Jakarta (Greeners) – Reef Check Indonesia (RCI) merupakan lembaga monitoring dan edukasi mengenai keanekaragaman hayati khususnya laut. Organisasi ini juga mewadahi berbagai komunitas dalam melakukan pemantauan terhadap terumbu karang.
Berdiri pada tahun 1997, RCI mengawali kegiatannya dengan memantau terumbu karang di Karimun Jawa, Jepara, Jawa Tengah. Proyek tersebut melibatkan seluruh universitas di Indonesia.
“Setelah tiga tahun berlangsung, tiap lembaga yang sudah diundang berkomitmen untuk memonitoring setiap daerah masing-masing. Dari Sabang sampai Merauke melakukan monitoring secara mandiri,” ujar Ayub, Staf Pengembangan Komunitas Reef Check Indonesia, saat dihubungi melalui telepon, Sabtu, (21/12).
Baaca juga: LIPI: Faktor Alam dan Antropogenik Menyebabkan Kondisi Terumbu Karang Jelek
Setelah kegiatan tersebut selesai, RCI membuat kelembagaan sendiri dengan nama Jaringan Kerja Reef Check Indonesia (JKRI). Organisasi tersebut masih melibatkan sukarelawan untuk memonitoring terumbu karang yang ada di Indonesia.
Saat ini cakupan relawan JKRI berada di 25 wilayah di Indonesia. Beberapa di antaranya terdiri dari kalangan universitas, pemandu pusat, pemandu lokal, perusahaan, pemerintahan, hingga kelompok nelayan. Mereka diberikan pembekalan dan pemahaman mengenai terumbu karang serta diberikan fasilitas di setiap kegiatan.
Menurut Ayub, para komunitas memiliki gaya masing-masing dalam mensosialisasikan pemantauan, misalnya, melalui media sosial, workshop, kegiatan pembersihan, atau penanaman terumbu karang.
Baca juga: Peneliti Ciptakan Cairan Pelindung Sinar Matahari untuk Terumbu Karang
Berdasarkan riset yang dilakukan RCI, penyebab kerusakan terumbu karang berbeda di setiap daerah. Contohnya, bencana alam yang mengakibatkan populasi karang menurun, penangkapan yang kurang ramah lingkungan, wisatawan, sampah, hingga fenomena coral bleaching. “Untuk fenomena coral bleaching, tahun 2010-2016 paling berdampak terhadap terumbu karang di Indonesia. Kerusakaan bisa dikatakan lumayan besar,” ucap Ayub.
Adapun untuk masalah sampah, RCI menemukan di antaranya berjenis plastik, kain, dan sisa kayu. “Sampah itu sendiri bersifat run off. Ketika air sungai aktif, sampah yang berada di daratan berakhir ke laut. Jadi, sampah tersebut menutupi koral-koral yang mengakibatkan kesulitan untuk melakukan fotosintesis. Analoginya seperti kita ditutupi dengan kain pasti tidak nyaman,” kata Ayub
Ia menuturkan, RCI memonitoring sampah menggunakan rollmeter sepanjang seratus meter. “Jika menemukan sampah 5 hingga 10 sampah itu kerusakaannya sangat tinggi,” Ucap Ayub.
Penulis: Ridho Pambudi