IKAPPI: Ada Tiga Tantangan Besar yang Dihadapi Pasar Tradisional

Reading time: 2 menit
Pedagang pasar tradisional. Foto: pixabay.com

Jakarta (Greeners) – Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Ikatan Pedagang Pasar Indonesia (IKAPPI) merilis pernyataan bahwa telah terjadi penurunan daya beli masyarakat khususnya yang terjadi pada pedagang pasar tradisional sejak beberapa bulan lalu.

Ketua Umum DPP IKAPPI, Abdullah Mansuri kepada Greeners mengatakan bahwa sejak sebelum kenaikan Bahan Bakar Minyak (BBM) sebenarnya telah terjadi tren penurunan daya beli masyarakat yang dirasakan oleh pedagang pasar tradisional. Situasi tersebut merata diseluruh Indonesia.

Selain itu, peningkatan daya beli pada akhir Ramadhan lalu tidak berlangsung lama karena dibarengi dengan tren kenaikan harga yang melambung dan tak kunjung turun. Hal tersebut memicu kembali terjadinya penurunan daya beli masyarakat yang berlanjut hingga hari ini.

“Pedagang pasar tradisional berpotensi menghadapi kerugian yang besar bila tidak segera memutar otak agar tetap bisa menggerakan roda ekonomi keluarga mereka,” jelasnya, Jakarta, Jumat (28/08).

Oleh karena itu, lanjut Abdul, DPP IKAPPI menilai saat ini pasar tradisional tengah menghadapi tiga tantangan besar yang harus segera disikapi. Tiga tantangan tersebut adalah, terjadinya penurunan daya beli masyarakat yang terjadi pasca kenaikan BBM beberapa bulan yang lalu dan disertai dengan melemahnya rupiah pada akhir-akhir ini yang berakibat pada penurunan daya beli masyarakat.

“Situasi ini jelas merupakan situasi yang sulit bagi kami para pedagang pasar tradisional. Penurunan daya beli masyarakat mengakibatkan pedagang pasar tradisional harus mengurangi stok. Terutama bagi pedagang yang menjual barang dagangan yang tidak bisa bertahan lama seperti sayuran, daging, buah dan lainnya. Selain itu belanja modal yang harus dikeluarkan oleh pedagang pun bertambah karena harga berbagai komoditas yang pedagang terima memang sudah tinggi,” tambahnya.

Tantangan yang kedua adalah minimnya peran serta pemerintah dalam mempersiapkan pasar tradisional dalam menghadapi MEA (Masyarakat Ekonomi Asean). Abdul menyatakan bahwa sepertinya pemerintah kurang optimal dalam mempersiapkan pasar tradisional dalam menghadapi tantangan ini. SDM pedagang dan pengelola pasar minim pemberdayaaan. Sampai saat ini langkah yang terlihat hanya sebatas merevitalisasi bangunan fisik pasar tradisional saja, namun SDM-nya kurang mendapatkan perhatian.

“Bila pemerintah abai terhadap peningkatan dan pemberdayaan SDM pedagang dan pengelola pasar tradisional, kami agak pesimis dalam menatap tantangan pasar bebas ASEAN tersebut,” terangnya lagi.

Terakhir, lanjutnya, adalah marak terjadinya pelemahan fungsi dan peran pasar tradisional. Tingginya angka kebakaran pasar tradisional yang hampir menembus angka 200 kasus kebakaran, penggusuran paksa terhadap pedagang pasar maupun PKL, ekspansi ritel modern yang sudah melampaui batas kewajaran hingga kampanye negatif yang terus menyasar ke pasar tradisional disadari atau tidak telah melemahkan fungsi dan peran pasar tradisional sebagai benteng ekonomi nasional.

“Didasari oleh realitas diatas, penting bagi IKAPPI untuk segera membangun kesadaran kolektif dalam melindungi pasar tradisional. Pedagang pasar tradisional harus segera mengkonsolidasikan diri secara nasional untuk menghadapi berbagai isu dan tantangan besar kedepan,” katanya.

Abdul juga menekankan bahwa pedagang pasar tradisional tidak boleh sekadar menjadi objek pembangunan dan perubahan.

Penulis: Danny Kosasih

Top