Pulau Plastik Mengurai Bahaya Sampah Melalui Film Dokumenter

Reading time: 3 menit
Pulau Plastik
Pulau Plastik merupakan kampanye kolaboratif dalam menangani isu plastik sekali pakai di Bali dan sekitarnya. Foto: Youtube Pulau Plastik

Judul Film: Pulau Plastik

Sutradara: Dhandy Laksono

Pemain: Gede Robi, Inneke Hantoro, Ida Bagus Rai, Olivier Pouillon, I Nyoman Astawa, Putu Aga Darma, dan Novie Setyo Utomo

Tahun: 2019

Durasi: 20 menit; 20 menit

Pulau Plastik merupakan kampanye kolaboratif dalam menangani isu plastik sekali pakai di Bali dan sekitarnya. Tujuannya untuk meningkatkan kesadaran masyarakat mengenai bahaya plastik melalui film dokumenter.

Pemutaran lagu berjudul “Ibu” yang dilantunkan oleh band Navicula menjadi pengawal film Pulau Plastik. Saat itu, Gede Robi, melakukan perjalanan ke kota Semarang demi bertemu langsung dengan Inneke Hantoro, seorang peneliti yang sedang melakukan riset mengenai mikro plastik di Indonesia.

Robi sendiri merupakan salah satu personel band Navicula, sebuah band asal Bali yang telah berdiri lebih dari 20 tahun. Bersama bandnya,  Robi dan kawan-kawannya telah mengelilingi Indonesia, bahkan dunia untuk mengampanyekan isu-isu global, salah satunya mengenai plastik.

Baginya, isu plastik merupakan pembahasan yang penting. Jika melihat keadaan kampung halaman Robi di Bali, sampah plastik sudah merajalela sehingga merusak kearifan, keindahan, dan kesucian pulau Dewata tersebut.

Berlatar di sebuah rumah makan, Robi berbincang  dengan Inneke seputar sampah plastik. Menurut Inneke, mikroplastik merupakan sampah plastik terurai yang berada di lingkungan dan memiliki ukuran kecil sekitar 5 mili.

Untuk memenuhi rasa penasaran di benaknya seputar mikro plastik, Robi lalu mendatangi laboratorium tempat Inneke menguji coba sampel yang diduga mengandung mikroplastik. Hasilnya, ia mengetahui betapa bahayanya bahan kecil tersebut.

Setelah perjalanan dari Semarang, ia kembali ke pulau Bali. Robi membandingkan keadaan pantai di Bali yang kini dipenuhi sampah tidak jauh berbeda dengan pantai di Semarang. Ia pun menyadari sampah tersebut bisa menjadi polutan plastik yang berbahaya atau bahkan menjadi micro-bits.

Micro-bits adalah jenis polutan plastik yang biasanya terdapat pada produk sehari-hari, seperti scrub wajah, pasta gigi, dan sabun.

Untuk memastikan keberadaan mirco-bits pada produk tersebut, Robi langsung menuju ke salah satu supermarket di Bali. Ia ingin memastikan produk tersebut mengandung microbits atau tidak. Robi lalu melihat komposisi pada kemasan barang. Ia menemukan beberapa produk yang berpotensi mengandung microbits dan membelinya untuk diteliti di rumah.

Sesampainya di rumah, Robi langsung melakukan penelitian sederhana dengan alat-alat yang ada. Mengetahui microbits tidak bisa larut dalam air panas, ia mencoba mengeluarkan isi dari produk tersebut dan memberinya air panas lalu menyaringnya dengan kain. Hasilnya banyak sekali microbits yang didapatkan. Salah satunya berasal dari sebuah produk pasta gigi yang kemudian dikirim kembali untuk mengurangi keberadaan microbits tersebut.

Film bagian pertama ditutup dengan aksi Robi yang menggunakan kostum seram. Ia mendatangi suatu taman untuk membagikan merchandise seperti tas dan tumbler kepada orang-orang yang masih menggunakan kantong plastik.

Robi Navicula

Film berdurasi 90 menit tersebut rencananya akan dirilis pada 16 Juli 2020. Foto: Foto: Youtube Pulau Plastik

Bagian kedua

Pada bagian kedua, dokumenter dimulai saat Robi menunjukkan keadaan tempat sampah yang ada dirumahnya. Ia memilah sampah organik dan non organik di dua tempat yang berbeda.

Robi memilah sampah tersebut untuk menggunakan kembali sampah yang ada. Khususnya sampah organik yang akan diolah menjadi kompos dan dijadikan pupuk tanaman di rumah. Namun, bagaimana dengan sampah anorganik?

Vokalis dan gitaris Navicula ini mengajak mengajak masyarakat sekitar untuk membawa sampah yang ada di rumah masing-masing. Banyak masyarakat yang belum memilah sampah dan mencampurnya begitu saja. Lalu, ia bersama masyarakat mulai dari anak-anak hingga dewasa memilah sampah.

Bersama Olivier Pouillon, yang merupakan pendiri Bali Recycling Co, keduanya bekerja sama dalam mengedukasi warga Bali untuk mengurangi penggunaan sampah plastik.

Setelah selesai dipilah, mereka memanggil suatu pengelola sampah plastik bernama simalu.id. Tak lama, tim tersebut datang dan menimbang sampah yang ada. Sampah plastik dihargai Rp1.000 per kilogram.

Sama halnya dengan Robi, band Navicula juga menunjukkan komitmennya dalam mengurangi sampah plastik. Misalnya, pada saat acara pertunjukan musik, meja makanan milik band Navicula hanya menyajikan camilan yang dibungkus dengan kain tanpa menggunakan plastik. Hal ini merupakan standar permintaan band yang mensyaratkan apa pun yang disajikan panitia seharusnya tidak menggunakan plastik dan diganti dengan bahan lain seperti daun atau kertas.

Kegiatan diselingi dengan observasi Robi dan tim yang mendatangi salah satu pusat perjalanan di Bali. Mereka melakukan pengamatan selama satu jam guna melihat konsumen yang menolak penggunaan plastik pada saat belanja. Mereka pun berhasil menemukan pengunjung yang menolak penggunaan kantong plastik dan beralih ke tas kain. Untuk mengapresiasi apa yang dilakukan pengunjung tersebut, Robi kemudian memberikan sepeda.

Sejak kejadian tersebut, pihak supermarket mengatakan terdapat penurunan jumlah kantong plastik secara signifikan yang juga didorong oleh peraturan wali kota Denpasar

Robi  berkesempatan untuk berbincang dengan walikota Denpasar, Ida Bagus Rai. Sambil duduk berhadapan, Ida Bagus mengatakan bahwa kebijakan demi lingkungan, kesehatan, dan ekonomi bagi masyarakat.

Dibagi Menjadi Empat Bagian

Film Pulau Plastik dibagi menjadi empat bagian. Pada bagian ketiga, film ini berfokus pada kehidupan penyu di laut Bali dibandingkan dengan keadaan sampah yang sedemikian banyak.

Sedangkan, pada bagian terakhir film atau pada bagian keempat, Robi dan kawan-kawan mencoba mengedukasi masyarakat untuk membersihkan tempat ibadah umat Hindu, Pura, agar bebas dari sampah plastik.

Mendapat cukup banyak perhatian, film dokumenter yang digarap oleh Gede Robi ini berkesempatan untuk tayang sebagai film bioskop. Film berdurasi 90 menit tersebut rencananya akan dirilis pada 16 Juli 2020.

Penulis: Krisda Tiofani

Top