Sampah untuk Menyembuhkan

Reading time: 3 menit
Foto: dok.

Foto: dok.

Setelah mengetahui klinik di Jalan Kyai Parseh Jaya tersebut menawarkan program asuransi kesehatan dengan sistem menyetor sampah, dirinya pun beralih ke klinik itu. Maklum, uang Rp 10 ribu bagi keluarganya cukup berarti untuk keperluan lain. “Saya kontrol diabetes hari ini,” ujarnya.

Nur Hayati juga merasakan manfaat yang sama seperti Ngadi. Perempuan 46 tahun yang tinggal sekitar 700 meter di sisi timur klinik mengaku terbantu dengan adanya asuransi sampah. Botol kecap, kardus, dan limbah rumah tangga lainnya kini sudah tidak dibuangnya lagi. Ia mengumpulkan sampah-sampah itu untuk membayar asuransi guna membiayai kesehatannya beserta keluarganya ketika sakit. “Biasanya pusing, malah pernah terserang chikungunya,” ujarnya.

Nur mengaku sangat terbantu oleh klinik asuransi sampah karena jika sakit datang mendadak, ia tak perlu risau dan bisa langsung berobat tanpa harus langsung membayar. Puskesmas setempat selain jauh juga harus mengeluarkan uang ketika berobat, sehingga ia dan keluarganya memilih berobat ke klinik asuransi sampah. Nur dan keluarganya menjadi anggota klinik asuransi sampah sejak tahun 2013.

Yanti Yuti juga demikian. Kebiasaannya membuang sampah di sungai kini berubah. Selain tak lagi membuang sampah di sungai, dia juga mengaku beruntung dapat berobat di klinik secara gratis dengan menyetor sampah tiap akhir pekan. Biasanya saat sakit, dia berobat ke seorang mantri dengan biaya antara Rp 20 ribu sampai Rp 25 ribu sekali periksa. “Untuk belanja sehari-hari saja saya hanya mendapat jatah dari suami Rp 15 ribu,” ujarnya.

Top