Virus Corona Berasal dari Hewan dan Berbeda dengan SARS

Reading time: 2 menit
Virus Corona
Virus Corona diketahui menyebabkan pneumonia dan tidak merespon antibiotik. Foto: shutterstock.com

Jakarta (Greeners) – Dunia saat ini sedang digemparkan oleh virus baru bernama Novel 201 Coronavirus (2019-nCoV). Virus tersebut dapat menular ke tubuh manusia dan mengakibatkan penyakit ringan seperti pilek dan penyakit serius seperti Middle East Respiratory Syndrome (MERS) dan Severe Acute Respiratory Infection (SARS). Kontak erat dengan hewan diduga menjadi penyebabnya.

Ketua Divisi Infeksi Departemen Pulmonologi dan Ilmu Kedokteran Respirasi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia juga Ketua Pokja Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI) Dr. dr. Erlina Burhan, MSc, Sp.P(K) mengatakan virus corona biasanya ditemukan pada hewan.

“Karena sesuatu dan lain hal bisa hidup di manusia, tentunya ada kontak erat antara hewan tersebut dan manusia. Ini termasuk virus baru tidak sama dengan SARS,” ujar Erlina ketika dihubungi melalui telepon oleh Greeners, Kamis malam (23/01/2020).

Baca juga: 5 Cara Tetap Sehat Selama Musim Hujan

Erlina menduga penularan ini terjadi melalui makanan yang mengandung daging hewan. Perhimpunan Dokter Paru Indonesia mengatakan dalam rilisnya, berdasarkan investigasi beberapa institusi di Wuhan, penyebab pasien virus corona dirawat karena bekerja di pasar dan menjual ikan, unggas, serta berbagai daging seperti kambing, sapi, babi, rubah, ular, dan kelelawar.

Virus Corona, kata Erlina, bisa memunculkan gejala di antaranya demam, lemas, batuk kering, dan sesak atau kesulitan bernapas. Beberapa kondisi bahkan ditemukan lebih berat. Pada orang lanjut usia atau dengan penyakit penyerta lain, memiliki risiko lebih tinggi untuk memperberat kondisi kesehatan.

Pasar Hewan di Tomohon, Sulawesi

Pasar tradisional di Tomohon, Sulawesi Utara menjual daging kelelawar, babi, sapi, dan berbagai hewan liar lainnya. Foto: shutterstock.com

“Sampai saat ini belum ada laporan anak-anak muda terjangkit Coronavirus. Karena biasanya yang terjangkit yang usianya sudah rentan 40 tahun ke atas. Karena sistem imunitasnya sudah lemah. Apalagi jika memiliki komplikasi penyakit bisa mengakibatkan kematian. Karena sejatinya, Coronavirus 2019 ini tingkat kematiannya 4 sampai 5 persen, berbeda dengan SARS yang tingkat kematiannya di atas 50 persen,” ujar Erlina.

Melansir nst.com.my, Gao Fu, Direktur Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Tiongkok, mengatakan para pihak berwenang meyakini virus berasal dari “binatang liar di pasar makanan laut (seafood)” meskipun sumber pastinya masih belum ditentukan. Cina telah melarang perdagangan sejumlah spesies liar dan menerapkan lisensi khusus, tetapi peraturan masih bersifat longgar untuk beberapa spesies jika ingin dibudidayakan secara komersial.

Baca juga: Waspada, Penyakit dari Hewan Domestik Tak Bertuan

Banyak spesies masih dikonsumsi di Cina atau negara-negara Asia lain. Karena dianggap sebagai makanan lezat, misalnya, musang, tikus, atau kelelawar. Beberapa juga dimanfaatkan sebagai pengobatan, meskipun belum terbukti secara ilmu pengetahuan.

Christian Walzer, Direktur Eksekutif Program Kesehatan Masyarakat Konservasi Margasatwa Amerika Serikat menuturkan sebanyak 70 persen dari semua penyakit menular baru berasal dari satwa liar. Perambahan habitat satwa juga meningkatkan kemungkinan penyebaran patogen. “Pasar satwa liar menawarkan peluang unik bagi virus untuk menyebar dari inang satwa liar,” kata Christian.

Perhimpunan Dokter Paru Indonesia menyarankan kepada masyarakat untuk tidak panik dan selalu waspada bila mengalami gejala demam, batuk disertai kesulitan bernapas. Masyarakat diharap segera mencari pertolongan ke rumah sakit terdekat. Pencegahan dapat dilakukan dengan membersihkan tangan dengan air dan sabun secara rutin, terutama sebelum memegang mulut, hidung, mata maupun setelah menyentuh instalasi publik.

Penulis: Dewi Purningsih

Editor: Devi Anggar Oktaviani

Top