Studi: Gelombang Panas dapat Menyebabkan Udara Lebih Tercemar

Reading time: 2 menit
Ilustrasi gelombang panas. Foto: Freepik
Ilustrasi gelombang panas. Foto: Freepik

Jakarta (Greeners) – Gelombang panas semakin sering melanda berbagai negara, salah satunya di Texas, Amerika Serikat. Tak hanya berbahaya bagi kesehatan manusia, penelitian terbaru menunjukkan suhu ekstrem juga membuat udara jadi lebih tercemar.

Pada 2023, lebih dari 300 orang di Texas meninggal akibat panas ekstrem, menurut Texas Department of State Health Services. Angka ini menjadi yang tertinggi sejak awal pencatatan pada 1989.

Phys melansir, tim peneliti dari Texas A&M University menemukan bahwa saat suhu meningkat, konsentrasi ozon, senyawa organik volatil (VOC) teroksigenasi, dan nanopartikel kaya asam ikut melonjak. Polutan ini terbentuk dari reaksi kimia di udara yang dipicu sinar matahari.

“Yang mengejutkan, pepohonan pun melepaskan lebih banyak emisi VOC alami selama gelombang panas, termasuk isoprena, prekursor ozon,” jelas mahasiswa pascasarjana kimia atmosfer di Texas A&M University, Bianca Pamela Aridjis-Olivos.

Fenomena itu terlihat jelas di wilayah berhutan seperti College Station, Texas. Di sana, emisi alami dari pepohonan justru berinteraksi dengan polusi udara dan memperburuk kualitas udara.

Pada Agustus 2024, tim peneliti yang tergabung dalam Center for Atmospheric Chemistry and the Environment (CACE) melakukan studi lapangan di Texas. Mereka mengumpulkan sampel udara siang dan malam selama hampir sebulan, dengan suhu harian mencapai 32–41 derajat Celsius. Kondisi ini dipilih saat tidak ada kebakaran hutan, sehingga data murni mencerminkan dampak gelombang panas.

Hasil pengukuran menunjukkan peningkatan polutan berbahaya, seperti nitrogen oksida, ozon, hingga partikel nano. Analisis dilakukan menggunakan instrumen sensitif, termasuk spektrometer massa yang mampu mendeteksi jejak gas dan sifat aerosol.

Lindungi Diri dari Polusi Udara

Meski riset masih berlanjut, tim peneliti sudah membagikan sejumlah tips untuk melindungi diri dari polusi udara saat gelombang panas. Pertama, penting untuk menghindari aktivitas luar ruangan pada jam puncak panas (12.00-16.00). Kemudian jangan berolahraga di dekat jalan raya atau kawasan padat saat cuaca ekstrem.

Memantau indeks kualitas udara dan menyesuaikan aktivitas harian juga penting, dan tutuplah jendela rumah untuk mengurangi masuknya polutan dari luar.

Namun, para peneliti menekankan bahwa langkah-langkah ini hanya solusi jangka pendek. Tantangan yang lebih besar adalah memahami bagaimana perubahan iklim memengaruhi kimia atmosfer, sehingga upaya mitigasi dapat lebih efektif dalam melindungi kesehatan masyarakat di masa depan.

Penulis: Dini Jembar Wardani

Editor: Indiana Malia

Top