Gunakan Botol Plastik saat Debat, River Warrior Protes ke KPU

Reading time: 2 menit
River Warrior Indonesia kirim surat usulan menghentikan penggunaan botol plastik sekali pakai kepada KPU. Foto: River Warrior Indonesia
River Warrior Indonesia kirim surat usulan menghentikan penggunaan botol plastik sekali pakai kepada KPU. Foto: River Warrior Indonesia

Jakarta (Greeners) – Dalam debat calon presiden (capres) dan calon wakil presiden (cawapres 2024), masih ada penggunaan botol plastik sekali pakai untuk air minum. River Warrior Indonesia mengirimkan surat usulan menghentikan penggunaan air minum dalam kemasan (AMDK) botol plastik sekali pakai kepada Ketua Komisi Pemilihan Umum (KPU), Hasyim Asy’ari .

”Sebagai lembaga penyelenggara Pemilu 2024, KPU berperan penting dalam transformasi nilai-nilai kesadaran lingkungan hidup. Terutama, dalam pembangunan demokrasi Indonesia dan mendorong lahirnya pemimpin bangsa yang berkomitmen pada penyelamatan bumi,” ungkap Koordinator River Warrior Indonesia, Thara Bening Sandrina lewat keterangan tertulisnya, Senin (29/1).

BACA JUGA: Jubah Biksu dari Daur Ulang Botol Plastik

Thara menulis dalam suratnya, ada empat manfaat positif dari tidak menggunakan botol plastik sekali pakai. Manfaat tersebut antara lain mengurangi jumlah sampah plastik sekali pakai, membangun kesadaran lingkungan, lebih efisien dan ekonomis, serta menjadi bentuk akuntabilitas sosial.

“Sebagai lembaga yang memiliki pengaruh besar, KPU dapat berperan aktif dalam mendorong perubahan perilaku positif masyarakat terkait penggunaan plastik sekali pakai,” tambah Thara.

River Warrior Indonesia kirim surat usulan menghentikan penggunaan botol plastik sekali pakai kepada KPU. Foto: River Warrior Indonesia

River Warrior Indonesia kirim surat usulan menghentikan penggunaan botol plastik sekali pakai kepada KPU. Foto: River Warrior Indonesia

Cawapres Masih Menggunakan Botol Plastik

Sementara itu, pada debat cawapres pekan lalu, salah satu cawapres mempertanyakan salah satu kandidat yang masih menggunakan botol plastik sekali pakai. Padahal, lanjut Thara, cawapres lainnya sudah menggunakan tumbler.

Namun, tim sukses salah satu pasangan calon (paslon) menjelaskan, air minum dalam kemasan sekali pakai tersebut telah KPU sediakan. Namun, KPU mesti mengetahui bahwa penggunaan air minum dalam botol plastik sekali pakai merupakan salah satu penghasil sampah yang kini menjadi masalah di Indonesia.

“Indonesia merupakan negara terbesar kedua di dunia penyumbang sampah plastik yang mencemari lautan global. Kami prihatin saat dunia menghadapi krisis sampah plastik, kita malah terus memproduksi sampah plastik sekali pakai dan membuangnya ke lautan,” kata Thara.

Menurut Thara, KPU seharusnya bisa memberi contoh untuk menyediakan air minum refill atau menyediakan suguhan air minum dalam gelas. Hal itu sebagai upaya mengurangi sampah plastik.

Agenda Debat Harus Menjadi Contoh Positif

Debat capres dan cawapres pada tahun 2024 merupakan agenda penting yang menjadi perhatian seluruh masyarakat Indonesia. Oleh sebab itu, momen ini seharusnya menjadi contoh positif dalam mengurangi jejak sampah plastik. Sehingga, bisa memberikan kontribusi terhadap pelestarian lingkungan.

“Idealnya, setiap peserta debat capres 2024 harus membawa botol air minum dari rumah. Namun, kalau KPU mau, harus menyediakan galon-galon air refill. Sehingga, itu bisa mengurangi timbulnya sampah plastik sekali pakai,” ujar Thara.

BACA JUGA: I Am a Plastic Bag, Tas Daur Ulang dari Botol Plastik

River Warrior Indonesia juga mencatat dua alasan penting untuk menghentikan menggunakan air minum dalam kemasan botol sekali pakai. Pertama, sampah sekali pakai AMDK dapat mengancam kesehatan manusia.

“Penelitian terbaru mengungkapkan bahwa air kemasan mengandung ratusan ribu partikel mikroplastik. Bahkan, ada nanoplastik yang dapat masuk dan merusak sel-sel tubuh,” imbuh Thara.

Catatan kedua, sampah botol plastik sekali pakai AMDK mencemari sungai, laut, dan biota. Setiap hari, Indonesia memproduksi 175.000 ton sampah. Jumlah tersebut, dengan sekitar 14% atau 24.500 ton per hari merupakan sampah plastik.

 

Penulis: Dini Jembar Wardani

Editor: Indiana Malia

Top