BRIN Kembangkan Teknologi Untuk Lingkungan Hingga Kebencanaan

Reading time: 3 menit
BRIN memperkuat inovasi buoy sebagai sistem peringatan dini bencana tsunami. Foto: BRIN

Jakarta (Greeners) – Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) terus mengembangkan inovasi teknologi di bidang lingkungan dan kebencanaan. Pengembangan inovasi ini akan mendukung upaya mitigasi bencana dan lingkungan berkelanjutan.

Plt Kepala Organisasi Riset Pengkajian dan Penerapan Teknologi BRIN Dadan Moh Nurjaman mengatakan, bahwa hingga saat ini untuk bidang kebencanaan khususnya tsunami ada empat teknologi yang masih terus BRIN kembangkan.

Pertama yaitu Ina Buoy yang merupakan pengembangan tracker berbasis satelit Iridium yang menggantikan satelit Argos. Ina Buoy sudah beroperasi memantau peringatan dini tsunami di Bengkulu, Selat Sunda, Cilacap, Malang, Bali dan Sumba.

Kelemahannya adalah dalam satu tahun harus ada pergantian baterai serta rawan terhadap vandalisme.

“Kemudian Cable Base Tsunamimeter (Ina CBT). Ini sedang persiapan akhir untuk bisa di deploy pada dua lokasi yaitu Labuan Baju dan Rokatenda. CBT ini merupakan teknologi yang relatif baru Indonesia kembangkan,” kata Dadan, dalam webinar inovasi BRIN, di Jakarta, Senin (13/12).

Ketiga, Coastal Acoustic Tomography (Ina CAT). Ini juga merupakan yang pertama BRIN terapkan berdasarkan gelombang akustik. Berdasarkan anomali dari gelombang akustik ini bisa diinterpretasikan sebagai peringatan tsunami. Ina CAT sudah beroperasi di Selat Lombok.

“Kemudian Tsunami Observation Center (InaTOC). Jadi seluruh data dari sistem peringatan tersebut mulai dari Buoy, Ina CBT dan Ina CAT olah dan kirim ke InaTOC yang ada di Jakarta untuk bisa mengolah data. Nanti kalau terjadi tsunami itu bisa dikirimkan peringatannya ke BMKG,” paparnya.

Teknologi Atasi Karhutla, Merkuri, Hingga Sampah

Sementara pengembangan teknologi pada bidang lingkungan seperti untuk kebakaran hutan dan lahan (karhutla) Dadan menyebut seperti melakukan analisis kelayakan hilirisasi serta analisis historis penggunaan lahan, pelatihan model dan penyusunan prototipe sistem posko Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC).

“Kemudian untuk pengurangan dan penghapusan merkuri merupakan tindak lanjut dari Konvensi Minamata. Merkuri merupakan bahan yang sangat berbahaya dan tidak bisa terdestruksi pencemarnya itu. Oleh sebab itu menjadi perhatian melakukan inovasi pengurangan dan penghapusan merkuri,” jelasnya.

Hingga saat ini sudah ada beberapa teknologi dalam upaya pengurangan merkuri ke penambang emas skala kecil.

Selanjutnya yaitu pengembangan Pembangkit Listrik Tenaga Sampah (PLTSa). Sejak tahun 2019, PLTSa sudah terbangun di Bantargebang. PLTSa ini sudah mengolah 14.225 ton dan menghasilkan listrik 1.401 MWh.

PLTSa menjadi salah satu solusi pengelolaan sampah yang bisa menghasilkan energi listrik. Foto: BPPT

Mengembangkan Kendaraan Listrik Untuk NZE 2060

Plt Kepala Organisasi Riset Ilmu Pengetahuan Teknik Agus Haryono mengatakan, BRIN tengah mengembangkan kendaraan listrik khususnya untuk bus listrik kendaraan dengan ukuran sedang yang akan rampung pada tahun 2024.

“Saat ini kita berfokus pada kendaraan listrik otonom dan juga pengembangan baterai untuk kendaraan listrik yang nantinya diharapkan berlisensi Indonesia dengan pagu Rp 19 miliar,” katanya.

Agus mengharapkan partisipasi semua pihak terkait dalam mewujudkan target kendaraan listrik tersebut. Kendaraan listrik ini juga sekaligus menjadi salah satu upaya dalam mencapai Net Zero Emission (NZE) pada tahun 2060.

Sementara itu di bidang kebumian, Plt Kepala Organisasi Riset Ilmu Pengetahuan Kebumian Ocky Karna Radjasa mengungkapkan, pihaknya juga telah berhasil meningkatkan populasi enam spesies tumbuhan dan satwa langka yang terancam punah.

Spesies itu antara lain Pocillopora Verrucosa, Pocillopora Damicornis, Porites Cylindrical, Acropora Cervicornis, Acropora Granulosa, Millepora sp.

“Terkait dengan spesies tumbuhan dan satwa langka yang terancam punah yang berhasil BRIN tingkatkan populasinya ada beberapa terutama yang masuk kategori terancam atau Cites Appendix II. Jadi dari target satu kita bisa dapatkan enam spesies yang kita tingkatkan populasinya,” pungkasnya.

Penulis : Fitri Annisa

Top