Hari Tani, Mahasiswa Tuntut Modernisasi Pertanian Ramah Lingkungan

Reading time: 2 menit
Aksi Hari Tani yang digelar hari ini di Malang, Rabu (24/09). Foto: greeners.co

Malang (Greeners) – Memperingati Hari Tani ke 54, puluhan mahasiswa yang tergabung dalam Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) dan Front Mahasiswa Nasional (FMN) Malang menggelar demonstrasi di depan gedung DPRD Kota Malang, Jawa Timur, Rabu (24/9/2014). Mahasiswa menuntut pemerintah membangun industrialisasi nasional dan modernisasi pertanian yang ramah lingkungan.

Juru Bicara aksi, Lutfi Hari menyatakan, para petani di Indonesia kian termiskinkan karena mereka kalah bersaing dengan produk-produk dari luar negeri. Komoditas pertanian yang mampu dihasilkan petani Indonesia makin terpinggirkan oleh kebijakan-kebijakan pemerintahan selama ini.

“Apel Washington, apel New Zealand, jeruk Mandarin, anggur Australia, buah tersebut sudah mendominasi pasar di Indonesia selama bertahun-tahun,” kata Lutfi saat berorasi di depan gedung DPRD Kota Malang.

Ia menyontohkan, produk pertanian lokal seperti apel lokal dari dari Kota Batu misalnya, hanya menduduki 30 persen dari peredaran apel di Malang Raya. Sisanya merupakan apel luar negeri.

Program pemerintahan SBY-Budiono, kata Lutfi, kian membuat para petani kehilangan lahan dan terpinggirkan. Menurut catatan mereka, pemerintahan SBY-Budiono telah mengeluarkan izin 41 perusahaan asing untuk menguasai dua juta hektare tanah di Indonesia.

Menurut Lutfi, persoalan pertanian di Indonesia sangat kompleks, karena itu mahasiswa menuntut pemerintahan baru benar-benar membela para petani dengan melindungi produk-produk pertanian lokal dan menyetop impor komoditas yang sudah ada di dalam negeri.

Selain itu, pemerintah wajib membangun industrialisasi nasional yang didukung modernisasi pertanian yang ramah lingkungan. Di bidang riset dan ilmu pengetahuan misalnya, kata lutfi, seluruh riset dan pertanian juga harus diabdikan untuk para petani. Mahasiwa juga menuntut pemerintah bertindak tegas terhadap para perusak lingkungan.

Pada momentum peringatan Hari Tani yang diperingati tanggal 24 September ini, mahasiswa mendesak pemerintahan ke depan melaksanakan reformasi agraria demi kesejahteraan petani. Sebab, pemerintahan SBY-Budiono selama 10 tahun telah gagal melaksanakan mandat ini dan malah menyuburkan konflik agraria yang cenderung merugikan petani.

Sementara itu, kata Ketua GMNI Malang Raya, Rubianto, jumlah konflik agraria di tahun 2013 meningkat tiga kali lipat atau 314 persen sejak tahun 2009. Tahun 2012 saja ada 171 kasus dan di tahun 2013 ada 369 konflik dengan luasan mencapai 1.281.660.09 hektare yang melibatkan 139.874 kepala keluarga. “Dari konflik itu tercatat 21 tewas, 30 tertembak, 130 dianiaya dan 230 orang ditahan,” katanya.

Karenanya, mahasiswa mendesak pemerintahan baru melaksanakan reformasi agraria sebagaimana diamanatkan Undang-undang nomor 5 tahun 1960 tentang peraturan dasar pokok-pokok agraria. Namun, sejak perumusan hingga pengesahan, hingga hari ini para petani masih dijerat kemiskinan. Parahnya lagi, mereka yang bekerja di sektor pertanian tidak menguasai lahan dan hanya menjadi buruh tani.

(G17)

Top