Sungai Brantas Memprihatinkan, Warga Masih Buang Sampah Sembarangan

Reading time: 2 menit
Sungai Brantas memprihatinkan karena banyak warga buang sampah sembarangan. Foto: Komunitas Brantas Mbois
Sungai Brantas memprihatinkan karena banyak warga buang sampah sembarangan. Foto: Komunitas Brantas Mbois

Jakarta (Greeners) – Kondisi Sungai Brantas di Kota Malang kini kondisinya semakin memprihatinkan. Sejumlah relawan menemukan masih ada warga yang bebas membuang sampah rumah tangga ke Sungai Brantas.

Temuan tersebut terungkap dari kegiatan susur sungai oleh Komunitas Brantas Mbois bersama jaringan relawan JEJAK (Jaringan Gen Z Jawa Timur Tolak Plastik Sekali Pakai) di kawasan Polehan, Jembatan Muharto, dan Kebalenwetan, Minggu (19/10).

Para relawan menemukan berbagai bentuk pelanggaran dan pencemaran lingkungan. Mereka melihat Sungai Brantas memprihatinkan karena berubah menjadi tempat pembuangan sampah. Warga tampak masih membuang sampah dari jembatan, jendela rumah, maupun pintu dapur ke aliran sungai. Bahkan, limbah kakus, toilet, dan rumah potong ayam juga langsung terbuang ke sungai tanpa pengolahan.

Jenis sampah yang paling banyak mereka temukan adalah popok sekali pakai dan styrofoam, kemudian tas kresek, sayuran, dan kulit bawang. Tak hanya itu, di beberapa titik juga ada ceceran kotoran manusia di tepian sungai dan anak-anak yang mandi di air sungai yang kotor.

BACA JUGA: Ecoton Tuntut Pengakuan Hak-Hak Sungai Brantas

Koordinator Komunitas Brantas Mbois, Afrianto Rahmawan mengatakan bahwa walikota Malang harus turun langsung melihat kondisi sungai ini. “Kami siap menemani dan menunjukkan lokasi-lokasi kritis jika beliau bersedia ikut susur sungai,” ujar Afrianto dalam keterangan tertulisnya.

Ia menambahkan, meskipun pengelolaan Sungai Brantas berada di bawah kewenangan pusat, pemerintah kota tetap memiliki tangung jawab untuk memberikan edukasi, menyediakan fasilitas, dan mengawasi perilaku masyarakat bantaran sungai.

Afrianto mengingatkan bahwa sampah yang dibuang warga Kota Malang akan berdampak pada kualitas air di 14 kota dan kabupaten di sepanjang aliran Sungai Brantas. Sebab, banyak PDAM di Jawa Timur sangat bergantung pada Brantas sebagai sumber air baku. Jika pencemaran ini terus berlanjut, risiko kesehatan masyarakat akan meningkat akibat paparan mikroplastik dan kontaminan lainnya.

Sungai Brantas Tercemar Mikroplastik

Selain pencemaran sampah padat, tim relawan juga menemukan mikroplastik dalam jumlah signifikan. Penelitian di Jembatan Muharto mencatat temuan fiber sebanyak 31 partikel per 10 liter air, filamen sebanyak 9 partikel, dan fragmen sebanyak 3 partikel.

Sementara itu, di Kelurahan Polehan tim menemukan 48 partikel mikroplastik dalam 10 liter air, dan di Kelurahan Kebalenwetan terdapat 34 partikel. Jenis partikel terbanyak adalah fiber, yang menunjukkan tingginya pencemaran dari aktivitas domestik, seperti limbah pakaian sintetis dan plastik rumah tangga.

BACA JUGA: Jaga Sungai Brantas, Jangan Biarkan Jadi Lautan Sampah

Kondisi ini kian parah dengan ketiadaan layanan pengangkutan sampah di kawasan bantaran sungai. Akibatnya, masyarakat menjadikan Sungai Brantas sebagai tempat pembuangan akhir sampah rumah tangga. Situasi ini menciptakan aroma sungai yang anyir, mencemari air, dan membahayakan kesehatan masyarakat yang tinggal di sepanjang aliran sungai.

Sebagai bentuk tanggung jawab sosial dan advokasi lingkungan, Komunitas Brantas Mbois menyampaikan tiga rekomendasi penting. Pertama, pemerintah harus menertibkan bangunan liar yang berdiri di bantaran sungai. Kedua, pemerintah kota dan kelurahan harus menyediakan sarana dan layanan pengangkutan sampah di kawasan bantaran sungai. Ketiga, perlu patroli rutin serta penegakan hukum terhadap pembuangan sampah dan pencemaran sungai secara ilegal.

 

Penulis: Dini Jembar Wardani

Editor: Indiana Malia

Top