Kampanye Hari Air Vs Kampanye Pemilu

Reading time: 2 menit

MALANG (Greenersmagz) – Perhelatan Pemilihan Umum 2014 yang memasuki tahapan kampanye terbuka mulai 16 Maret lalu menyita perhatian publik untuk saling berlomba membumikan visi dan misi partai masing-masing peserta pemilu. Tak terkecuali pada tanggal 22 Maret 2014, kampanye akbar beberapa partai menyedot perhatian publik Malang. Sejumlah tokoh nasional pun menjadi juru kampanye.

Di sudut pesimpangan jalan Stasiun Besar Malang, sejumlah mahasiswa yang jumlahnya tak lebih dari 100 orang tampak membawa beberapa poster dan spanduk. Mereka juga sedang berkampanye, melakukan aksi nyata. Ya, kampanye bertajuk “World Water Campaign” dilakukan mahasiswa yang tergabung dalam Himpunan Mahasiswa Pengairan Universitas Brawijaya (UB) Malang, untuk memperingati Hari Air Dunia yang jatuh pada 22 Maret.

Poster-poster bertuliskan “I Need Water”, “Waterlock Security”, “Jaga Air untuk Masa Depan”, dan “Brantas Butuh Aksimu” menghiasi aksi mereka. Orasi pentingnya penyelamatan Sungai Brantas menjadi tema utama dalam kampanye tersebut.

Mereka mengingatkan masyarakat agar lebih peduli terhadap penyelamatan air. Sebab, prediksi PBB pada tahun 2025 dunia akan mengalami krisis air. “Banyak resapan air berkurang dengan pembangunan yang tidak ramah lingkungan, masyarakat lebih senang menyemen halaman rumahnya daripada menanam pohon,” kata Ketua Panitia Pekan Daerah Aliran Sungai (DAS) Brantas, Andi Gora Prasetya, Sabtu (22/03/2014) di sela-sela aksi.

Menurutnya, kampanye tersebut adalah awal dari rangkaian kegiatan Pekan DAS Brantas yang akan berlangsung hingga Mei nanti. Selain “World Water Campaign”, ada juga event lomba fotografi, Kreatifitas Anak Cinta Lingkungan, seminar, konser musik, serta penelusuran DAS Brantas pada tanggal 24-25 Mei 2014 mendatang.

Dalam penelusuran DAS Brantas nanti, diharapkan bisa menarik ribuan peserta untuk menelusuri sepanjang aliran sungai Brantas mulai hulu hingga hilir. Rangkaian kegiatannya meliputi, reboisasi, bersih sampah di sepanjang aliran sungai, pembagian bak sampah kepada masyarakat yang tinggal di sekitar sungai Brantas, serta pembuatan lubang resapan biopori.

Dewan Daerah Wahana Lingkungan Hidup (Walhi) Jawa Timur, Purnawan Dwikora Negara, mengungkapkan, kerusakan lingkungan yang terjadi serta menyusutnya sumber air di sepanjang Sungai Brantas tak lepas dari pemangku kebijakan di masing-masing daerah. Bahkan, kerusakan yang timbul saat ini bersumber dari ruang-ruang politik.

Ia menyontohkan, di Kota Batu misalnya, ada sebuah resot berdiri di kawasan lindung atau berjarak 150 meter dari sumber air Gemulo. “Bagaimana wakil rakyat bisa diam saja?,” kata Purnawan. Menurutnya para politisi yang saat ini sedang melakukan kampanye hanya menjadikan isu lingkungan untuk menarik suara saja dan belum menjadikan isu tersebut sebagai ruh partai atau garis perjuangannya. Contoh yang paling mudah ditemui, kata Purnawan, masih banyak politisi yang memaku atau mengikat atribut kampanye di pepohonan yang menjadi salah satu elemen penting untuk menyerap dan menyimpan air.

(G17)

Top