Sampah Kiriman Jakarta Membanjiri Pulau Untung Jawa

Reading time: 2 menit
Sampah kiriman Jakarta membanjiri Pulau Untung Jawa. Foto: Dini Jembar Wardani
Sampah kiriman Jakarta membanjiri Pulau Untung Jawa. Foto: Dini Jembar Wardani

Jakarta (Greeners) – Pulau Untung Jawa, yang terletak di Kepulauan Seribu, DKI Jakarta, merupakan salah satu pulau yang menjadi titik muara sampah kiriman dari sejumlah sungai di wilayah Jakarta. Sampah ini datang secara tidak menentu. Jumlahnya yang sangat besar menjadi tantangan bagi petugas kebersihan untuk mengangkutnya.

Penanggung Jawab Sampah Pulau Untung Jawa, Syaripudin mengatakan bahwa sampah yang datang dari pesisir dan perairan di sekitar Pulau Untung Jawa sangat dipengaruhi oleh cuaca. Volume sampah juga sangat bervariasi, terutama pada musim Barat dan Timur.

“Pada musim kedua, sampah kiriman dari laut sangat banyak. Pernah dalam satu hari itu mencapai 10 ton. Semua petugas kebersihan di Untung Jawa turun tangan membersihkan sampah kiriman ini. Biasanya, sampah kiriman ini datang pada bulan Maret hingga Mei, meskipun kondisi cuaca kini tidak bisa diprediksi dengan tepat,” ujar Syaripudin di Pulau Untung Jawa, Sabtu (22/2).

BACA JUGA: Warga Depok Segel Tungku Bakar Sampah Milik Pemerintah

Menurut Syaripudin, sampah kiriman ini menjadi tantangan terbesar dalam pengelolaan sampah. Sebab, sampah kiriman bisa datang kapan saja tanpa pemberitahuan. Terutama sampah dari Sungai Ciliwung dan Tanjung Burung, Tangerang, yang sering mengirimkan sampah besar seperti pohon dan kasur.

Dalam tiga bulan terakhir, sampah di pesisir Pulau Untung Jawa tercatat sekitar 85 kilogram (kg) per hari. Sementara itu, sampah yang berasal dari warga setempat lebih banyak, mencapai antara 100 hingga 500 kg per hari.

Sampah kiriman Jakarta membanjiri Pulau Untung Jawa. Foto: Dini Jembar Wardani

Sampah kiriman Jakarta membanjiri Pulau Untung Jawa. Foto: Dini Jembar Wardani

Insinerator Berhenti Beroperasi

Sementara itu, untuk menampung sampah yang sudah terangkut, Pulau Untung Jawa kini memiliki tempat pembuangan sementara (TPS) sampah. Petugas akan memilah sampah-sampah tersebut sesuai kategorinya.

Sampah residu, seperti pampers, pembalut, dan styrofoam, akan petugas kelola lebih lanjut di Bantar Gebang. Sementara, plastik yang masih bernilai ekonomis mereka jual ke pengepul, dan sampah organik mereka cacah untuk jadi pakan maggot.

Sebagai upaya mengurangi volume sampah yang dikirim ke Bantar Gebang, Pulau Untung Jawa memiliki insinerator sampah sejak tahun 2019. Namun, dalam dua tahun terakhir, insinerator tersebut berhenti akibat keluhan polusi dari warga dan kinerja alat yang tidak maksimal.

BACA JUGA: Walhi Desak Setop Insinerator, Polusi dan Bisa Keluarkan Racun

Warga Pulau Untung Jawa, Robiansyah, merupakan salah satu yang merasa terganggu ketika insinerator sampah beroperasi. Sebab, asap pembakaran kerap terbawa angin ke rumahnya.

“Debu pembakaran tidak terlalu banyak, hanya asap saja. Bau dari pembakaran juga tidak terlalu menyengat. Hal ini baru terasa sejak 2018, ketika pertama kali tinggal di sini. Ketika angin bertiup dari barat daya, bau dari pembakaran bisa tercium hingga ke daerah saya,” ujar Robiansyah.

Ia juga menyebutkan bahwa saat ini pengelolaan sampah di Pulau Untung Jawa sudah cukup baik. Petugas kebersihan rutin mengambil sampah organik dan plastik dari rumah-rumah warga. Selain itu, warga juga telah mendapatkan pemahaman tentang pentingnya memilah sampah.

Bagi Robiansyah, pemilahan sampah secara mandiri tidak memberatkan. Hal ini justru membantu petugas dalam mengelola sampah dengan lebih efisien. Saat ini, di Pulau Untung Jawa juga tidak ada retribusi sampah sehingga dapat mengurangi beban pembiayaan bagi warga terkait pengelolaan sampah.

Penulis: Dini Jembar Wardani

Editor: Indiana Malia

Top