Kenaikan Pencurian Sumber Daya Alam

Reading time: 3 menit
sumber daya alam
Ilustrasi: greeners.co

London, 22 Juli 2016 – Ambisi manusia untuk menghabiskan sumber daya alam di bumi terus meningkat. Berdasarkan laporan terbaru PBB, sumber daya alam yang telah dikeruk oleh manusia telah meningkat tiga kali lipat dalam kurun waktu 40 tahun belakangan.

Sebuah laporan yang dikeluarkan oleh International Resource Panel (IRP), bagian dari UN Environment Programme (UNEP), menyatakan bahwa ekstrasi sumber daya alam meningkat dari 22 miliar ton di tahun 1970 menjadi 70 miliar ton di tahun 2010 untuk memenuhi konsumsi yang meningkat, terutama dari kelas menengah.

Sumber daya alam yang dimaksud adalah material utama, termasuk biomassa, bahan bakar fosil, biji besi dan mineral non besi.

Semakin meningkatnya penggunaan sumber daya alam tersebut, akan semakin mengurangi cadangan dan bisa berujung kepada krisis sumber daya alam dan tumbuhnya konflik.

Tumbuhnya permintaan akan sumber daya utama juga berdampak terhadap perubahan iklim terutama karena banyaknya energi yang dikeluarkan untuk proses ekstraksi, penggunaan, transportasi dan pembuangan.

Sumber daya tidak terbarukan

“Laju ekstrasi sumber daya alam yang mengkhawatirkan ini sudah menimbulkan dampak terhadap kesehatan dan kualitas hidup manusia,” jelas wakil ketua IRP, Alicia Bárcena Ibarra.

“Kami mendesak perlunya untuk membicarakan masalah ini sebelum kita kehabisan sumber daya alam yang berdampak terhadap ekonomi dan mampu mengatasi kemiskinan. Ini merupakan masalah yang kompleks, salah satu test terbesar yang harus dihadapi oleh manusia, dan memerlukan pemikiran ulang terkait dengan pengelolaan ekstraksi sumber daya alam.”

IRP mengatakan bahwa informasi yang terdapat di dalam laporan tersebut menunjang adanya pengawasan terhadap kemajuan yang dialami oleh negara dalam mencapai UN’s Sustainable Development Goals (SDGs). Selain itu, laporan tersebut menunjukkan cara yang tidak adil dalam mendistribusikan hasil eksplorasi.

Negara kaya mengonsumsi sepuluh kali lipat lebih dari negara miskin, dan dua kali lebih banyak dari rata-rata.

Ekstrasi ini, yang hampir mencapai tiga kali lipat, mungkin meningkatkan oksidasi laut, eutrofikasi lahan dan air, memperparah erosi tanah, dan sampah serta polusi.

Laporan tersebut juga memberikan peringkat kepada negara berdasarkan jejak sumber daya alam per kapita, atau material yang dibutuhkan setiap negara. Hal ini merupakan indikator yang bisa memperlihatkan dampak sesungguhnya dari sumber daya alam sekaligus bisa menilai standar kehidupan di suatu negara.

Eropa dan Amerika Utara, tercatat 20 dan 25 ton jejak material per kapita di tahun 2010, menempati posisi teratas. Sementara, jejak milik Cina adalah 14 ton dan Brasil sebesar 13 ton. Untuk kawasan Asia Pasifik, Amerika Latin dan Karibia, dan Asia Barat mencapai 9 hingga 10 ton, sementara Afrika berada di bawah 3 ton.

Jumlah tidak terduga

Penggunaan material meningkat secara pesat sejak tahun 2000 secara global. Negara ekonomi berkembang seperti Cina yang telah melalui transformasi industri dan urban membutuhkan besi, baja, semen, energi, dan bahan bangunan.

Dengan menggabungkan semua masalah, tidak banyak perubahan dalam hal efisiensi material secara global sejak 1990. Ekonomi global sekarang membutuhkan lebih banyak material per unit per PDB pada pergantian abad. Hal ini disebabkan oleh produksi yang berpindah dari negara yang efisien material seperti Jepang, Korea Selatan dan Eropa ke negara Cina, India, dan beberapa negara Asia Tenggara yang jauh lebih efisien.

Lebih lanjut, laporan tersebut juga menyebutkan bahwa memisahkan kenaikan penggunaan material dari pertumbuhan ekonomi menjadi “kebutuhan utama kebijakan lingkungan hidup modern dan penting bagi kesejahteraan manusia dan kesehatan lingkungan”.

Ini akan membutuhkan investasi dalam bidang penelitian dan pengembangan, kebijakan publik dan keuangan yang lebih baik, menciptakan kesempatan bagi pertumbuhan ekonomi dan lapangan pekerjaan.

IRP juga merekomendasikan untuk memberikan harga pada material utama saat ekstraksi untuk bisa menggantikan biaya sosial dan lingkungan atas aktivitas tersebut juga sekaligus bisa mengurangi konsumsi.

Dana yang dikumpulkan dapat diinvestasikan untuk penelitan dan pengembangan pada sektor yang bertumpu kepada sumber daya alam.

Hal yang menjadi perhatian adalah bertambahnya permintaan akan material akan berdampak kepada munculnya konflik lokal, terutama di negara dengan pendapatan rendah, seperti yang sudah terlihat di daerah di mana pertambangan bersaing dengan pertanian dan pengembangan urban. – Climate News Network

Top