YPBB: Bisnis Ramah Lingkungan Harus Perhatikan Detail

Reading time: 2 menit
bisnis ramah lingkungan
YPBB: Bisnis Ramah Lingkungan Harus Perhatikan Detail. Foto: Shutterstock.

Pelaku bisnis berperan dalam menjaga kelestarian lingkungan. Bisnis dengan konsep ramah lingkungan atau zero waste merupakan tren usaha di tengah upaya mengurangi sampah dari aktivitas usaha. Namun, jangan sampai penerapan konsep bisnis tersebut hanya sekadar mencari untung semata.

Jakarta (Greeners) – Bisdev Toko Organis, Yayasan Pengembangan Biosains dan Bioteknologi (YPBB), Fatchur Rohman, menjelaskan bisnis dengan konsep ramah lingkungan keberlanjutannya harus terjaga. Pasalnya, tidak sedikit para pelaku bisnis menggunakan isu lingkungan hanya sebatas peluang untuk bisnis saja.

Fachtur mengatakan konsep ramah lingkungan dalam bisnis harus memerhatikan hal-hal detail agar berdampak bagi lingkungan maupun masyarakat. Hal detail tersebut, lanjut dia, harus menyesuaikan dengan kondisi atau manajemen bisnis saat ini yang sudah jauh berkembang.

“Kita sangat menyayangkan ini hanya jadi opportunity untuk bisnis. Konsep ramah lingkungan bukan turun lapangan menyelesaikan sampah lalu announce ke banyak audience. Kita butuh di balik layar memastikan kesiapan kondisi keuangan dan detail data lain, kita bikin dan kelola strategi,” ujar Fatchur dalam webinar Di Balik Layar Perintis Bisnis Kecil Minim Plastik, Minggu, (24/01/2021).

Toko Isi Ulang Fasilitasi Pengurangan Plastik

Fachtur menjelaskan Toko Organis hadir untuk mendukung masyarakat menerapkan gaya hidup ramah lingkungan. Toko Organis, lanjut dia, salah satunya menggunakan model bisnis isi ulang, membantu masyarakat memenuhi kebutuhan sehari-hari seperti minyak, sabun, sampo, dan sebagainya secara isi ulang.

Toko Organis, sambungnya, hadir berdasarkan riset YPBB atas jenis sampah paling banyak mencemari lingkungan. Berdasarkan hasil riset tersebut, kemasan plastik sekali pakai menjadi penyumbang terbanyak pencemaran lingkungan.

Dia menekankan, Toko Organis maupun toko isi ulang serta bisnis ramah lingkungan lain tidak serta merta menyalahkan konsumen atau kegiatan produksi pelaku pencemaran lingkungan. Sasarannya adalah membuat sistem yang ramah lingkungan.

“Output dari ini tidak menyalahkan konsumer atau produsen. Tapi sistemnya sendiri harus kita ulik, harus kita replace. Refill sendiri bukan hal baru, tapi ketika itu digalakan jadi poin krusial ketika hari ini perusahaan banyak memakai plastik sekali pakai,” jelasnya.

Bisnis ramah lingkungan

Toko Organis, sambungnya, hadir berdasarkan riset YPBB atas jenis sampah paling banyak mencemari lingkungan. Foto: Shutterstock.

Baca juga: Green Cyclist Virtual Race: Ribuan Partisipan Bersepeda untuk Menanam Pohon

Pelaku Bisnis Harus Mengedukasi Masyarkat

Sementara itu, Pemilik Warung Kecil Grup, Sri Novi Sagitarini, menyebut bisnis dengan konsep ramah lingkungan bukan hal mudah. Pasalnya, pelaku bisnis tidak hanya sekadar mencari keuntungan tapi juga mengedukasi masyarakat. Tidak jarang, pala pelaku bisnis ramah lingkungan keliru menghadapi konsumen yang belum paham konsep ramah lingkungan.

Novi mengungkapkan masa awal Warung Kecil berdiri hanya berdasarkan modal percaya diri saja. Hal tersebut tidak cukup. Dia mengatakan sangat terbantu dengan kegiatan pelatihan salah satunya dari Plastik Detox terutama dalam menghadapi konsumen dengan ragam latar belakang.

“Jangan mengecilkan arti pelatihan. Percaya diri saja tidak cukup. Kadang sulit juga menghadapi pelanggan yang nyolot dan staf yang bandel. Nah, pelatihan ini kita dikasih tahu cara menghadapinya,” pungkasnya.

Penulis: Muhammad Ma’rup

Editor: Ixora Devi

Top