Inspiratif, Profesor Filipina Buat Lampu dari Garam dan Air

Reading time: 2 menit
Lampu ini berbahan garam dan air. Foto: Handout photo

Aisa Mijeno, seorang profesor teknik di Universitas De La Salle Lipa di Filipina membuat sistem penerangan atau lampu dari garam dan air. Inovasi ini pun telah membantu menerangi beberapa rumah di Filipina.

Mijeno bersama saudara laki-lakinya, Raphael, ikut mendirikan SALt (Sustainable Alternative Lighting). SALt merupakan perusahaan sosial yang mengembangkan lampu LED yang hanya menggunakan garam meja dan air.

Lampu LED Elektrokimia ini bekerja dengan cara melarutkan dua sendok makan garam ke dalam segelas air larutan garam. Keduanya berfungsi sebagai elektrolit. Kemudian, SALt dapat memberikan cahaya hingga delapan jam dan juga mampu mengisi daya ponsel cerdas dan perangkat seluler berdaya rendah lainnya menggunakan kabel USB.

Inovasi ini terlahir berdasarkan keinginan Majino untuk membantu masyarakat Kalinga. Sebab, warga di sana harus berjalan kaki selama 12 jam untuk mencapai Kota Bontoc dan mendapatkan minyak tanah untuk lampu mereka.

SALt Berhasil Menangkan Kompetisi

Perusahaan SALt milik Mijeno awalnya dibentuk melalui bantuan kompetisi technopreneurship IdeaSpace Foundation’s di mana lampu ini dipilih sebagai salah satu dari sepuluh start-up pemenang untuk pendanaan awal.

Sejak saat itu proyek SALt diakui secara internasional. Kemudian, melalui penemuannya, Filipina pun memenangkan People’s Choice Award di World Startup Competition pada Startup Nations Summit 2014 yang diadakan di Seoul Korea. Selain itu, SALt juga diakui di ASEAN Corporate Sustainability Summit and Awards 2015.

Namun terlepas dari pencapaian tersebut, Mijeno mengatakan dia masih ingin mencapai lebih banyak lagi untuk usaha sosial ini.

“Saya terus bekerja untuk mencapai versi peningkatan dari inovasi yang sedang kami kembangkan. Sehingga dapat memberdayakan seluruh desa di pulau-pulau terpencil di seluruh Filipina dengan menggunakan air laut,” kata Mijeno.

Bantu Menerangi Rumah Warga Terpencil

Mijeno, seorang wanita yang merupakan anggota dari Greenpeace Filipina mengatakan, selama perendaman pribadinya di Kalinga, dia termotivasi untuk membuat lampu SALt.

Mijeno pun akhirnya bersedia untuk membantu orang-orang, terutama di daerah pedesaan yang terpinggirkan dan kekurangan sumber daya. Dia termotivasi mengembangkan teknologi sejalan dengan advokasinya untuk pelestarian keindahan planet ini.

Dengan lampu SALt, orang-orang ini tidak lagi harus berjalan berjam-jam atau menghabiskan uang membeli minyak tanah. Demi mendapatkan penerangan, mereka hanya perlu membuat larutan air garam. Cukup dengan dua sendok makan garam dan satu gelas air keran, lampu dapat menyala hingga delapan jam berturut-turut.

Penulis : Dini Jembar Wardani

Editor : Ari Rikin

Sumber : goodnewspilipinas

news.abs-cbn.com

Top