Donasi Mangrove Untuk Pulihkan Ekosistem Muara Gembong

Reading time: 2 menit
Dengan melibatkan warga melalui edukasi dan donasi, Komunitas Bekasi Berkebun bersama dengan Save Muara Gembong dan komunitas Waste4Change mengadakan gerakan 700 pohon untuk Muara Gembong. Foto: greeners.co/Danny Kosasih

Bekasi (Greeners) – Hutan mangrove yang terletak di pesisir utara Kota Bekasi, tepatnya di Muara Gembong sudah mulai mengalami kerusakan yang cukup parah. Kerusakan wilayah pesisir tersebut sebagian disebabkan oleh pembukaan ekosistem mangrove menjadi areal pertambakan, pemukiman, industri, dan lainnya. Ditambah lagi dengan fenomena abrasi pantai, di mana tercatat pada tahun 2014 lalu ada lebih dari 400 hektar daerah pesisir utara Bekasi tersebut terkena abrasi.

Atas dasar kepedulian terhadap rusaknya ekosistem mangrove tersebut, Annisa Paramitha, Humas dari komunitas Bekasi Berkebun, mengungkapkan bahwa gerakan “700 Pohon Bakau untuk Muara Gembong” diharapkan mampu membantu memulihkan ekosistem mangrove Muara Gembong yang semakin hari semakin menghilang itu.

Perempuan yang akrab disapa Nissa ini menyatakan memang sebelumnya telah banyak perusahaan yang melakukan gerakan penanaman ribuan pohon melalui program corporate social responsibility (CSR). Namun, menurutnya, tidak ada kontrol berkelanjutan setelah penanaman tersebut.

“Di sini kami mencoba mengajak masyarakat melakukan donasi untuk gerakan 700 pohon untuk Muara Gembong. Kenapa 700, karena kami mau memulai dari hal yang bisa kami kontrol keberlanjutannya nanti,” jelas Nissa saat berbincang ringan dengan Greeners, Bekasi, Minggu (25/01).

Selain itu, lanjutnya, aksi yang dilakukan bersama dengan Save Muara Gembong (Save Mugo) dan komunitas Waste4Change ini juga dilakukan untuk menyelamatkan Muara Gembong dari berbagai macam ancaman bencana ekologi seperti banjir yang sempat terjadi beberapa waktu lalu.

Gerakan yang akan dilakukan pada tanggal 21 Maret 2015 mendatang tersebut, tambah Nissa, juga akan diisi dengan edukasi pengolahan sampah dari komunitas Waste4Change dan penggalangan dana yang bisa dilihat di situs www.ayopeduli.com.

“Gerakan ini hanya sedikit ide untuk menyelamatkan Muara Gembong dari bencana ekologi yang mungkin sewaktu-waktu bisa terjadi karena rusaknya alam di sana,” ujarnya.

Sebagai informasi, hampir dari sepertiga penduduk Muara Gembong tinggal di pinggir pantai, dan dari wilayah itu pula, sepertiganya kini sudah “hilang” akibat terkena abrasi pantai. Jika musim air laut pasang, ketinggian ombak bisa mencapai 1-2 meter dengan radius berkisar 300 meter ke arah darat. Tak jarang banyak rumah yang rusak karena hempasan ombak tersebut.

Salah satu dari tiga desa yang berada di pesisir pantai adalah Desa Pantai Mekar yang dihuni oleh 600 kepala keluarga (KK) dengan mayoritas mata pencaharian sebagai nelayan. Sebanyak 200 dari 600 KK tersebut, sudah pindah ke daerah lain akibat bangunan rumah mereka yang terletak persis di pinggir pantai, hilang terkena abrasi.

Selain Desa Pantai Mekar, masih ada dua desa yang juga terkena abrasi. Kedua desa itu adalah Desa Pantai Bakti dan Desa Pantai Bahagia.

(G09)

Top