Cuaca Buruk Masih Membayangi Selat Karimata Seminggu Kedepan

Reading time: 2 menit
Ilustrasi: Ist.

Jakarta (Greeners) – Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menerangkan bahwa pada awal Januari 2015, diperkirakan akan kembali terbentuk awan kumulonimbus di perairan Malaysia yang bergerak menuju Selat Karimata sehingga berpotensi mengubah kondisi cuaca.

Kepala Pusat Data dan Informasi Publik BMKG, Mulyono R Prabowo, mengungkapkan, pada Selasa (06/01) mendatang, BMKG memperkirakan akan terjadi hujan dengan skala ringan dengan diikuti tinggi gelombang air laut yang mampu mencapai tiga meter di Selat Karimata.

“Ini masih bisa berubah karena fluktuatif cuaca yang sulit diprediksi,” ujar Mulyono saat dikonfirmasi oleh Greeners melalui sambungan telepon, Jakarta, Minggu (04/01).

Berdasarkan normal prakiraan curah hujan untuk 3 bulan ke depan, lanjutnya, puncak musim hujan khususnya wilayah Jawa akan terjadi pada bulan Januari dan Februari dengan curah hujan lebih dari 400 mm per bulan. Sedangkan untuk puncak musim hujan 2014/2015, diperkirakan akan terjadi pada bulan Januari dan Februari 2015.

Puncak musim hujan ini, menurut Mulyono, juga akan meliputi wilayah Sawah Lunto, Solok, Tembilahan, Rengat, Sumatera Selatan bagian barat, sebagian besar Lampung, Bangka, sebagian besar Jawa, Bali, sebagian besar NTB, NTT, Kalimantan Barat bagian Utara, Kuala Kapuas, Banjarmasin, Kalimantan Selatan bagian timur, Pulau Laut, Barru, Pangkajene, Makasar, Sulawesi Tengah bagian barat, Gorontalo, Kendari, Pulau Buton, Pulau Seram bagian utara, Kepulauan Aru, dan Merauke.

“Puncak curah hujan tertinggi nantinya sebagian besar akan terjadi pada bulan Januari 2015,” katanya.

Prakiraan Gelombang Maksimum. Sumber: BMKG

Prakiraan Gelombang Maksimum. Sumber: BMKG

Terkait kasus kecelakaan yang terjadi pada pesawat AirAsia QZ8501, Mulyono juga menyarankan agar sebaiknya kru maskapai atau pilot bisa terlebih dahulu mengambil dokumen fisik informasi cuaca di kantor BMKG bandara setempat sebelum melakukan penerbangan. Dengan begitu, jelasnya, kru pesawat akan mendapat penjelasan langsung dari petugas BMKG terkait pengaruh cuaca dalam rencana penerbangan.

“Ini perlu agar BMKG bisa menjelaskan informasi cuaca saat pilot mengambil dokumen fisik tersebut. Petugas BMKG nantinya akan mengarahkan kalau ada angin maka jalur kanan atau kiri yang harus diambil, atau kondisi awan di tiap lapisan,” tambahnya.

Sebagai informasi, sebelumnya, telah beredar laporan dari kepala BMKG, Andi Eka Satya kepada Menteri Perhubungan, Ignasius Jonan, yang menyebutkan bahwa kru AirAsia QZ8501 mengambil bahan informasi cuaca pada pukul 07.00 WIB sesudah pesawat berjenis Airbus 320 tersebut hilang kontak.

Padahal, seharusnya, kru pesawat mengambil dokumen fisik prakiraan cuaca penerbangan sebelum pesawat lepas landas. Namun, BMKG Bandar Udara Juanda di Sidoarjo menyatakan tim AirAsia jarang mengambil dokumen informasi cuaca secara langsung.

(G09)

Top