Metode Riset Terbaru, Peringkat Emisi Karbon Indonesia Turun 19 Persen

Reading time: 2 menit
emisi karbon indonesia
Ilustrasi: Ist.

Jakarta (Greeners) – Peneliti-peneliti dari Departemen Silvikultur Fakultas Kehutanan IPB bekerjasama dengan Universitas Dakota Selatan (SDSU), Universitas Montana, Universitas Palangkaraya, Pemda Kalimantan Tengah, Pemda Kabupaten Kapuas dan BOSF (Borneo Orangutan Survival Foundation) berhasil melakukan riset perhitungan penentuan angka faktor emisi dengan sebuah metode baru. Berdasarkan metode ini, nilai emisi karbon Indonesia menjadi 19 persen lebih sedikit dari pada nilai emisi terdahulu yang menggunakan angka faktor emisi dari Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC).

Direktur Inventarisasi Gas Rumah Kaca dan Monitoring, Pelaporan dan Verifikasi, Krisfianti Linda Ginoga menyatakan Indonesia sangat berkepentingan dengan hasil riset ini karena akan memperkuat kepercayaan diri Indonesia dalam memaparkan data referance level emisi karbon terutama dari peat land forest/hutan rawa gambut versi Indonesia pada forum-forum internasional.

Hasil riset ini membawa angin segar dan membuat Indonesia menjadi percaya diri dalam memberikan laporannya,” jelas Linda, Jakarta, Kamis (16/06).

BACA JUGA: Kebijakan Perubahan Iklim di Indonesia Belum Berbasis Data

Saat ini Indonesia selalu dituding sebagai negara pengemisi karbon terbesar ketiga di dunia setelah Amerika dan Cina, terutama disebabkan besaran emisi dari deforestasi, kebakaran hutan dan kebakaran gambut ke dalam perhitungan emisi total. Padahal jika nilai emisi dari kebakaran gambut dikeluarkan dari perhitungan, maka ranking Indonesia sebagai negara pengemisi karbon akan turun ke peringkat 22 atau 24.

“Hal ini dengan jelas menunjukkan pentingnya memproteksi gambut Indonesia dari kebakaran gambut untuk menurunkan emisi karbon dunia, dan menyediakan metode kalkulasi yang lebih akurat untuk menghitung besaran emisi yang dihasilkan dari kebakaran gambut yang pada akhirnya akan dapat digunakan secara luas untuk mereposisi ranking Indonesia,” katanya.

Direktur Mitigasi Perubahan Iklim, Emma Rachmawaty, mengatakan, penelitian ini merupakan salah satu bagian dari evaluasi perbaikan yang terus-menerus dilakukan Indonesia. Di United Nations Framework Convention on Climate Change (UNFCCC) nanti, katanya, akan ada Task Force Inventory (TFI) yang salah satu tugasnya menyusun data base faktor emisi dari seluruh dunia/Emision Factor Data Base (EFDB) yang bisa digunakan oleh seluruh negara yang sesuai dengan karakter gambut masing-masing.

“Apalagi Oktober nanti Indonesia akan menjadi tuan rumah TFI. Nanti di forum itu akan dilakukan penilaian terhadap faktor emisi yang disampaikan oleh para ahli, selama mereka bisa menyampaikan data yang bisa dilacak dan layak sebagai proses untuk diakui melalui forum internasional. Pada forum itu riset ini bisa diajukan,” katanya.

BACA JUGA: Jokowi: Tahun Ini Indonesia Sumbang Emisi Karbon Nomor Satu Dunia

Sebagai informasi, penelitian atas riset berjudul NASA Tropical Peat Fire Research Project Incorporating, Quantifying and Locating Fire Emissions from Tropical Peat Lands: Filling a Critical Gap in Indonesia’s National Carbon Monitoring, Reporting and Verification (MRV) Capabilities for Supporting REDD+ Activities ini didanai NASA. Dari Indonesia, tim penelitian ini melibatkan Departemen Silvikultur Fakultas Kehutanan IPB yang dipimpin oleh Prof. Bambang Heru Saharjo.

Riset ini merupakan metode baru dalam menghitung emisi yang dihasilkan dari kebakaran gambut, yaitu menggunakan peralatan Fourier Transform Infrared Spectroscopy (FTIR), Photoacoustic Extinctiometer (PAX) dengan menggunakan panjang gelombang 405 nm dan 870 nm, gravimetric filters, dan Whole Air Sampling (WAS).

Emisi kebakaran gambut selama ini dihitung menggunakan persamaan Seiler dan Cruizen yang diadopsi oleh IPCC. Kini, kalkulasi faktor emisi menjadi salah satu parameter penentu dalam penghitungan emisi total dari kebakaran gambut.

Hasil penelitian ini mendorong dilakukannya revisi nilai faktor emisi yang selama ini digunakan IPCC, yaitu untuk nilai CO2 (-8%), CH4 (-55%), NH3 (-86%), CO (+39 %). Data faktor emisi yang saat ini digunakan oleh IPCC untuk kebakaran gambut Indonesia adalah 1703 untuk CO2 dan 20,8 untuk CH4.

“Data faktor emisi IPCC ini diperoleh dari hasil penelitian skala lab yang dilakukan dengan sampel gambut dari Sumatera pada tahun 2003,” kata Bambang.

Penulis: Danny Kosasih

Top