PRAISE Ajak Masyarakat Pilah Sampah Melalui Dropping Box

Reading time: 2 menit
dropping box
PRAISE dan Waste4Change rencananya akan menyebar 100 unit Dropping Box di berbagai wilayah di Jakarta. Foto: greeners.co/Dewi Purningsih

Jakarta (Greeners) – PRAISE (Packaging and Recycling Association for Indonesia Sustainable Environment) bersama Waste4Change berinisiatif menempatkan 100 unit Dropping Box di berbagai wilayah Jakarta sebagai solusi untuk pengelolaan sampah. Sistem pengumpulan sampah kemasan ini bertujuan mengedukasi sekaligus membentuk kebiasaan masyarakat untuk memilah sampah demi mendukung usaha daur ulang sampah kemasan.

“Berbicara memilah sampah, tentu kita juga bicara hulu sampai hilir. Pola pikirnya perlu diubah yakni memilah sampah pada tempatnya. Di sini ada produsen, konsumen, dan masyarakat bahwa semua berkomitmen untuk mengurangi sampah karena pada hakikatnya setiap orang harus bertanggungjawab dengan sampahnya sendiri,” ujar Direktur Pengelolaan Sampah Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Novrizal Tahar, saat konferensi pers “Peluncuran Dropping Box” di Kemang, Jakarta Selatan, Rabu (08/08/2018).

BACA JUGA: Circular Economy, Upaya Mendorong Masyarakat untuk Memilah Sampah 

Sinta Kaniawati selaku Ketua Umum PRAISE mengatakan bahwa permasalahan sampah tidak hanya infrastruktur dan aturan saja, tetapi juga edukasi. Menurut Sinta, kalau masyarakat tidak diberikan informasi atau tidak diberitahu cara memilah sampah dengan benar, maka akan sulit mengurangi sampah di tingkat rumah tangga.

“Menurut data Badan Pusat Statistik tahun 2014, tingkat perilaku memilah sampah di rumah tangga baru mencapai 18,84%. Oleh karena itu, kita ingin memberikan edukasi kepada publik tentang bagaimana mengelola dan memilah sampah secara benar. Dropping Box ini salah satu cara konkret memberikan edukasi bagaimana caranya memilah sampah dengan baik dan benar,” ujar Sinta.

Lebih lanjut ia mengatakan, dibandingkan inisiatif pemilahan, pengangkutan dan pengelolaan sampah yang sudah ada sebelumnya, Dropping Box ini pasti dalam pemilahannya. Konsumen dapat langsung memilah dan membuang kemasan bekas pakai sesuai dengan pengelompokan yang sudah disediakan, yaitu kertas (kemasan karton, kertas, dan kardus) dan non kertas (botol plastik, kaleng minuman, botol kaca, sachet dan kantong plastik).

Kedua, pasti prosesnya. Sampah kemasan yang terkumpul akan diangkut oleh mitra Waste4Change secara berkala dan disalurkan kepada sejumlah mitra bank sampah yang terpercaya. Ketiga, pasti daur ulangnya. Setelah penyortiran, kemasan yang dapat didaur ulang akan disalurkan ke pabrik daur ulang, sementara residu akan diserahkan ke mitra pengolah dari Waste4Change sehingga kemasan yang terkumpul tidak akan berakhir di landfill.

Terakhir, pasti edukasinya. Inisiatif ini dilengkapi dengan berbagai bentuk edukasi yang diberikan melalui infografis menarik yang tercantum pada desain Dropping Box maupun program komunikasi berkelanjutan.

“Kita pastikan (sampah) dipilah dari awal, karena kalau sudah dipilah disumbernya akan memudahkan, setelah itu pasti diproses dan pasti didaur ulang. Dengan begitu circular economy berjalan dan sampah yang mempunyai nilai materil bisa dimanfaatkan dengan baik,” ujar Sinta.

BACA JUGA: Pemerintah Fokus Atasi Masalah Sampah Plastik 

Mengenai kondisi pengelolaan sampah, riset terbaru dari Sustainable Waste Indonesia (SWI) tahun 2018 mengungkapkan sebanyak 24% sampah di Indonesia masih tidak terkelola. Artinya, sekitar 15 juta ton sampah mengotori ekosistem dan lingkungan karena tidak ditangani. Data yang sama juga menunjukkan bahwa 69% sampah berakhir di TPA dan baru 7% sampah berhasil didaur ulang.

Pendiri Waste4Change Mohamad Bijaksana Junerosano mengatakan, Dropping Box ini mampu menampung 15kg sampah setiap harinya. Artinya akan ada 15kg sampah per hari yang bisa dikurangi masuk ke TPA. Sebagai langkah awal, dari target 100 unit pada tahun ini, sudah ada 15 unit yang diletakan di titik di wilayah Jakarta.

Dropping Box ini akan ditempatkan di tempat-tempat umum, seperti pertokoan, fasilitas publik, perkantoran, hingga institusi pendidikan. Untuk pengangkutannya akan dilakukan setiap tiga hari sekali atau seminggu sekali melalui telepon.

“Pada saat mereka kerja, sampah yang ada di rumah bisa dibawa, lalu menempatkan sampah kemasannya ke Dropping Box ini supaya tidak dibuang sembarangan atau tidak dikelola secara bertanggungjawab. Dengan memasukkan di Dropping Box ini kita jamin sampah yang dimasukkan dikelola secara bertanggungjawab,” tandas Sano.

Penulis: Dewi Purningsih

Top