Kerja Sama Lintas Sektor Bantu Kurangi Sampah Plastik

Reading time: 3 menit
Sampah Plastik
(Kiri ke Kanan) Robi Navicula, Aktivis dan Pembuat Film Dokumenter Pulau Plastik, Rosel Lavina, Vice President Corporate Affairs Food Ecosystem Gojek, Tiza Mafira Direktur Eksekutif Gerakan Indonesia Diet Kantong Plastik (GIDKP), Kepala Seksi Pengelolaan Sampah Dinas Lingkungan Hidup (DLH) DKI Jakarta Rahmawati, dan moderator Gita Syahrani. Foto: www.greeners.co/Dewi Purningsih

Jakarta (Greeners) – Permasalahan sampah plastik kini sudah menjadi perhatian seluruh pihak baik dari pemerintahan, influencer, hingga industri start up. Kerja sama lintas sektor harus dikuatkan demi menghilangkan gelar Indonesia sebagai penyumbang sampah plastik terbesar kedua. Kebijakan, program, hingga film dokumenter dibuat untuk mengubah pola pikir dan perilaku masyarakat dalam mengurangi penggunaan plastik sekali pakai.

Gerakan Indonesia Diet Kantong Plastik (GIDKP) sebagai Lembaga Swadaya Masyarakat mendorong terbitnya kebijakan pelarangan penggunaan kantong kresek di beberapa daerah. Direktur Eksekutif GIDKP Tiza Mafira menyampaikan kebijakan pelarangan plastik ini bisa mengubah konsumen dalam menggunakan plastik.

“Kebijakan merupakan sesuatu hal yang bisa mengubah sikap banyak orang. Gerakan ini bisa mendorong setiap individu secara massal untuk mengurangi sampah plastik. Intinya perubahan perilaku,” ujar Tiza pada Screening Film Pulau Plastik di GoLearn Gojek, Jakarta Selatan, Selasa (25/02/2020).

Baca juga: Gerakan 1 Juta Tumbler, Konsisten Ajak Masyarakat Kurangi Sampah Plastik

Tiza mengatakan saat ini sudah ada 22 kabupaten dan kota di seluruh Indonesia yang membuat kebijakan pelarangan penggunaan kantong plastik sekali pakai. Hal ini merupakan suatu terobosan dan komitmen sangat baik yang diambil oleh pemerintah daerah dalam menjaga lingkungan.

Kepala Seksi Pengelolaan Sampah Dinas Lingkungan Hidup (DLH) DKI Jakarta Rahmawati menuturkan kebijakan ibuat berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 4 Tahun 2019. Pada pasal 21 berbunyi: Dalam rangka pengurangan sampah, penanggung jawab dan/atau pengelola pusat perbelanjaan,toko moderndan pasar wajib menggunakan kantong belanja yang ramah lingkungan.

“Ketika melakukan riset di TPST Bantar Gebang, kami menemukan bahwa komposisi sampah plastik sebesar 14 persen. Jumlah kantong kresek paling banyak 50 persen dari jumlah tersebut. Kedua terbesar plastik bening kemasan, ketiga sachet. Jadi, penerapan kebijakan ini diharapkan bisa mengurangi sampah plastik sebesar 6 ton per harinya,” ujar Rahma.

Sampah Plastik

Para relawan dan pembicara menyaksikan acara pemutaran film Pulau Plastik, di Jakarta Selatan, Selasa, 25 Februari 2020. Foto: www.greeners.co/Dewi Purningsih

Sementara vokalis grup musik Navicula dan aktivis lingkungan, I Gede Robi Supriyanto membuat advokasi untuk mengurangi sampah plastik dengan membuat film dokumenter Pulau Plastik. Ia berharap Pulau Bali bebas dari plastik.

Robi mengatakan selama pengambilan gambar film dokumenternya ini, ia mempelajari dampak sampah plastik yang bisa menjadi mikroplastik dan mencemari biota laut. Pada film dokumenternya ini, Robi membuat empat episode berbeda dengan durasi masing-masing 20 menit. Terbagi menjadi episode yang membahas tentang regulasi, bisnis plastik, masyarakat adat, dan inisiatif masyarakat.

“Saya ingin lebih spesifik ke problem dasarnya. Masalah plastik ini kan kompleks, tidak cukup dengan inisiatif individu, korporasi harus terlibat, pemerintah harus terlibat. Dan solusinya nanti tidak boleh parsial, solusinya harus terintegrasi gitu. Jadi film ini lebih ke konkrit bahwa isu sampah plastik bukan isu gampang tapi isu yang serius. Untuk itu saya ingin merangsang tiap-tiap orang bisa terlibat dengan caranya masing-masing,” ujarnya.

Baca juga: Kabupaten Badung Keluarkan 2 Perbup untuk Mengurangi Sampah Plastik

Perusahaan start up Gojek juga menunjukkan sebuah inisiatif yang bertujuan untuk memudahkan konsumen, mitra penjual, dan pengemudi menjalani gaya hidup ramah lingkungan. Inisiatif GoGreener yang pertama dijalankan oleh layanan GoFood yakni dengan tidak menyertakan alat makan sekali pakai dalam pemesanan makanan. Mereka juga menyediakan tas pengantaran yang dirancang khusus untuk mitra pengemudi.

“Di Gojek, tahun lalu bulan Agustus GoGreeners menyasar 3 pilar tadi. Kolaborasi dari pemerintah pusat, Non Government Organization (NGO), dan para pegiat lain. Saat ini sudah ada 2.500 outlet yang sudah mengikuti GoGreener ini dengan tidak menyediakan alat makan dari plastik. Seterusnya kami juga masih akan menggodok, meneruskan movement ini sejalan dari peraturan pemerintah,” ujar Rosel lavina,Vice President Corporate Affairs Food Ecosystem Gojek.

Penulis: Dewi Purningsih

Top