Dampak Perubahan Iklim Makin Diabaikan

Reading time: 2 menit
dampak perubahan iklim
Foto: pixabay.com

London, 21 September 2016 – Perubahan iklim telah menunjukkan dampak buruk baik sosial dan ekonomi, namun tidak semua orang mengetahui hal ini. Para politisi dan ahli ekonomi belum bisa memberikan solusi terkait bagaimana dan waktu terbaik untuk beradaptasi dengan perubahan. Lebih lanjut, ahli biologi menyatakan belum bisa mengukur dampak perubahan iklim karena kurangnya informasi.

Dua penelitian yang diterbitkan di jurnal Science mencoba memprediksi masa depan. Penelitian pertama menunjukkan bahwa kenaikan suhu historis menurunkan panen jagung di Amerika Serikat hingga 48 persen dan telah menaikkan tingkat konflik di sub-Sahara Afrika hingga 11 persen.

Pertumbuhan Ekonomi

Di masa depan, udara panas bisa memperlambat pertumbuhan ekonomi hingga 0,30 persen poin per tahun. Namun, Solomon Hsiang, peneliti utama Global Policy Lab di Universitas California, Berkeley, mengatakan yang lebih mengejutkan adalah tidak ada yang mengetahui fakta-fakta tersebut.

“Orang nampaknya sudah terbiasa dengan udara panas karena sering terjadi, sehingga mereka tidak pernah menyadari bahwa itu justru merugikan mereka,” jelas Profesor Hsiang. “Namun, bila orang menggunakan teknologi yang berbeda atau mencoba untuk beradaptasi dengan iklim saat ini, maka mungkin kita bisa hidup lebih baik.”

Profesor Hsiang dan Tamma Carleton, mahasiswa PhD untuk pertanian dan ekonomi sumber daya di Berkeley, telah mengulas lebih dari 100 penelitian untuk mengonfirmasikan bahwa perubahan iklim sudah menjadi bagian dari masalah besar manusia.

Hsiang mengingatkan, “Begitu banyak perhatian difokuskan kepada dampak perubahan iklim di masa depan yang tergantung pada kondisi iklim saat ini biasanya akan diabaikan. Apabila kita memecahkan masalah ini, kita akan membantu keberlanjutan generasi saat ini dan mendatang.”

Para peneliti juga telah berulang kali memperingatkan bahwa keanekaragaman hayati juga terancam oleh perubahan iklim. Namun, skala dan percepatan kepunahan sangat sulit untuk diprediksi, menurut penelitian kedua di jurnal Science.

Sebanyak 22 ahli biologi telah membuat daftar beberapa informasi biologis yang penting, — riwayat hidup, fisiologi, variasi genetis, interaksi spesies dan persebaran — yang dapat meningkatkan kemampuan memprediksi tanaman, mamalia, burung, serangga, amfibi, dan reptil.

Mereka memiliki komputer yang bisa mensimulasikan masa depan hewan-hewan tersebut, namun bukan data yang bisa dijadikan sebagai modeling.

Respon Berbeda

“Saat ini, kami sedang meneliti tikus sama seperti [meneliti] gajah atau ikan atau pohon,” jelas Mark Urban, ahli ekologi dari Universitas Connecticut yang mempimpin studi tersebut. “Namun, kami tahu bahwa mereka organisme yang berbeda dan akan bereaksi berbeda terhadap lingkungan mereka.”

“Kami perlu memakai sepatu, membawa teropong dan kembali ke lapangan untuk mencari informasi secara detail apabila ingin mendapatkan prediksi realistis.”

Peneliti lainnya, Patrick Zollner, profesor untuk kehutanan dan sumber daya alam di Purdue University, Indiana, mendeskripsikan studi tersebut sebagai “panggilan untuk bertindak.”

Ia mengatakan, “Dunia sedang berada di kondisi yang mengkhawatirkan. Kita kehilangan banyak spesies dan kita sama sekali tidak mengetahui penyebabnya.

“Bagaimana kita perlu untuk mempertimbangkan kembali data yang dikumpulkan sehingga bisa menggunakan teknologi modeling terbaru untuk memahami dampak perubahan iklim bagi sistem ekologis? Hal ini bisa membantu kita mencegah kehilangan keanekaragaman hayati yang pasti akan kita sesali.” – Climate News Network

Top