Jakarta (Greeners) – Kepastian Kalimantan Tengah menjadi ibukota baru negara Indonesia semakin kuat. Pemerintah Daerah pastikan pembangunan infrastruktur dan fasilitas tidak berada di Kawasan Gambut.
Hal itu disampaikan Sekretaris Daerah (Sekda) Provinsi Kalimantan Tengah Fahrizal Fitri, bahwa Kabupaten Gunung Mas yang digadang-gadang menjadi ibukota baru, sudah dipersiapkan secara matang baik dari infrastruktur maupun fasilitas dan tidak dibangun pada kawasan gambut.
“Kita mengusulkan kepada Presiden, pembangunannya dibagian Utara Kalteng yang berada di ketinggian 50-75 mdpl, sedangkan Gambut itu dibagian Selatan Kalteng jadi aman dan tidak menganggu lahan gambut,” ujar Rizal saat ditemui usai diskusi media di Kebon Sirih, Jakarta, Rabu (19/06/2019).
BACA JUGA : Tahun 2024 Indonesia Diperkirakan Siap Memindahkan Ibu Kota Negara
Rizal mengatakan dibandingkan dengan Jakarta, Kalimantan memiliki kualitas udara yang lebih bersih, vegetasi tanaman yang masih hijau dan penyediaan air 1.000 kubik per detik dari sungai-sungai yang ada di sekitar Kalteng, lebar sungai rata-rata 300-450 meter dengan kedalaman 3-4 meter.
“Jadi itu beberapa keunggulan kita, kalau permasalahan pembangunan infrastruktur memang terbatas dan banyak membutuhkan dana, tapi dengan keunggulan kami yang memiliki 300 ribu ha cukup sebagai ibukota baru negara Indonesia,” ujarnya.
Rizal juga mengatakan danau-danau, ekosistem, dan Taman Nasional Sebangau akan tetap dipertahankan dan dijaga.
“Pembangunan ibukota baru akan berkonsep green dan smart city dengan memusatkan kepada kota pemerintahan jadi bukan kota industri walaupun tidak menutup kemungkinan industri kecil akan tumbuh tapi saya pikir dengan pengalaman Jakarta menjadi dasar kita untuk mengelola kota kita lebih baik lagi, apalagi dari sisi lingkungan,” tambahnya.
BACA JUGA : LIPI: Pemindahan Ibu Kota Negara Harus Memerhatikan Ancaman Bencana
Rizal mengatakan bahwa persiapan Kabupaten Gunung Mas menjadi Ibukota baru mencapi 80%. Hal itu ditunjukkannya dengan perencanaan pembangunan bandara baru yang sudah dipersiapkan di lahan sebesar 5.000 ha. Tentunya lahan tersebut juga tidak berada di lahan gambut.
“Kemungkinan bandara Tjilik Riwut akan dijadikan bandara militer atau dijadikan sebagai bandara pendukung. Intinya kami sedang mempersiapkan untuk pembagunan Ibukota baru ini,” tutupnya.
Penulis: Dewi Purningsih