Mahasiswa Universitas Brawijaya Ajak Warga Peduli Air

Reading time: 3 menit
Mahasiswa Teknik Pengairan Universitas Brawijaya Malang mengampanyekan pentingnya peduli air dengan melakukan long march di dalam kampus, Selasa (22/03). Foto: greeners.co/HI

Malang (Greeners) – Kepedulian masyarakat terhadap air perlu digalakkan kembali. Setiap tahun keberadaan sumber mata air mengalami penurunan debit dan tidak jarang yang mengering lalu mati. Padahal, air merupakan kebutuhan pokok masyarakat Indonesia, termasuk bagi warga Malang, Jawa Timur.

Bertepatan dengan peringatan Hari Air Dunia, mahasiswa Teknik Pengairan Universitas Brawijaya Malang mengampanyekan pentingnya peduli air. Mereka melakukan long march memutari kampus dan atraksi teatrikal untuk mengajak setiap orang agar menghemat penggunaan air, melestarikan sumber air dan menjaga kebersihan aliran sungai.

Ketua Pelaksana aksi Favia Veroni menyatakan, kampanye tersebut untuk menggugah dan mengingatkan kembali jika tepat pada 22 Maret, merupakan Hari Air Dunia dan kepedulian terhadap air dapat dimulai dari lingkungan kampus dan mahasiswa.

Kampanye ini juga ditularkan terhadap siswa Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) dan Taman Kanak-kanak (TK), yaitu melalui lomba menggambar dan mewarnai. Menurut Favia, dahulu anak-anak banyak bermain di sungai. Namun, kemajuan teknologi menunjukkan kecenderungan anak-anak lebih nyaman memainkan gawainya di rumah.

Ia meyakini apabila pendidikan peduli air ditanamkan sejak dini, niscaya ke depan mereka akan senantiasa peduli, baik terhadap lingkungan maupun sumber mata air. “Tujuan kami mengedukasi mereka agar diterima dan selalu diingat, maka dikemas dengan lomba-lomba. Ada juga penampilan dari Komunitas Pecinta Lingkungan (Kancil),” ujarnya, Selasa (22/03).

Aksi peduli air Mahasiswa jurusan Teknik Pengairan Universitas Brawijaya Malang pada Selasa (22/03). Foto: greeners.co/HI

Aksi peduli air Mahasiswa jurusan Teknik Pengairan Universitas Brawijaya Malang pada Selasa (22/03). Foto: greeners.co/HI

Ajakan peduli air dari kalangan kampus baru disuarakan mahasiswa ITS Surabaya dan Universitas Indonesia (UI). Lingkungan kampus memiliki tanggung jawab besar dalam menjaga lingkungan dan air demi kelangsungan hidup ke depan.

Dikatakan Favia, kualitas air di Malang terbaik di Indonesia. Ditambah keberadaan aliran Sungai Brantas yang sumbernya terdapat di Kecamatan Bumiaji, Kota Batu. Setidaknya Sungai Brantas menyumbang 60 persen kebutuhan air masyarakat Jawa Timur.

“Dibutuhkan kesadaran masyarakat. Pemerintah harusnya ikut andil dalam menjaga sumber mata air, kebersihan air sungai. Jangan sampai di Malang saat musim kemarau terjadi kekeringan,” jelas mahasiswa Semester 6 Jurusan Teknik Pengairan Universitas Brawijaya ini.

Favia menjelaskan, kampanye peduli air sudah berlangsung sejak lama. Setiap tahun, Himpunan Jurusan Pengairan memiliki target dalam mengampanyekan peduli air. Tahun ini, selain mengedukasi anak-anak sekolah, juga mengajak masyarakat agar tidak membuang sampah ke sungai karena sampah rumah tangga bisa di rupiahkan.

“Bersama masyarakat Temas, Kota Batu yang berada di bantaran Sungai Brantas, kami melakukan kerja bakti, mengajak masyarakat agar buang sampah pada tempatnya. Jangan sampai dibuang ke sungai karena dapat mencemari lingkungan,” kata dia.

Menurut Favia, tahun lalu fokus kegiatan peduli air adalah menelusuri Sungai Brantas, Kota Batu hingga Lowokwaru, Kota Malang. Hasilnya, banyak ekosistem sepanjang Sungai Brantas rusak dan tidak terawat.

“Tiap tahun keberadaan ekosistem banyak yang rusak. Ada upaya memulihkan dengan cara menanam pohon dan bibit bambu, tapi kurang maksimal sejauh ini,” jelasnya.

Kampanye peduli air, tambah Favia, masih akan berlanjut. Nantinya pada saat Car Free Day di Jalan Ijen, Kota Malang, akan dilangsungkan kampanye peduli air melalui festival air dunia.

“Nanti ada lebih 70 orang akan tampil sebagai manusia air, maskot, aksi teatrikal dan seni. Car Free Day kan tempat berkumpulnya masyarakat, kami yakin ajakan kami dapat tersebar luas,” tandasnya.

Dewan Daerah Walhi Jawa Timur, Purnawan D Negara mengingatkan Pemerintah Kota Malang agar menerapkan Perda nomor 17 tahun 2001 tentang konservasi air karena menurutnya, perda ini hanya ditidurkan saja dan tidak dijalankan sebagaimana mestinya.

Menurut Purnawan, Kota Malang terancam krisis air di musim kemarau lantaran banyak volume air hujan yang hanya mengalir ke gorong-gorong lalu ke sungai dan berakhir di lautan. “Resapannya banyak berubah menjadi bangunan yang tidak ramah lingkungan. Sumur resapan juga sedikit sekali di Kota Malang,” ujarnya.

Penulis: HI/G17

Top