KeSEMaT, Pelopor Gaya Hidup Mangrove di Indonesia

Reading time: 2 menit
Kesemat, Pelopor Gaya Hidup Mangrove
Foto : Dokumen Kesemat

Kelompok Studi Ekosistem Mangrove Teluk Awur (KeSEMaT) bukan sekedar dikenal sebagai Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) dibawah naungan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Diponegoro (FPIK Undip). Lebih dari itu, KeSEMaT telah dikenal luas atas berbagai aksinya memperkenalkan mangrove sebagai gaya hidup kepada masyarakat.

Berkunjung ke kantornya, banyak penghargaan yang akan bisa dilihat. Tahun 2016 misalnya, KeSEMaT dinobatkan sebagai organisasi kepemudaan terbaik tingkat ASEAN. Terakhir, mereka mendapatkan penghargaan nominasi Kalpataru 2019.

Penghargaan-penghargaan itu tidak datang dengan sendirinya. Semua bermula di tahun 2001 saat 9 orang mahasiswa Ilmu Kelautan FPIK Undip mendirikan kelompok studi mangrove. Kala itu mereka fokus dalam rehabilitasi lahan gundul yang ada di pesisir Teluk Awur, Jepara, Jawa Tengah.

Raditya Rizki Ananda, Menteri Pengembangan Organisasi KeSEMat 2019, menyebut Kerja keras selama 18 tahun tidak sia-sia, kini lahan gundul di Teluk Awur telah dipenuhi pohon mangrove seluas 5 hektare. Keberhasilan tersebut memotivasi komunitas ini untuk melebarkan sayap ke daerah lainnya.

“Alhamdullilah sekarang Teluk Awur itu dari 2001 sampai 2019 ini, hampir 5 hektar bertambah dari yang awalnya gundul. Nah sekarang tempat itu sudah jadi hutan kota padahal dulu tidak dilirik sama sekali,” ungkap Radit.

Ekspresi aktivitas KeSEMaT bukan hanya terkait rehabilitasi mangrove. Mereka juga memberikan pelatihan pengolahan tanaman mangrove menjadi produk makanan dan pakaian kepada masyarakat binaan. Aktivitas-aktivitas tersebut selaras dengan misi mereka untuk memperkenalkan gaya hidup mangrove kepada masyarakat.

Kesemat, Pelopor Gaya Hidup Mangrovedi Indonesia

Foto : Dokumen Kesemat

“Jadi istilahnya, mangrove itu bukan hal negatifnya, yang kampung dan sebagainya, enggak sebenarnya. Mangrove itu bisa menjadi profit yang baru, bisa membantu perekonomian masyarakat peisisir, di samping tugas utama menjaga ekosistem,” tambah Radit.

Selain kaya prestasi, KeSEMaT juga mengembangkan sayap organisasi untuk menunjang misi pelestarian mangrovenya. Tahun 2009, mereka mendirikan wadah relawan KeSEMaT Mangrove Volunteer (KeMANGTEER) dan Yayasan Inspirasi Keluarga KeSEMaT (IKAMaT). Dua tahun berselang, 2011, berdiri CV. KeSEMaT Mangrove Indonesia (KeMANGI) yang merupakan perusahaan jasa dan produk mangrove milik mereka.

Ilham Kuncahyo, presiden KeSEMaT, tidak mau berbangga diri dengan harumnya nama komunitasnya. Ia menuturkan capaian ini tidak lepas dari pengurus-pengurus sebelumnya. Tradisi prestasi yang mengakar merupakan pemantik anggota-anggota baru untuk melanjutkan dan menambakan inovasi pada program-program yang dimiliki.

“Jadi misalkan dapat prestasi di tahun 2018, itu untuk KeSEMaT 2001 sampai 2019, jadi gak hanya tahun itu karena pengaruh dan kinerja alumni bagaimana membentuk kami, bagaimana susah payahnya. Nah sekarang bagaimana kita pengurus istilahnya sudah sustain dan konsisten dengan segala macam untuk melanjutkan” ungkap Ilham.

Dalam setahun, KeSEMaT memiliki setidaknya 33 program terkait pelestarian mangrove. Tiga program mangrove terbesarnya masing-masing diberi nama mangrove restoration, mangrove cultivation, dan mangrove replant. Selain memberikan edukasi ke masyarakat, mereka juga tak lupa mengedukasi anggotanya seputar isu mangrove.

Pergerakan komunitas ini tidak selamanya mulus, terkadang mereka menghadapi tantangan status kepemilikan lahan rehabilitasi. Situasi tersebut menjadi alasan mereka tidak hanya fokus pada pelestarian mangrove di Semarang namun juga di daerah lainnya pesisir Jawa Tengah.

Aksi mereka didukung dengan kuatnya relasi perusahaan, pemerintahan, dan masyarakat yang dimiliki. Kedepannya mereka masih akan terus bergeliat menularkan gaya hidup mangrove ke masyarakat. Hal itu tentu demi misi mulia menjaga kelestarian mangrove mulai dari pesisir utara Jawa Tengah.

Penulis : Mohammad Fariansyah

 

Top