
Rachmat Witoelar menerima gambar karikatur wajahnya usai menjadi pembicara dalam Climate Week yang berlangsung pada 6-9 Oktober 2015 di Jakarta. Foto: greeners.co/Renty Hutahaean
Kesibukannya yang terbilang tinggi di tengah usia yang makin bertambah tidak membuat Rachmat lelah. Kenyang mengenyam asam garam dalam dunia politik dan lingkungan hidup pun tidak membuat Rachmat bosan. Ia justru menganggap kesibukannya ini sebagai sebuah motivasi agar tetap sehat.
“Pertanyaannya, saya yang bosan atau negara yang bosan sama saya, hahaha…” seloroh lelaki kelahiran 2 Juni 1941 ini.
Sertifikat Penyelam
Meski sibuk dengan berbagai aktivitas, namun Rachmat juga menggemari olahraga. Ia bercerita, semasa muda ia bisa menghabiskan tiga jam di lapangan hijau. “Selepas sekolah, saya biasanya main bola dari jam 3 sampai jam 6 sore,” kenangnya.
Rachmat mengaku bahwa kegemarannya berolah raga diturunkan oleh sang Ayah, Raden Achmad Witoelar Kartaadipoetra. Kehidupan pemuda di masa itu, lanjut Rachmat, mulai menjauh dari nilai-nilai kebersamaan dan gotong royong. Maka, sang Ayah mengarahkan Rachmat untuk menekuni olah raga untuk melampiaskan energi mudanya.
Ayah Rachmat sempat menjabat sebagai Ketua di sebuah klub sepak bola bernama Voorwarts Is On Streven (VIOS). Rachmat sendiri sempat menjadi pemain bola di klub tersebut sebelum akhirnya memutuskan untuk melanjutkan studinya di Fakultas Arsitektur Institut Teknologi Bandung (ITB) pada tahun 1961. “Sekarang lapangan milik VIOS itu jadi Taman Menteng,” kata kakak dari Wimar Witoelar ini.
Selain sepak bola, ia juga menyukai renang dan selam. Khusus olah raga selam, Rachmat memiliki sertifikat penyelam instruktur regional. Sertifikat tersebut merupakan tingkat tertinggi dalam sertifikat penyelam.
Sampai saat ini, Rachmat mengaku bahwa ia masih melakukan olah raga di tengah kesibukannya. Golf dan renang adalah dua olah raga yang rutin dilakukan Rachmat. “Kalau subuh main golf, kalau sore saya berenang,” ujarnya.











































