

Dermatology Times 

Top