Ramon Y Tungka, Pilih Hutan Ketimbang Kebun Sawit

Reading time: 2 menit
Ramon Yusuf Tungka. Foto: greeners.co/Renty Hutahaean

Jakarta (Greeners) – Beberapa waktu lalu, World Wildlife Fund (WWF) merilis data bahwa Sumatera dan Kalimantan termasuk dalam 11 wilayah di dunia yang berkontribusi terhadap lebih dari 80 persen deforestasi secara global hingga tahun 2030 nanti.

Laporan yang merupakan bagian akhir dari WWF Living Forest Report menyebutkan, lebih dari 170 juta hektar hutan diperkirakan akan hilang sepanjang 2010-2030 dan berganti dengan wilayah perkebunan dan pertanian, khususnya kelapa sawit, baik dengan skala industri maupun rakyat.

Di lapangan, aktor sekaligus petualang Ramon Yusuf Tungka atau sering disingkat dengan Ramon Y Tungka ini mengaku merasakan hal yang sama. Pria yang sebelumnya membawakan acara petualangan di salah satu stasiun televisi swasta ini melihat sendiri lokasi-lokasi hutan yang memang sudah banyak beralih fungsi menjadi perkebunan sawit di Kalimantan.

“Saya masuk ke dalam labirin kelapa sawit dengan menaiki sepeda motor. Dua malam saya di sana, itu benar-benar menyesatkan karena bentuknya labirin. Itulah yang amat disayangkan, ternyata dampak kelapa sawit itu membabat hutan,” ujar Ramon saat ditemui Greeners usai peluncuran buku 100 HKI di Central Park, Jakarta Barat, beberapa waktu lalu.

Menurutnya, jika ditelisik dari segi fungsi, pada akhirnya kelapa sawit memang dibutuhkan sebagai bahan pembuatan sampo, sabun, minyak goreng, mentega dan lainnya. Namun, katanya lagi, semua itu juga harus dilihat skala prioritasnya. Tutupan hutan, tuturnya, lebih banyak membawa manfaat baik bagi bumi, masyarakat maupun seluruh ekosistem di dunia dibandingkan dengan kelapa sawit.

“Iya kelapa sawit bisa jadi sampo, sabun, dan segala macam tapi yang mendapat keuntungan itu kan si pengusaha bukan masyarakat, Kalimantan, atau Indonesia itu sendiri. Kalau wilayah itu tetap hutan dan bukan kelapa sawit, tentu yang mendapat keuntungan adalah masyarakat desanya, Kalimantan, begitu juga Indonesia. Itu (keberadaan hutan Kalimantan) juga alasan kenapa Indonesia disebut sebagai paru-paru dunia. Sungguh sangat disayangkan fenomena kelapa sawit ini,” katanya.

Selain kelapa sawit, peraih penghargaan Citra untuk Pemeran Utama Pria Terbaik dalam film Ekskul tahun 2006 ini juga menyoroti perihal pariwisata di Indonesia. Menurutnya, potensi pariwisata di negeri agraris ini sangat besar.

Apalagi, terusnya, sekarang ini, seluruh dunia sudah mulai memperhatikan Indonesia dan rakyat Indonesia sendiri sudah mulai bangga dengan kekayaan alam dan keindahannya. Namun, ia meminta agar jangan hanya bangga akan hal itu, masyarakat juga perlu memberikan sesuatu yang berdampak positif pada Indonesia.

“Misalnya seperti yang lagi sering kita kampanyekan sekarang. Boleh bertualang, kemanapun, bahkan ke tempat-tempat yang masih “perawan” tapi ingat, jangan merusak. Tetap dijaga dan disayangi alam itu. Dan, ketika kita datang ke suatu tempat, gunakan kepekaan hati. Kamu ingin menjadi pecinta alam atau penikmat alam? Itu aja,” tutupnya.

Penulis: Danny Kosasih

Top