Nanodiamond Ubah Gas Rumah Kaca Menjadi Bahan Mentah

Reading time: 2 menit
Nanodiamond ini mampu menjadi solusi dan mengubah gas rumah kaca menjadi bahan mentah. Foto: Pexels

Bayangkan bila gas rumah kaca yang terlepas ke atmosfer bisa menyebabkan perubahan iklim. Tapi kini berangkat dari sebuah penemuan, gas rumah kaca justru bisa sebagai bahan untuk konstruksi atau keperluan industri.

Para ilmuwan telah menemukan cara menggunakan nanodiamonds untuk mengubah gas rumah kaca menjadi bahan industri. Ya, CO2 bisa untuk bahan baku zat seperti asam format atau metanol. Para peneliti dari Fraunhofer Institute for Microengineering and Microsystems IMM bekerja untuk mengubah reaksi ini menjadi lebih berkelanjutan sehingga layak untuk industri.

Pengubahan CO2 menjadi bahan seperti asam format dan metanol bisa menciptakan ekonomi sirkular yang memungkinkan perusahaan mengurangi emisi dan memanfaatkannya. Selain mendaur ulang limbah, cara ini sekaligus mengurangi biaya, meningkatkan keuntungan, dan memotivasi perusahaan pencemar untuk menangkap emisi limbah mereka.

Asam format bisa untuk pengawet pada pakan ternak dan merupakan agen antibakteri untuk industri kimia. Tak hanya itu, bahan ini kerap kita manfaatkan dalam fungisida.

Sementara metanol merupakan alkohol kayu sebagai bahan kimia pembuatan plastik, cat, hingga bahan konstruksi. Metanol juga merupakan bahan bakar energi bersih untuk menggerakkan mobil, truk, kapal, sel bahan bakar, boiler hingga kompor masak.

Bagaimana Cara Kerjanya?

Pengubahan CO2 menjadi asam format ini menggunakan berlian nano sebagai katalis dan menyinarinya dengan sinar UV-C gelombang pendek dari lingkungan berair. Metode tersebut ini sedang Profesor Anke Kruger dari Universitas Wurzburg pelajari di laboratorium. Nanodiamond bersifat ramah lingkungan karena terbuat dari karbon dan tidak terlalu mahal.

Profesor Kruger, yang sekarang berada di University of Stuttgart, Sahlmann Photochemical Solutions GmbH dan peneliti dari Fraunhofer IMM membawa penelitian ini lebih dekat ke aplikasi dunia nyata dengan kerangka proyek CarbonCat.

Thomas Rehm, seorang ilmuwan di Fraunhofer IMM, mengatakan hingga saat ini percobaan di dalam reaktor batch, atau labu berpengaduk. CO2 diarahkan ke pelat dari bawah dalam aliran balik.

Menurut Rehm, ini memungkinkan reaksi berlangsung secara terus-menerus daripada dalam batch, menggunakan jumlah CO2 yang lebih tinggi dan volume larutan yang lebih kecil.

Ini menciptakan lebih banyak asam format dengan proses yang lebih sederhana. Peneliti juga mengganti sinar UV-C dengan sinar tampak, yang lebih mudah ditangani dan lebih murah, hanya membutuhkan modifikasi pada permukaan berlian untuk menangkap cahaya yang tampak.

Penulis: Ramadani Wahyu

Sumber: InHabitat

Top