Aktivis Cilik Asal Gresik Minta Norwegia Ikut Pulihkan Kali Brantas

Reading time: 2 menit
Aktivis cilik asal Gresik Aeshnina Azzahra Aqilani atau Nina meminta Norwegia untuk ikut memulihkan Kali Brantas. Foto: Ecoton
Aktivis cilik asal Gresik Aeshnina Azzahra Aqilani atau Nina meminta Norwegia untuk ikut memulihkan Kali Brantas. Foto: Ecoton

Jakarta (Greeners) – Aktivis cilik asal Gresik Aeshnina Azzahra Aqilani atau Nina meminta Norwegia untuk ikut memulihkan Kali Brantas di Jawa Timur. Norwegia merupakan salah satu negara yang mengekspor sampah plastik ke negara ASEAN, termasuk Indonesia.

Nina menyerahkan surat protes kepada Delegasi Norwegia, Erlend Arneson Haugen di Intergovernmental Negotiating Committee (INC) keempat di Ottawa, Kanada.

“Saya akan meneruskan surat ini kepada anggota yang lain,” ujar Erlend kepada Nina.

Menurut Nina, negara Uni Eropa pengirim sampah plastik seperti Belanda, Jerman, Prancis, Italia, Norwegia, dan Denmark harus segera menghentikan ekspor sampah plastik. Nina mengatakan, negara-negara tersebut harus bertanggung jawab merehabilitasi dan memulihkan ekosistem yang tercemar, salah satunya di Indonesia.

BACA JUGA: River Warrior Surati Jokowi Minta Bantuan Sosial untuk Sungai

Sampah impor kertas dan plastik dari negara-negara Uni Eropa yang didaur ulang di Indonesia telah mencemari Kali Brantas. Akibatnya, sampah tersebut menghasilkan mikroplastik dan zat berbahaya penganggu hormon yang  mencemari Kali Brantas, Kali Porong, dan Kali Surabaya.

“Jadi, mereka harus ikut bertanggung jawab atas kerusakan lingkungan di Indonesia. Sungguh tidak adil bahwa kita negara berkembang harus mengolah sampah dari negara maju,” ungkap Nina di depan delegasi negara-negara Uni Eropa, Sabtu (27/4).

Aktivis cilik asal Gresik Aeshnina Azzahra Aqilani atau Nina meminta Norwegia untuk ikut memulihkan Kali Brantas. Foto: Ecoton

Aktivis cilik asal Gresik Aeshnina Azzahra Aqilani atau Nina meminta Norwegia untuk ikut memulihkan Kali Brantas. Foto: Ecoton

Paparkan Dampak Ekspor Sampah

Sementara itu, Dalam acara The Social Forum of The Human Right Council, Nina memaparkan dampak ekspor sampah dari negara maju ke Indonesia. Nina bersama River Warrior Indonesia menemukan dampak lingkungan akibat sampah impor dari negara maju.

“Di antaranya pembakaran sampah plastik yang tidak bisa daur ulang. Sampah-sampah plastik ini menyebabkan timbulnya polusi dioksin. Polusi tersebut menyebabkan gangguan pada pernafasan dan dakit paru-paru,” kata Nina.

BACA JUGA: Gunakan Botol Plastik saat Debat, River Warrior Protes ke KPU

Setiap tahun, lanjut Nina, ada lebih dari lima juta ton sampah kertas dan jutaan ton sampah plastik yang didaur ulang di Indonesia. Padahal, industri daur ulang tidak memiliki kapasitas pengolahan limbah yang baik. Sehingga, mengakibatkan pencemaran mikroplastik dan bahan aditif plastik di perairan.

“Padahal, air sungai yang dibuangi limbah pabrik daur ulang menjadi bahan baku air minum. Air juga untuk irigasi perikanan ribuan hektare tambak di Sidoarjo,” tegasnya.

Nina menegaskan, negara maju harus mengentikan ekspor sampah plastik ke Indonesia dan negara berkembang lainnya di ASEAN. Di sisi lain, negara di Eropa padahal mengetahui daur ulang merupakan aktivitas yang kotor. Bahkan, membutuhkan energi tinggi dalam proses kerjanya.

 

Penulis: Dini Jembar Wardani

Editor: Indiana Malia

Top