Saruga, Jalankan Konsep Ritel Minim Sampah Plastik

Reading time: 3 menit
saruga
Adi Asmawan pemilik Saruga Package-Free Shopping Store. Tempat belanja ini menerapkan sistem belanja minim sampah. Foto: greeners.co/Dewi Purningsih

Jakarta (Greeners) – Untuk mendukung gerakan dunia tanpa sampah atau biasa dikenal sebagai Zero Waste, seorang pemerhati lingkungan Adi Asmawan membuat bisnis ritel non limbah bernama Saruga. Misi dari Saruga sendiri ialah memotong jalur distribusi dari sisi ritel dalam menekan laju sampah yang dianggap merupakan konsep jitu untuk meniadakan kemasan serta produk plastik sekali pakai.

Adi selaku pemilik Saruga mengatakan bahwa Saruga Package-Free Shopping Store yang baru berjalan satu bulan ini merupakan model bisnis ritel nol limbah. Tempat belanja ini menawarkan konsep baru kepada masyarakat yang sudah mulai peduli terhadap lingkungan agar dapat menjalankan gaya hidup minim sampah dan menjaga ekosistem agar tetap terjaga dengan baik.

“Saruga ini saya buat dengan harapan bisa mengurangi penggunaan sampah plastik di Indonesia dan untuk berpartisipasi dalam gerakan Dunia Tanpa Sampah (Zero Waste/Less Waste Living), karena saya melihat banyak pihak yang ingin mengurangi sampah dari hulu hingga hilir. Kemudian saya melihat yang di tengah ini selama ini jarang sekali di jamah, yakni jalur distribusi dari sisi ritel. Maka itu saya memilih jalur tengah itu dengan membuat Saruga,” ujar Adi saat ditemui Greeners di Shopping Center Saruga, Bintaro beberapa waktu lalu.

saruga

Foto: greeners.co/Dewi Purningsih

Adi menyatakan jika semua produk Saruga dari distributor hingga ke tangan konsumen tidak menggunakan plastik sekali pakai, begitupun dengan kemasan yang dipakai untuk menjadi wadah produk. Karena, menurutnya sampah kemasan plastiklah yang menjadi masalah saat ini selain kantong kresek.

“Dalam membangun Saruga ini, saya berusaha sekali meyakinkan para distributor untuk tidak menggunakan kemasan plastik pada produk yang saya jual dan menggunakan konsep curah untuk penjualannya. Karena hal itu, saya sampai dibilang “orang gila” menjalankan bisnis seperti ini. Tapi karena tekad dan keinginan untuk menyelamatkan lingkungan, saya terus berjalan,” tutur Adi.

saruga

Saruga menyediakan kantong berbagai ukuran untuk mengemas produk. Foto: greeners.co/Dewi Purningsih

Adi menjelaskan keuntungan dari produk tanpa kemasan, yaitu pertama, konservasi sumber daya melalui pengurangan bahan kemasan dalam rantai pasokan. Kedua, pengurangan limbah material dari landfill & insinerasi. Ketiga, pengurangan jejak karbon dari lebih sedikit kemasan. Keempat, perubahan perilaku positif dengan membantu pelanggan mengadopsi perilaku konsumsi secara berkelanjutan. Kelima, lebih sedikit limbah makanan karena pelanggan didorong membeli hanya apa yang mereka butuhkan. Keenam, mempromosikan makanan sehat, bergizi dan ‘bahan pangan utuh’ (whole food).

“Menurut saya, sumber sampah di Indonesia maupun di seluruh dunia, paling banyak disumbang oleh sampah rumah tangga, bukan sampah industri. Karena, ketidakbijakan masyarakat dalam hal konsumsi. Over consumption adalah pemborosan, mubazir, lapar mata yang sering kali terjadi di depan mata kepala kita sendiri termasuk diri sendiri. Sampah yang menumpuk tak terbendung merupakan dampak dari pola konsumsi makan berlebih yang akhirnya menyisakan banyak sampah organik begitupun sampah anorganik,” ujar Adi.

Maka itu, menjadi misi Saruga dalam mengurangi limbah kemasan dan produk plastik sekali pakai. Misi ini diaplikasikan dengan mengembangkan sistem retail bahan kebutuhan sehari – hari yang memungkinkan konsumen untuk memakai ulang kemasan dengan menyediakan sarana isi ulang.

Selain itu, mempopulerkan pola konsumsi berkelanjutan dan gaya hidup minim sampah kepada anak – anak mulai dari usia pra-sekolah, sebagai pewaris bumi di masa depan. Terakhir, mengembangkan model bisnis berkelanjutan serta saling menguntungkan antara peritel, produsen dan konsumen yang tetap mengedepankan konsep pengurangan laju pertumbuhan sampah.

Penulis: Dewi Purningsih

Top