Setiap tanggal 22 April, dunia merayakan Hari Bumi untuk mengingatkan kita agar melindungi sumber daya alam bumi untuk generasi mendatang. Tahun ini, tema Hari Bumi adalah “Planet vs Plastic.”
Mengapa kita perlu peduli terhadap isu plastik?
Polusi plastik telah menjadi masalah di setiap negara di seluruh dunia selama beberapa dekade. Banyak orang yang masih menganggap remeh masalah sampah plastik sekali pakai karena merasa sampah plastik sekali pakai bisa cepat teratasi hanya dengan mendaur ulang. Faktanya, hanya 9% plastik yang didaur ulang secara efektif. Mengapa? Karena tidak semua jenis plastik bisa didaur ulang, sedangkan untuk plastik bernilai tinggi (high value plastic) terkadang tidak terkelola secara efektif karena masih minimnya perilaku pemilahan sampah dari sumber.
Belum lagi, kita harus memikirkan bahan kimia beracun yang muncul selama proses daur ulang plastik (dalam beberapa kasus, para pekerja tidak mengenakan alat pelindung diri yang tepat untuk melindungi mereka dari paparan bahan kimia beracun). Tidak hanya itu, masih banyak perusahaan-perusahaan besar yang melakukan greenwashing dengan mengklaim bahwa mereka telah mendaur ulang sampah produknya. Kenyataannya, limbah tersebut mencemari lingkungan dan dapat berdampak buruk bagi kesehatan kita.
Selain dampak buruk sampah plastik terhadap lingkungan, plastik sekali pakai juga menjadi ancaman bagi kesehatan manusia. Selama beberapa tahun terakhir, semakin banyak penelitian yang menemukan partikel mikroplastik di dalam tubuh manusia, seperti di paru-paru, peredaran darah, feses, dan masih banyak lagi. Hal ini patut menjadi perhatian karena partikel mikroplastik bersifat karsinogenik dan berisiko menimbulkan penyakit kronis pada tubuh manusia.
Produksi Plastik Sekali Pakai Meningkat
Permasalahan lainnya adalah meningkatnya jumlah plastik sekali pakai karena plastik diproduksi untuk kemasan dan produk. Misalnya, industri tembakau tidak hanya menggunakan plastik untuk kemasannya (plastik tipis dan fleksibel yang tentunya tidak dapat didaur ulang), tetapi juga pada produknya, yaitu filter atau puntung rokok.
Masalah lain dari puntung rokok adalah kita tidak bisa mendaur ulangnya meskipun mengandung komponen plastik. Namun, kita perlu mengelolanya sebagai sampah beracun karena mengandung nikotin dan bahan kimia beracun lainnya, sehingga harus dikelola dengan tepat (sebagian besar industri tembakau tidak bertanggung jawab atas hal ini — atau bahkan jika mereka melakukannya, mereka melakukan upaya greenwashing seperti “mendaur ulang” sampahnya menjadi meja, kursi, dan lain-lain).
Hal ini merupakan bencana bagi lingkungan kita. Fakta menyedihkan lainnya, puntung rokok sebenarnya merupakan sampah plastik yang paling melimpah di dunia, dengan sekitar 4,5 triliun puntung rokok mencemari lingkungan global. Belum lagi, sampah plastik (juga litium dari baterai dan bahan kimia beracun dari cairan nikotin) dari rokok elektrik atau vape yang menimbulkan permasalahan sampah baru. Misalnya, di UK saja, sekitar 1,3 juta sampah rokok elektrik terbuang setiap minggunya.
Kebanyakan orang masih berpikir bahwa plastik hanya akan menjadi masalah bagi lingkungan (dan kesehatan kita) jika plastik menjadi sampah.
Kebanyakan orang masih menganggap plastik hanya akan menjadi masalah bagi lingkungan jika sudah menjadi sampah. Kenyataan yang menyedihkan adalah, plastik sebenarnya terbuat dari petrokimia dan merupakan kontributor terbesar terhadap peningkatan permintaan minyak dan gas — 90% dari seluruh gas rumah kaca yang terkait dengan plastik dilepaskan pada tahap produksi. Seluruh siklus hidup plastik — produksi, transportasi, penggunaan, dan pembuangan — melepaskan sejumlah besar emisi gas rumah kaca yang berkontribusi terhadap krisis iklim yang kita hadapi saat ini.
Produk Tembakau Juga Jadi Masalah Lingkungan
Hal serupa juga terjadi pada produk tembakau. Banyak orang menganggap produk tembakau hanya akan berbahaya bagi lingkungan jika membuang puntung rokoknya secara sembarangan ke lingkungan. Seolah-olah, hanya sebagian kecil dari rokok tersebut yang memberikan dampak berbahaya bagi lingkungan. Masalahnya, seluruh siklus hidup produk tembakau juga merupakan masalah bagi lingkungan.
Kita tidak hanya berbicara tentang sampah puntung rokok ataupun rokok elektrik, tetapi juga menyangkut masalah polusi udara, deforestasi, dan kontaminasi air. (Lihat laporan ini untuk mengetahui informasi lebih lanjut).
Urgensi Perjanjian Plastik Global
Polusi plastik telah menjadi masalah untuk planet kita. Urgensi inilah yang menjadi alasan utama seluruh pemimpin negara (tepatnya 175 negara) di dunia mengambil bagian dalam rangkaian negosiasi. Negosiasi tersebut membahas kerja sama untuk mengatasi polusi plastik sekali pakai dalam perjanjian internasional Global Plastic Treaty (Perjanjian Plastik Global). Terdapat lima rangkaian perundingan (Intergovermental Negotiating Committee atau INC). Bulan ini, INC ke-4 akan berlangsung di Ottawa, Kanada, pada tanggal 23-29 April 2024.
Saat ini, kita semakin mendekati akhir negosiasi Perjanjian Plastik Global yang mengikat secara hukum pada akhir tahun 2024. Kita perlu memastikan bahwa perjanjian tersebut memiliki tenggat waktu tertentu untuk mengurangi, bahkan menghentikan sepenuhnya produksi plastik. Sebab, kita tidak dapat mengakhiri polusi plastik tanpa mengurangi produksi plastik.
Kita memerlukan perjanjian yang menolak solusi semu (greenwashing ) untuk memastikan bahwa kita mendapatkan hak atas lingkungan yang layak dan sehat. Kita memerlukan perjanjian yang melindungi dan memprioritaskan kesehatan manusia, hak asasi manusia, dan lingkungan. Jika perjanjian ini bisa terlaksana, bayangkan jumlah puntung rokok, kemasan plastik rokok, dan sampah rokok elektrik yang bisa kita kurangi.
Apabila kita berhasil menghentikan produksi plastik, berarti industri tembakau tidak akan memiliki bahan baku (virgin plastic) untuk filter rokok ataupun rokok elektrik. Hal itu akan berdampak pada pengurangan bahkan penghapusan konsumsi produk tembakau. Kita dapat mencapai keadilan iklim dan kesehatan dalam satu upaya!
Kita perlu memastikan bahwa para pemimpin dunia mendengarkan tuntutan kita terhadap Perjanjian Plastik Global yang kuat. Mari kita gunakan suara dan kekuatan kita untuk memastikan kita meredam lobi perusahaan dan mendapatkan Perjanjian Plastik Global yang sekuat mungkin.
Sobat Greeners juga dapat berpartisipasi dengan menandatangani petisi di sini!
Penulis: Sarah Rauzana
Editor: Indiana Malia