Teknologi Agrikultur Bantu Petani Lokal Lebih Produktif

Reading time: 2 menit
Komite Pendayagunaan Petani: Negara Punya Utang Besar kepada Petani
Petani beristirahat di sela-sela aktivitasnya bertani. Foto: Shutterstock

Jakarta (Greeners) – Beberapa tahun terakhir, sejumlah petani di Indonesia memanfaatkan teknologi untuk mendongkrak hasil panennya. Teknologi ini menawarkan akses pendanaan, pola bercocok tanam, antisipasi anomali iklim hingga aksesibilitas pascapanen.

Namun, jumlah petani yang memakai agriculture technology (agritech) ini masih sebagian kecil dari total petani di Indonesia. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik hingga Februari 2023 ada 40,69 juta orang yang bekerja di sektor pertanian.

Agritech adalah istilah startup yang bergerak di sektor pertanian. Di Indonesia kemunculannya sejak tahun 2014. Belakangan jumlahnya lebih dari 3 startup pemain agritech. Sebut saja Eratani, Sayurbox, dan Tanihub.

Startup agritech adalah perusahaan rintisan yang bergerak dalam bidang pertanian, lahir membantu para petani lokal. Mereka terus menciptakan solusi inovatif melalui ragam teknologi demi menyokong sistem aktivitas pertanian yang efektif.

Startup ini memfasilitasi dan mengurai tantangan petani lokal seperti keterbatasan modal untuk pembiayaan penanaman.

Deputi Bidang Kebijakan Pembangunan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Mego Pinandito mengatakan, belakangan ini adopsi teknologi mulai dilirik untuk menanggulangi risiko dan biaya investasi pada sektor pertanian, yang dikenal dengan agritech.

“Pada perkembangannya, agritech banyak ditujukan kepada perusahaan berbasis teknologi ataupun startup yang bergerak di sektor pertanian,” katanya dalam webinar baru-baru ini.

Keberadaan agritech pun mampu meningkatkan produktivitas dan kualitas produk, serta meningkatkan inklusivitas investasi di sektor pertanian. Langkah ini juga perlu instrumen kebijakan yang tepat dan peran aktif dari seluruh pemangku kepentingan.

Startup Agritech Bantu Petani Lokal

Startup Agritech di Indonesia terus memainkan perannya untuk menjamin pemanfaatan teknologi maju dalam budi daya, pembiayaan usaha tani, dan pemasaran produk atau hasil pertanian.

Mereka membantu manajemen rantai pasok, menghubungkan petani dengan pembeli, hingga menciptakan perawatan tanaman berbasis Internet of things (IoT).

Eratani sebagai salah satu contoh startup telah berhasil membantu merancang anggaran pada aktivitas pertanian. Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) di beberapa wilayah pun telah mereka libatkan. Petani sebagai penggunanya pun mencapai lebih 20.000 petani di Pulau Jawa.

“Ketika kita bantu menyusun dengan dana yang cukup teratur yang termanajemen dengan baik, mereka akan ikuti,” kata CEO Eratani, Andrew Soeherman.

Petani

Teknologi dukung capaian produktivitas hasil panen. Foto: Shutterstock

Pemerintah Ikut Beri Solusi

Direktur Pembiayaan Pertanian Ditjen Prasarana dan Sarana Pertanian Kementerian Pertanian, Indah Megahwati mengungkapkan, pihaknya kembali mengawal kredit usaha rakyat (KUR) untuk membantu modal pembiayaan petani dalam menjalankan kegiatannya.

“Pada 2022 mengawal KUR dengan target Rp 90 triliun dan capaiannya sebesar Rp 113,4 triliun, NPL hanya 0,82 persen,” ungkap Indah.

Agritech juga membantu petani membuat sistem irigasi yang tidak bergantung iklim. Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika memperkirakan potensi El Nino di tahun 2023. Fenomena ini ditandai kurangnya curah hujan. Hal ini bisa memicu kekeringan dan gagal panen.

Penulis : Dini Jembar Wardani

Editor : Ari Rikin

Top