Green Is The New Black

Reading time: 5 menit

Di bidang otomotif, sejumlah perusahaan seperti Honda, Toyota, dan General Motor menggelindingkan produk mobil hybrid. Mobil Prius berbahan bakar bensin dan listrik dari Toyota, kabarnya cukup laris manis sehingga membuat Toyota sebagai salah satu perusahaan hijau yang peduli lingkungan hidup. Rasanya tak sulit untuk memahami keseluruhan fenomena ini. Yes, green is the new black! Saving the environment has never been so cool. Edisi kali ini, Greeners sengaja mengangkat tema Green Is The New Black. Sebuah istilah yang juga menjadi buku laris karangan Tamsin Blanchard. Istilah ini tampaknya sudah menjadi common sense bagi banyak orang bahwa “hijau” kini menjadi kredo yang begitu populer dan mutakhir. Lalu, mau dibawa ke mana tren ini? Adakah komitmen serius dari berbagai pihak sehubungan dengan penerapan gaya hidup hijau secara berkelanjutan atau membiarkan semua keriuhan ini kemudian redup tak ubahnya tren fesyen yang berganti setiap tahun?

Tentu sebuah perkembangan menggembirakan—terlebih lagi bagi kaum peduli lingkungan—ketika isu lingkungan hidup sekarang ini memperoleh tempat lebih istimewa. Pertanyaannya adalah, apakah mereka yang bicara “fight against global warming” juga menerapkannya dalam keseharian? Apakah para politisi yang mengaku mendukung kelestarian lingkungan akan mematikan AC di ruangannya atau berangkat ke kantor dengan bersepeda? Apakah para pengusaha yang menggelar aksi pembagian bibit pohon juga menanam tanaman di kantor dan di rumahnya sendiri?

Alih-alih “memanfaatkan” isu lingkungan sebagai lahan mengeruk profit baru bagi kalangan industri, kita pasti lebih berharap bahwa yang terjadi ialah perusahaan-perusahaan itu ramai-ramai mencanangkan diri sungguh-sungguh sebagai green company. Kita tahu bahwa industri sering dituding sebagai salah satu penyumbang terbanyak polusi udara dalam mencemari lingkungan. Oleh karena itu, kini sudah saatnya bagi industri untuk menggunakan teknologi yang dapat mengurangi emisi gas rumah kaca dengan teknologi yang disebut teknologi hijau.

Seperti dilansir CNET pada Januari 2009 lalu, asosiasi industri listrik Amerika Serikat bekerja sama dengan Edison Electric Institute (EEI) membuat teknologi pengurangan polusi udara dan memberikan points of agreement kepada seluruh anggota asosiasi industri listrik AS agar mau menerapkan pengurangan emisi gas sampai 80 persen, bertahap hingga tahun 2050 mendatang. Semoga saja hal itu benar-benar bisa diimplementasikan dan virusnya menyebar ke seluruh industri di penjuru dunia, tak terkecuali Indonesia.

Apa yang digambarkan dalam film populer Erin Brokovich yang dibintangi aktris Julia Roberts tentang perusahaan yang dituntut secara hukum atas pencemaran lingkungan dan gangguan kesehatan pada penduduk setempat akibat polusi beracun hasil pabriknya, seharusnya tidak terjadi secara nyata. Cerita-cerita tentang perusahaan yang membuang zat beracun ke sungai, semestinya menjadi cerita masa lampau yang tidak boleh diulang. Justru idealnya kini para pemimpin perusahaan dengan yakin mulai mengembangkan strategi teknologi hijau dalam menjalankan roda bisnisnya.

Saat ini mulai tumbuh perusahaan-perusahaan yang bekerja sama dengan para aktivis lingkungan untuk menciptakan bisnis yang ramah lingkungan. Ini sebuah tren yang kiranya perlu diapresiasi secara positif. Jika masih ada industri yang mengeluarkan polusi udara atau air pada masa sekarang ini, hal itu bukan hanya dipandang sebagai usaha ilegal, tapi juga tidak menguntungkan secara ekonomis. Apa sebab? Sesungguhnya mengadopsi spirit kepedulian lingkungan dalam menjalankan roda bisnis bisa membuat perusahaan tersebut lebih efisien dalam konsumsi energi dan material, juga menghemat biaya operasional.

Bukan saja menghemat uang, ini juga menjauhkan bisnis dari tuntutan hukum. Benefit penting lain yang bisa direguk oleh perusahaan yang menerapkan teknologi hijau ialah: public relations. Dewasa ini, public relations adalah instrumen vital dalam marketing perusahaan. Pencanangan diri sebagai green company bisa meningkatkan perspepsi publik yang positif terhadap perusahaan tersebut. Sebab seiring berjalannya waktu, costumers masa kini semakin pintar dan akan lebih menghargai perusahaan yang ramah lingkungan.

Top