Cina Mulai Lirik Pasar Karbon Global

Reading time: 3 menit
cina
Indonesia berkomitmen menekan emisi karbon dari berbagai sumber. Foto: ilustrasi Greeners

LONDON, 4 December 2016 − Dengan terpilihnya Donald Trump sebagai Presiden AS yang berdampak pada mundurnya negara tersebut dari komitmen perubahan iklim, Cina dengan cepat memimpin pertarungan pemanasan global.

Negara tersebut sudah menyiapkan skema pasar karbon yang akan beroperasi pada tahun 2017, yang diprediksi dua kali lebih besar daripada pasar karbon milik Uni Eropa yang masih dianggap sebagai pasar karbon terbesar di dunia.

Pasar karbon merupakan sistem membeli dan menjual kredit yang terkait dengan emisi gas rumah kaca (GRK).

Teori di belakangnya adalah ketika peraturan terkait emisi semakin diperketat, harga kredit akan melonjak dan membuat para perusahaan energi serta industri lainnya menjadi enggan untuk mengeluarkan emisi GRK ke atmosfer.

Saat ini, skema pasar milik Uni Eropa yang meliputi 80 persen dari pasar global, sudah bernilai sekitar dua miliar ton karbon per tahunnya. Namun, pasar karbon Cina, apabila sudah beroperasi sepenuhnya, diprediksi akan bernilai antara tiga dan lima miliar ton karbon per tahun.

Perjanjian Bilateral

Cina merupakan pengemiter GRK terbesar di dunia sekaligus konsumen energi terbesar. Dengan adanya skema pasar karbon tersebut, Cina sudah menempatkan elemen yang penting saat berkomitmen dalam Perjanjian Paris, tahun lalu.

Perkembangan pasar karbon ini juga telah membentuk perjanjian bilateral antara Cina dan AS pada tahun 2014 silam.

Penerapan pasar karbon tersebut merupakan salah satu upaya Cina dalam mencapai target emisi puncak pada tahun 2030 dan selanjutnya akan menurunkan keluaran GRK. Untuk mencapai target tersebut, Cina telah berinvestasi besar pada energi matahari dan angin.

Pasar karbon juga dilihat oleh pemerintah Cina sebagai salah satu cara untuk mengatasi polusi udara yang semakin serius dan berdampak kepada kesehatan, khususnya di kota Beijing dan Wuhan.

Dalam beberapa tahun belakangan, Cina telah melakukan uji coba sistem pasar karbon di kota-kota dan propinsi, utamanya daerah industri di bagian timur. Sejak tahun 2013, Beijing, Shanghai, Tianjin, Shenzen dan Guangzhou, sudah melaksanakan pasar karbon, sama halnya dengan propinsi Guandong dan Hubei.

Para pejabat Cina mengatakan bahwa awalnya perusahaan di delapan sektor, — pembangkit listrik, petrokimia, kimia, gedung, baja, logam besi, kertas dan penerbangan — akan dimasukan ke dalam pasar karbon nasional.

Komisi Pembangunan Nasional dan Reformasi mengatakan bahwa 7.000 perusahaan, — mayoritas adalah perusahaan besar dan milik negara –, berkontribusi terhadap 50 persen dari total GRK juga akan dimasukkan ke dalam skema tersebut.

Pasar karbon memiliki sejarah yang kompleks. Sistem Uni Eropa yang sudah beroperasi pada tahun 2005, telah gagal untuk menciptakan harga yang bisa merefleksikan kerusakan lingkungan akibat karbon dioksida dan gas lainnya.

Salah manajemen dalam memberikan pinjaman karbon, tidak adanya pengawasan, merupakan beberapa alasan yang dikatakan oleh para analis menjadi penyebab kurangnya kinerja pasar karbon Uni Eropa.

Sistem Rahasia

Ada kekhawatiran bahwa sistem Cina akan mengalami masalah yang sama. Para analis menyebutkan bahwa skema pasar karbon yang efisien sangat bergantung kepada data yang lengkap dan akurat. Hal ini merupakan kelemahan dari Cina yang memiliki kebijakan yang tergolong tertutup untuk industrinya.

Banyak perusahaan dan pejabat lokal juga masih kekurangan sumber daya untuk melakukan pengawasan emisi dengan akurat.

Secara umum, para analis mengatakan bahwa pemerintah pusat melihat pasar karbon sebagai bagian utama dalam mencegah perubahan iklim, pejabat di level regional bisa menyabotase sistem tersebut untuk mendapatkan imbalan dari industri lokal.

Rencana Cina untuk menurunkan emisi GRK berada di bawah tekanan dari banyak arah. Sebuah laporan dari Climate Tracker, sebuah thinktank atau kelompok pemikir asal Inggris, mengatakan bahwa pengembangan sektor energi terkait dengan iklim menunjukkan bahwa investasi masih berkisar kepada industri batubara meski sudah ada rencana pengurangan GRK dalam skala masif.

Climate Tracker mengatakan bahwa permintaan energi yang rendah dan ketatnya peraturan terkait dengan emisi GRK, berarti sektor batubara di Cina sedang mengalami kelebihan kapasitas yang kronis.

Laporan mereka memperingatkan bahwa investasi miliaran dolar bisa saja lenyap dan berdampak serius pada sistem keuangan Cina. – Climate News Network

Top