Robi Navicula Garap Film Dokumenter “Pulau Plastik”

Reading time: 2 menit
pulau plastik
Vokalis grup band Navicula, Robi akan membuat sebuah film dokumenter bertajuk “Pulau Plastik”. Film ini menggambarkan Pulau Bali yang sudah semakin tercemar dengan plastik. Foto: greeners.co/Dewi Purningsih

Jakarta (Greeners) – Kecintaan dan kepedulian seorang Gede Robi Supriyanto terhadap lingkungan mendorongnya untuk membuat sebuah film dokumenter bertajuk “Pulau Plastik”. Film yang rencananya akan dirilis pada tahun 2019 ini mengambil latar belakang Pulau Bali yang sudah semakin tercemar dengan plastik.

Personel grup band Navicula yang akrab disapa Robi ini mengatakan bahwa saat ini film dokumenter yang khusus membahas isu lingkungan nyaris tidak ada padahal isu lingkungan di Indonesia sudah sangat krusial. “Malu jika isu lingkungan ini dibawakan oleh orang luar sedangkan Indonesia termasuk aktif di industri perfilman,” katanya.

BACA JUGA: Pemerintah Bentuk Kemitraan Aksi Plastik Global Tangani Sampah Plastik 

Lebih lanjut Robi menjelaskan walaupun film ini menceritakan Bali tapi topik yang dibicarakan mencakup isu nasional dan relevan pula dengan isu global. Isu ini adalah masalah pencemaran sampah di laut Indonesia dan Indonesia kini diklaim sebagai penyumbang sampah plastik tertinggi ke dua di dunia.

“Film ini akan bercerita tentang isu plastik yang sudah sangat mendesak keberadaannya dilingkup nasional dan global karena plastik ini sudah 40% bocor ke lautan. Selain itu, berbicara bumi, tidak ada di bumi yang lautnya itu bernama laut kedua karena semua laut hanya satu dan terkoneksi satu sama lain. Kalau di Indonesia nyampah efeknya bisa ke global dan di Indonesia sendiri isu plastik sudah urgent,” ujar Robi saat ditemui Greeners usai acara Nature X Youth di Jakarta beberapa waktu lalu.

BACA JUGA: Saruga, Jalankan Konsep Ritel Minim Sampah Plastik 

Menurut Robi, permasalahan sampah terutama sampah plastik harus melibatkan tiga komponen yakni pemerintah, dunia usaha, dan masyarakat. Tanpa tiga komponen ini, permasalahan sampah plastik tidak akan terselesaikan.

“Pemerintah membuat regulasi dan mengawasi, itikad baik dari dunia usaha untuk memikirkan kemasan yang ramah lingkungan, dan kesadaran masyarakat akan mengelola sampahnya sendiri dengan baik. Tapi film ini tidak ingin menyalahkan siapa-siapa dan saya ingin menunjukkan peranan ketiganya untuk duduk bersama dan berpikir solusi. Seperti contohnya, bagaimana proses pemerintah daerah Bali melarang plastik dan peranan masyarakat terhadap sampah plastik dengan daur ulang dan mengedukasi mereka,” katanya.

Robi berharap film ini nantinya bisa menumbuhkan kepedulian masyarakat akan lingkungan karena segala kegiatan yang dilakukan oleh manusia menyangkut isu lingkungan.

“Kita melakukan apa yang kita cintai harus bersamaan dengan kasih kepedulian. Menjadi atlet, dokter, musisi, akademisi, politisi apapun itu profesinya harus mencintai lingkungan. Sangat berdosa kalau kita hanya memikirkan satu generasi kita saja, tidak menyisakan apapun untuk masa depan anak kita itu berdosa. Jadi bukan hanya perut kenyang atau kantong terisi tapi lingkungan juga harus sehat, udara bagus, kualitas air bagus dan lingkungannya ideal. Hal yang yang seperti ini harus bisa dipertahankan sampai anak cucu,” tegasnya.

Di film ini Robi bertugas sebagai penulis naskah sekaligus pembawa acara. Proses syuting dilakukan sejak tahun lalu dan ditargetkan akan selesai pada November mendatang. Film ini akan ditayangkan di semua bioskop di Indonesia dan akan mengikuti festival film luar negeri.

Penulis: Dewi Purningsih

Top