3.464 Titik Kebakaran Api Ada di Lahan Gambut

Reading time: 2 menit
Foto: Ist.

Jakarta (Greeners) – Kabut asap dan kebakaran hutan yang selama ini terjadi ada di lahan gambut. Terdapat sekitar 3.464 titik kebakaran api di Indonesia yang membakar lahan gambut. Demikian dilansir oleh Greenpeace pada Kamis (10/9), di Jakarta.

Dari semua titik kebakaran api tersebut, hanya 430 titik kebakaran api yang kedalamannya kurang dari 1 meter. Sementara sisanya, yaitu 3.034 titik kebakaran api berasal dari gambut yang terbakar dengan kedalaman lebih dari satu meter.

Menurut juru kampanye Greenpeace, Teguh Surya, gambut kering yang lebih berpotensi sebagai penyebab kebakaran. Ia menyebut kondisi gambut kering di kedalaman enam meter dapat menyimpan bara api selama berbulan-bulan. “Belum terbakar pun suhunya sudah panas sekali, mencapai 60 derajat Celcius,” jelas Teguh.

Seperti yang diketahui, pemerintah telah mengeluarkan empat langkah dalam menghadapi kabut asap dan kebakaran hutan, yaitu pengeboman air, pemadaman darat, pelayanan kesehatan dan sosialisasi.

Dari ke empat langkah tersebut, lanjut Teguh, pemadaman dengan air tidak akan berjalan efektif saat kebakaran dan kabut asap seperti sekarang karena banyaknya lahan gambut yang terbakar. “Lahan gambut kering memang menjadi bahan yang efektif untuk terjadinya kebakaran,” ujarnya.

Hal yang sama pun dinyatakan oleh Manajer Greenpeace Indonesia, Kiki Taufik. Kepada Greeners, Kiki menilai bahwa tindakan preventif seharusnya menjadi fokus utama pemerintah. Kiki menyebut bahwa memasuki musim kemarau memang sangat rentan terjadi kebakaran hutan. Oleh karena itu, ia mengatakan bahwa tindakan pencegahan harus dilakukan dari musim penghujan.

Mengenai lahan gambut kering, Kiki menyatakan bahwa gambut yang basah perlu disekat agar gambut tetap basah dan tidak menjadi sumber kebakaran hutan. Cara yang Kiki sebut sebagai sekat kanal ini pernah dilakukan pemerintah di Sungai Tohor, Riau, sekitar setahun yang lalu.

“Pada musim penghujan harus diadakan sekat kanal secara massive,” imbuhnya.

Data Greenpeace menunjukkan selama bulan Mei hingga Agustus 2015, titik api cenderung mengalami kenaikan secara signifikan. Bulan Agustus menjadi waktu ditemukannya titik api paling banyak, yakni sebanyak 3.900 titik. Jumlah ini melonjak tiga kali lipat dari bulan sebelumnya yang hanya ditemukan 1.400 titik. Sedangkan untuk bulan September, sampai dengan tanggal 7 telah ditemukan lebih dari 2.000 titik api. Persebaran titik api tersebut paling banyak terdapat di pesisir timur Sumatera dan Kalimantan.

Penulis: TW

Top