Jimi Multhazam; Anak Muda Perlu Lifestyle Baru!

Reading time: 5 menit

Seorang pemuda berambut kribo dengan pakaian cerah warna-warni bernyanyi dan bergoyang gembira dalam musik yang danceable. Sepertinya sudah bisa ditebak siapa yang dimaksudkan tersebut. Siapa lagi kalau bukan Jimi Multhazam, vokalis band new wave The Upstairs. Band yang pernah dinobatkan sebagai raja pensi (pentas seni) sekolah dan sukses membuat sejumlah kaum muda menjadi demam disko tersebut, kini tengah menyiapkan album ketiga yang rencananya akan dirilis akhir tahun 2008 ini. Ditemui di sela-sela persiapannya sebelum manggung dalam konser “We Do Green” di Plaza Timur Senayan, Jakarta, Sabtu (19/7) lalu, berikut obrolan ringan nan singkat antara Greeners dengan lulusan kampus IKJ ini. Tentu saja obrolan berkisar tentang opininya dalam kepedulian lingkungan. Semoga saja para pembaca Greeners, khususnya yang mengaku para Modern Darlings –sebutan fans The Upstairs– bisa turut terinspirasi. Enjoy!

Oleh: Dewi Irma | Artikel ini diterbitkan pada edisi 07 Vol. 3 Tahun 2008

 

Apa kabar The Upstairs sekarang?

Kita baru aja lepas single dengan free download di Yes No Wave, tapi albumnya belum. Lagi negosiasi. Agak lama juga memang. Nggak tahu deh, tunggu aja lah (tertawa).

Pendapat lo tentang acara semacam ini?

Kalau gua bilang sih, acara sejenis ini perlu lebih sering. Untuk mengingatkan anak muda, yang mungkin belum tahu, tentang masalah-masalah lingkungan. Masalah seperti climate change, terus kondisi Jakarta sekarang ini, dan segala macamnya. Itu kan makin ramai, dan penting dibahas. Ya, karena gua di Jakarta juga sih ya. Kalau dari segi musisi, lebih baik sih di lagunya ada message-nya.

Seberapa sering manggung di acara berbau lingkungan?

Ada beberapa lah ya. Glenn Fredly juga pernah bikin kan, yang kayak kampanye Al Gore gitu. Kita pernah manggung di sana. Dan beberapa acara lainnya.

Pernah terpikir membuat lagu yang menyinggung soal lingkungan?

Kalau lingkungan, untuk di panggung biasanya lagu “Disko Darurat” kita ganti liriknya jadi “..bumi kita semakin panas”. Baru-baru ini The Upstairs ikut kompilasinya LIPI, tentang siaga bencana gitu. Kebanyakan materinya tentang pertolongan pertama pada gempa, tsunami, kayak gitu-gitu. Itu materinya dari LIPI. Nah, itu kita tuangkan ke lagu. Tujuannya, biar siapapun orang yang muda-muda atau yang kecil-kecil juga, ikut aware, wah kalau terjadi bencana harus gimana, kayak gitu-gitu.

Lo kan tinggal di Jakarta, sekarang Jakarta kayak gimana?

Jakarta…wuih! Temperaturnya bertambah panas. Itu mungkin sejak tahun ‘70-an. Gua lahir tahun 1974. Jadi gua ngerasain sendiri, tahun 79, waktu gua masih kecil banget, kalau nggak pakai AC itu biasa aja. Keluar rumah, itu rasanya biasa aja. Tapi sekarang, wah tau sendiri. Neraka! (tertawa) Selain panas, ya…banjirnya juga makin sering ya. Dan langkah-langkah antisipatif kurang. Di tempat gua dulu, Pondok Bambu, dulu rindang pepohonan. Wah, sekarang pemukiman rapat. Dulu kan Jakarta nggak seramai sekarang. Sekarang sedikit-sedikit gedung pencakar langit, atau kotoran di mana-mana.

Menurut lo, seberapa efektif musik bisa jadi medium penyampaian pesan lingkungan?

Kalau menurut gua, besar sekali. Karena musik itu kesenian yang paling mudah dicerna orang. Paling dekat. Jadi, dengan lirik-lirik yang simple, tidak menggurui, minimal membuat orang tahu lah. Wah, kondisi sedang seperti ini nih sekarang. Kondisi memburuk.

Siapa musisi di bidang itu yang lo suka?

Leo Chsristy. Dia tuh masih mendengungkan bahwa tanah itu bagus, indah, dan sebagainya. Jadi, ketika kita mendengarkan, padahal kenyataan yang terjadi ternyata sebaliknya, gua sih jadi berpikir bahwa memang telah ternyata terjadi pergeseran. Lagu-lagu lawas makin bikin kita berpikir tentang keadaan lingkungan yang berubah.

Bukannya musik semacam itu berpotensi kurang laku?

Kalau laku atau tidak itu bukan kuasa senimannya. Itu masalah bisnis. Bisnis yang bikin lagu itu jadi laku atau nggak. Mungkin tergantung packaging, promosi, dan lain-lain. Yang jelas, musik-musik semacam itu perlu didukung untuk tetap ada.

Top