Proses daur ulang plastik nyatanya tidak semudah yang kita pikirkan karena tidak semua jenis plastik bisa didaur ulang. Gomi, studio desain yang berbasis di Brighton, Inggris ternyata berhasil membuat terobosan dengan menciptakan speaker bluetooth portabel dengan memanfaatkan limbah plastik dari jenis yang dianggap tidak dapat didaur ulang.
Salah satu pendiri Gomi yang juga seorang desainer berkelanjutan, Tom Meades mendorong Gomi untuk menggunakan limbah plastik yang dianggap tidak dapat didaur ulang. Dari hasil penelitian studio ini didapatkan data bahwa sekitar 85 persen limbah plastik ditemukan di pantai-pantai di seluruh dunia, dan Inggris menyumbangkan 300 juta kilogram plastik fleksibel setiap tahunnya.
“Plastik fleksibel secara luas dianggap sebagai plastik yang tidak dapat didaur ulang oleh dewan Inggris. Kami pikir ini akan menjadi bahan yang sempurna untuk dimanfaatkan dan menunjukkan bahwa melalui desain inovatif plastik ini bisa berharga dan tidak harus berakhir sebagai limbah yang mencemari lingkungan kita. Sebagai gantinya, kita bisa membuat bahan ini menjadi benda yang diinginkan,” kata Meades.
Dari situlah, Meades dan studio Gomi terinspirasi untuk menggunakan limbah plastik, terutama limbah plastik yang tidak dapat didaur ulang, menjadi benda yang dapat digunakan seperti perangkat elektronik.
Untuk mendapatkan limbah plastik, Studio Gomi bekerja sama dengan pedagang grosir makanan lokal yang menggunakan sejumlah besar kemasan plastik yang biasanya dibuang. “Dengan speaker bluetooth ini, kami ingin menghentikan penanganan limbah yang biasanya ditimbun atau dibakar,” ujar Meades.
Sedangkan dalam proses pembuatannya, studio Gomi bekerja sama dengan para ahli audio profesional dan insinyur elektronik selama 12 bulan terakhir untuk memastikan bahwa produknya tidak hanya terlihat menarik secara estetika tetapi juga kualitas suaranya tidak kalah dibandingkan dengan speaker konvensional.
Setiap speaker Gomi terbuat dari plastik fleksibel yang berasal dari campuran seperti kantong plastik, bungkus pallet dan bungkus gelembung yang terbuat dari polietilen dengan densitas rendah. Adapun efek marmer dan warna dari speaker portable ini merupakan hasil campuran yang setara dengan 100 kantong plastik yang tidak dapat didaur ulang. Agar setiap produknya memiliki nilai estetika, studio Gomi mengatur pola warna-warni unik yang sesuai dengan warna bawaan pada limbah plastiknya.
Speaker ini terdiri dari tiga komponen modular yang dapat dengan mudah dipisahkan dan dilebur menjadi bagian-bagian baru untuk produk masa depan tanpa kehilangan nilai material. Studio Gomi juga menawarkan perbaikan gratis untuk produk mereka dan sistem di mana pelanggan dapat mengembalikan produk yang akan didaur ulang. Dalam upaya untuk bergerak menuju ekonomi sirkular, studio ini mendesak konsumennya untuk mengembalikan produk setelah digunakan alih-alih membuangnya.
“Kami terinspirasi oleh proses desain cradle-to-cradle (pendekatan biomimetik untuk desain produk dan sistem yang memodelkan industri manusia pada proses melihat bahan-bahan alami sebagai nutrisi yang bersirkulasi dalam metabolisme sehat dan aman), yang memikirkan siklus hidup penuh produk kami sejak awal proses desain kami,” kata Meades.
Dilansir dari Inhabitat, studio Gomi telah memenangkan dana hibah sebesar 10.000 poundsterling dari Program Environment Now pada Januari 2018 untuk memulai proyeknya dan didanai lebih lanjut oleh Santander Big Ideas Competition pada akhir tahun lalu.
Studio Gomi saat ini sedang merencanakan strategi untuk meningkatkan kemampuan penyimpanan dan menghasilkan produk pada skala yang lebih besar di masa depan. Selain itu, studio ini akan meluncurkan power bank portabel dan pengisi daya untuk telepon pintar, tablet dan gawai lainnya yang terbuat dari bahan yang sama melalui program pendanaan Kickstarter.
Penulis: DS/G43