Tim ilmuwan yang dipimpin oleh Nanyang Technological University (NTU) di Singapura, mengembangkan ubin dinding inovatif yang terbuat dari jamur. Uniknya, ubin ramah lingkungan ini dapat membantu menurunkan suhu dalam bangunan dan menciptakan suasana lebih sejuk.
Ubin tersebut terbuat dari biomaterial baru yang menggabungkan jaringan akar jamur, atau miselium, dengan limbah organik. Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa komposit yang mengandung miselium ini, lebih hemat energi daripada bahan insulasi bangunan konvensional. Contohnya, vermikulit dan agregat tanah liat.
Associate Professor NTU, Hortense Le Ferrand, yang memimpin penelitian ini, mengatakan bahwa industri konstruksi menyumbang hampir 40 persen dari semua emisi terkait energi di dunia. Dengan demikian, komposit yang terikat miselium ini dapat menjadi alternatif ramah lingkungan yang menjanjikan.
BACA JUGA: Mahasiswa UGM Ciptakan Pemecah Gelombang, Juara di Kompetisi Nasional
“Material isolasi semakin banyak terintegrasi ke dalam dinding bangunan untuk meningkatkan efisiensi energi. Namun, sebagian besar material tersebut sintetis dan menimbulkan konsekuensi lingkungan selama siklus hidupnya,” ungkap Ferrand dilansir Techxplore, Sabtu (5/4).
Komposit miselium ini juga dapat terurai secara hayati dan sangat berpori. Material ini memiliki konduktivitas termal yang sebanding, atau bahkan lebih baik daripada beberapa bahan isolasi sintetis yang biasa ada dalam bangunan.
Ferrand juga menambahkan bahwa inovasi ini merupakan bukti konsep yang menjanjikan untuk solusi pendinginan pasif yang lebih efisien. Bahkan, lebih berkelanjutan dan terjangkau, khususnya di kondisi iklim panas dan lembap.
Namun, inovasi ini juga belum terlepas dari tantangan, terutama dalam meningkatkan produksi ubin miselium. Proses penumbuhannya memakan waktu tiga hingga empat minggu meskipun menggunakan energi yang minimal.
Selain itu, ada inersia tinggi terhadap penggunaan ubin miselium sebagai bahan konstruksi alternatif. Sebab, industri konstruksi sudah terbiasa dengan bahan isolasi konvensional.
Terbuat dari Serutan Bambu
Para peneliti membuat komposit miselium dengan cara menumbuhkan jamur pada bahan organik, seperti serbuk gergaji atau limbah pertanian. Kemudian, mengikatnya menjadi komposit padat dan berpori. Dalam penelitian ini, para ilmuwan NTU menggunakan miselium jamur tiram (Pleurotus ostreatus) dan serutan bambu dari toko furnitur bercampur gandum dan air.
Campuran tersebut mereka masukkan ke dalam cetakan heksagonal, dengan tekstur yang terinspirasi dari kulit gajah yang bisa mengatur panas dari kulitnya. Selain itu, bioSEA juga turut merancang inovasi ini menggunakan algoritma komputasi.
BACA JUGA: Peneliti UGM Kembangkan Alat Deteksi Dini Penyakit TBC Pakai Teknologi AI
Selanjutnya, peneliti membiarkan ubin tumbuh dalam gelap selama dua minggu, lalu mengeluarkannya dari cetakan dan mereka biarkan tumbuh lagi selama dua minggu. Terakhir, ubin tersebut mereka keringkan dalam oven pada suhu 48°C selama tiga hari untuk menghilangkan sisa air dan menghentikan pertumbuhan miselium.
Dalam percobaan laboratorium, para ilmuwan menemukan bahwa ubin miselium memiliki tingkat pendinginan 25 persen lebih baik, daripada ubin miselium yang sepenuhnya datar. Selain itu, ubin tersebut juga menunjukkan tingkat pemanasan 2 persen lebih rendah.
Selain itu, efek pendinginan ubin tersebut meningkat hingga 70 persen dalam kondisi hujan yang disimulasikan. Dengan demikian, ubin ini sangat cocok untuk iklim tropis.
Penulis: Dini Jembar Wardani
Editor: Indiana Malia